“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)
Al Quran adalah satu-satunya pedoman bagi kita. Ia yang kelak bisa membela kita di hari ketika tak ada penolong kecuali amal Shalih. Ia menjadi hujjah untuk kita saat lisan tak lagi dapat berkata. Ia menjadi penerang bagi siapa yang selalu bersamanya di dunia lantaran cinta. Ia menjadi saksi di saat tubuh sudah tak sadarkan diri.
Namun, tidaklah mudah untuk menjadikan kitab ini sebagi penolong kita, sebagai hujjah untuk kita di hadapan Rabb ilahi, menjadi saksi atas kepayahan selama membersamai. Ia punya hak yang besar atas kita. Kita punya kewajiban yang tak hanya satu atasnya.
Mengamalkan dan mengajarkan. Tentu itulah kewajiban yang utama yang harus kita lakukan atas kitab suci ini. Mengapa harus mengamalkan? Karena Allah telah menciptakan makhluq-Nya pasti dengan seperangkat aturan yang sempurna. Yang itu sudah tetap dan kekal berada di dalam Al quran. Tak akan berubah hingga akhir zaman. Maka, tugas kira yang tak lain hanya beribadah kepadanya tentu harus berdasarkan Al Quran, harus sesuai peta petunjuk agar tak salah arah dan agar tak sia- sia segala usaha.
Dan tentu kita tak akan dapat mengamalkan kecuali telah mempelajari dan memahami. Dan dalam memahami pun butuh proses yang tak mudah. Kita harus membaca, mentadabburi, juga tak salah jika kita lengkapi dengan menghafalkan ayat-ayat Nya yang begitu indah.
Tentu, setelah kita memahami isinya, maka mengamalkan adalah kewajiban yang tak bisa ditinggalkan. Pelaksanan segala yang ada di dalamnya adalah bukti cinta kita. Cinta kepada Allah dan apa yang Ia turunkan. Dan inilah jalan agar kita pun memperoleh cinta-Nya.
Jika kita petakan, tentu banyak diantara kita yang belum membuktikan cinta itu seutuhnya. Cinta kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban kita terhadap Kalam-Nya yang mulia.
Pertama, membaca dengan baik dan benar. Baik dan benar ini yaitu dengan membaca sesuai dengan kaidah sebagaimana yang Rasulullah ajarkan. Dalam hal ini kita bisa belajar kepada banyak ustadz, ulama, atau kyai yang sudah mendapatkan pengajaran terkait bagaimana membaca Al Quran sesuai tajwid, dan makhkrijul huruf.
"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya , mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi".(Qs Al Baqoroh :121)
Kedua, mentadabburi ayat-ayat Nya. Kabar bahagia, ancaman terhadap siapapun yang durhaka, dan kisah-kisah yang penuh pelajaran dan hikmah tak akan mungkin kita peroleh tanpa mentadabburinya. Membaca ayat-ayat Nya satu per satu, tak lupa dengan memahami artinya, membaca penjelasan dari para mufasiirin. Sebagaimana firman Allah di dalam nya :“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang berakal mendapat pelajaran.” (QS Shaad : 29)
Ketiga, Mempelajari dan mengajarkan ilmunya. Perintah ini jelas tak dapat terpisahkan antara mempelajari dan mengajarkannya. Tentu tak bisa pula dengan alasan masih dalam proses mempelajari, lalu kita lalai dan meninggalkan perintah dalan mengajarkan kepada orang lain, teman, atau saudara kita. Rasulullah pun memerintahkan kita unutk menyampaikan walau pun saru ayat. Dalam firman-Nya pun Allah menggabungkan dua perintah yang sungguh agung kemuliaannya.
Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian telah mempelajarinya." (Ali Imran: 79)
Keempat, mengamalkan dan berakhlak dengan nya. Setelah mengetahui isi kandungannya, maka memiliki lisan, sikap dan perilaku seperti al quran adalah kewajiban kita yang berikutnya. Sebagaimana Rasulullah yang dikatakan oleh Ummul Mukiminin Aisyah bahwa akhlak Rasulullah adalah al quran. Artinya kita harus berhati-hati dan mengerti. Mana perkataan yang boleh dan berfaedah menurut al quran. Mana perbuatan yang halal dan haram, begitu pula yang makruf atau sunnah, atau mubah. Sehingga kita tak terjerumus pada amalan yang salah, yang sudah jelas tak diajarkan atau dilarang di dalam kalam illahi ini.
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (al-Isra: 9)
Kelima, mendakwahkannya. Berdakwah dalam rangka mengajak pada kebaikan, menyeru pada kebenaran dan mencegah dari kemunkaran semua adalah tugas yang wajib kita emban. Dakwah dalam bentuk fardiyyah atau individu, juga dakwah dalam bentuk jamaah. Tentu yang kita dikenakan adalah apa yang telah kita pahami dalam al quran ini. Walau belum banyak, walau baru mampu menyampaikan perintah yang ada di salah satu ayat Al Quran. Namun, jika itu dilakukan karena Allah, maka tiada amalan Shalih yang disia-siakan Nya. Bahkan Allah mengatakan bahwa tak ada perkataan yang lebih baik, dari pada orang yang menyeru kepada Allah.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. [Fushshilat:33].
Keenam, menghafalkannya. Hafal al quran memanglah bukan fardhu 'ain bagi setiap muslim. Namun, alangkah indahnya lisan kita jika senantiasa dibasahi ayat-ayat Allah setiap harinya. Jauh dari lagu-lagu yang melenakan dan menjauhkan diri dari rasa takut kepada-Nya. Dengan pemahaman yang sudah terbentuk, perbuatan yang sesuai isinya, juga lisan yang terus menyampaikan dan mengajarkan, maka lantunan firman firman Allah inilah yang kelak dapat menjadi penolong kita juga kedua orangtua kita.
Rasulullah Saw. bersabda “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Alquran”. (HR. Al Hakim).
Itulah bukti cinta yang utuh. Dengan menjalankan semua kewajiban kita atas Al Quran. Tak hanya membaca dan menghafal. Tak hanya pula mempelajari tanpa mendakwahkan. Juga tak enggan untuk memperbaiki bacaan serta hafalan. Terus berusaha untuk menjadi salah satu keluarga allah yaitu yang menjaga kemurnian Al Quran, yaitu dengan menghafalkannya, sehingga kelak mendapat kedudukan di sisi Nya bersama kedua orangtua yang kita cinta.
Wallahu a'lam bish Showab