I. Keadaan
Geografis Desa Merden
Desa Merden merupakan desa yang
memiliki suhu udara rata-rata 32o C, dengan ketinggian tanahnya
mencapai 154 mdpl. Sedangkan macam- macam tanah yang ada tebagi menjadi 4
bagian, yaitu :
a.
Tanah sawah teknis dengan luas 205.195 Ha.
b.
Tanah pekarangan dengan luas 212.500 Ha.
c.
Tanah tegalan dengan luas 360.000 Ha.
d.
Sungai, dan yang lain dengan luas 31.255 Ha.
Desa Merden merupakan desa agraris, yang mana mampu menghasilkan
berbagai macam hasil pertanaian, baik tanah basah ataupun tanah kering. Tanah
basah berupa pertanian padi, yang menghasilkan beras. Sedangkan pertanian tanah
kering adalah perkebunan ketela pohon sebagian besarnya. Selain itu hasil
perkebunan untuk jenis sayuran mayoritas adalah cabe-cebean. Selain hasil tanah
tersebut, terdapat potensi mata air, yang salah satunya telah dimanfaatkan
sebagai sumber PDAM.
Desa Merden
memiliki luas sekitar 818.950 Ha dengan perbatasan wilayah, yakni :
a.
Sebelah utara : Desa
Danaraja
b.
Sebelah selatan : Desa
Kali tengah dan Desa Jalatunda
c.
Sebelah barat : Desa
Kebakalah dan Desa Semawangi
d.
Sebelah timur : Desa
Karanganyar dan Desa Mertasari
II. Keadaan
Demografis Desa Merden
Jumlah penduduk di desa Merden
adalah 11.502 jiwa, yang terdiri dari 5.822 laki-laki, dan yang perempuan
5.780, dan dengan 3.591 kepala keluarga. Sedangkan jumlah berdasarkan agama
atau kepercayaan, yaitu :
a.
Islam :
11.502
b.
Kristen :
9
c.
Katholik :
5
d.
Budha :
58
e.
Hindu atau kepercayaan yang lain :
28
Jika jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah 11.502 orang,
sedangkan saat ini sudah mencapai 11.927 orang. Berdasarkan data BPS tahun
2014, jumlah pendidikan yang merupakan lulusan pendidikan umum terdapat 2.585
orang dan lulusan pendidikan khusus adalah 176 orang.
Sedangkan berdasarkan profesi penduduk di Merden, mayoritas
memiliki profesi sebagai petani dengan presentase mencapai 75 %, wiraswasta
dengan presentase 10 %, pedagang dengan presentase 10% dan PNS Abri sekitar 5
%.
Pada awalnya desa Merden merupakan sebuah kadipeten, yang dengan
seiring berjalannya zaman maka kadipeten tersebut berubah menjadi kademangan.
Dan ketika Indonesia telah merdeka pada tahun 1945, Merden menjadi kelurahan,
yang terbagi menjadi 3, yaitu Merden Kulon (Merden Rawangmangu), Merden Tengah
(Bala Tengah), dan Merden Wetan (Pesantren). Setelah berjalan masa-masa
kemerdekaan, tiga desa tersebut dijadikan satu oleh kepala desa Merden pertama,
yaitu Abdul Salam. Dan hingga saat ini, desa Merden sudah berganti kepala desa
sebanyak 7 orang, yaitu, :
1.
Abdul Salam
2.
Abdul Ghani
3.
Trisna Jaya
4.
Hisbullah (18 th)
5.
Tuji Hadi Suwito (8 th)
6.
Ahmad Badrussalam (15 th)
7.
Sukarso AMA (sejak tahun 2013)
Saat ini, Merden dikenal sebagai desa yang sangat besar dengan
perangkat desa yang banyak, yakni sebanyak 29 perangkat, yaitu 1 kepala desa, 1
sekretaris desa, 5 kepala urusan, 5 kepala dusun, 5 pembantu kepala dusun, 5
kayyim, 5 ulu-ulu (perairan), 2 staff urusan. Desa Merden terdiri dari 54 RT, 8
RW, 35 Dukuh, dan 5 Dusun.
Penduduk di Desa Merden secara umum memiliki 2 jenis kebudayaan,
yaitu kebudayaan yang bernafaskan islam, dan kebudayaan yang bernafaskan adat
jawa. Kebudayan yang bernafaskan islam seperti Qosidah. Sedangkan kebudayaan
yang bernafaskan adat jawa, berupa Ebek (kuda lumping), Reog, dan Wayang kulit
Penduduk Desa Merden yang beragama islam masuk dalam tiga
Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam, yaitu Muhammadiyah, Nahdhatul ‘Ulama (NU),
dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Dan Ormas yang memgang peran yang
sangat penting dan tinggi dalam keagamaan Islam di desa Merden ialah
Muhammadiyah.
Sedangkan organisasi pemuda yang ada di desa Merden terdiri dari
tiga organisasi, yakni Pimpinan Pemuda Muhammadiyah, Karang Taruna (organisasi
di bawah pemerintahan desa), dan Anshor (organisasi di bawah NU)
III.
Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Merden
Profesi penduduk di desa Merden
terbagi menjadi 4 macam profesi, yaitu petani dengan presentase 75%, wiraswasta
10%, pedagang 10% dan PNS 5%.
Potensi ekonomi yang hingga saat ini
sudah dilakukan, dan sudah tampak hasilnya di masyarakat Desa Merden, yaitu pertanian
dan perkebunan, industri, pemanfaatan mata air, serta peternakan dan perikanan.
1.
Pertanian dan perkebunan
Pertanian padi yang ada di desa
Merden merupakan salah satu potensi terbesar yang ada disana. Desa Merden yang
merupakan desa agraris, yang mana mampu menghasilkan berbagai hasil tani baik
di lahan basah ataupun lahan kering. Di lahan basah seperti padi, sedangkan
untuk lahan yang kering adalah hasil perkebunan berupa ketela pohon,
cabe-cabean, dan berbagai macam sayur-sayuran.
2.
Industri
Perindustrian di desa Merden juga
tak sedikit yang menggunakan potensi alam, atau potensi perkebunan yang sudah
berkembang di dalamnya. Seperti industri tahu, yang bahan utamanya adalah
kedelai, industri gula merah yang menggunakan air bunga kelapa di kebun, juga
gerabah/ kunden yang bahan utamanya adalah tanah liat.
Tetapi industri di desa Merden ini, hingga saat ini masih merupakan
home industry atau industri rumahan. Yang mana pemanfaatan sumber daya manusia
belum banyak. Sehingga belum dapat mengangkat tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat desa Merden.
3.
Mata air
Mata air yang ada di desa Merden
juga menjadi salah satu sarana berjalannya perekonomian masyarakat di desa
Merden. Beberapa mata air sudah digunakan sebagai sumber irigasi pertanian pada
persawahan, juga di gunakan sebagai sumber untuk air kolam perikanan yang
dimiliki masyarakat desa Merden. Salah satu mata air juga sudah digunakan sebagai
sumber Sarana Air Bersih (SAB), yang kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga
di beberapa daerah di Merden yang mengalami kekeringan ketika musim kemarau
tiba. Bahakn, karena sangat di butuhkan sumber air bersih untuk kebutuhan
keseharian keluarga mesyarakat Merden ini, dalam waktu satu bulan setelah
pembuatan, 76 keluarga di 4 RT di Dukuh3 atau Rp. 1500/1000 L.
4.
Peternakan dan perikanan
Peternakan di desa Merden terdiri
dari beberapa hewan ternak, yaitu sapi, kambing biasa, dan kambing ettawa, juga
ada ayam Bangkok. Makanan ternak herbivore yakni seperti kambing dan sapi juga
bisa memanfaatkan hasil perkebunan yang tidak terpakai atau rumput-rumput
ilalang yang hidup disekitarnya.
Sedangkan perikanan yang dimiliki
warga di desa Merden adalah perikanan lele, gurame, koi, dan beberapa jenis
ikan yang lain. Dan air yang digunakan untuk semua kolam tersebut pun tak
sedikit menggunakan sumber air dari mata air di desa Merden.
Penjelasan berbagai potensi di desa
Merden tersebut menunjukkan bahwa di daerah tersebut potensi yang mampu
menghasilkan aset ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sudahlah
cukup banyak. Akan tetapi hingga saat ini masih ada permasalahan yang belum mampu
teratasi.
Pertama adalah masalah hasil pemasaran dan pengolahan pertanian dan
perkebunan yang masih menggunakan metode yang merugikan para petani. Untuk
hasil perkebunan cabe-cabean, yang merupakan komoditas utama hasil perkebunan
sayur-sayuran masih menggunakan perantara tengkulak. Dengan begitu, penjualan
hasil tersebut sangatlah rendah. Dan harga cabe terakhir hanya Rp. 5000-Rp.
6000/kg. Begitu pula dengan pengolahan padi juga masih ketergantungan pada
investor. Dimana para investor tersebut memberikan pinjaman untuk permodalan
yang di butuhkan para petani. Mulai dari bibit, pupuk, air irigasi, dan lain
sebagainya. Dengan meminjam kepada para investor tersebut, ketika hasil
pertaniannya buruk dan hanya sedikit, maka modal yang dipinjam kepada para investor
tersebut, harus segera di kembalikan. Dan yang pasti mengandung bunga yang
harus di bayar oleh petani. Dan hal itulah yang merugikan para petani.
Kedua, adalah masalah industri, yang lebih tepatnya industri di
desa Merden belum mampu melibatkan banyak pihak masyarakat untuk berperan di
dalamnya. Sehingga perekonomian di dea Merden belum bisa terangkat dengan adanya
berbagai macam perindustrian. Industri tersebut masih sangat kecil, atau yang
sering disebut home industry (indutri rumahan). Maka, dalam pemproduksiannya
hanya melibatkan tak lebih dari 5 orang, yang biasanya diambil dari kalangan
keluarga pemilik industri rumahan tersebut.
Oleh karena itu, Pemerintahan Desa
Merden sudah membuat beberapa rancangan solusi untuk mengatasinya, terutama
permasalahan pengolahan dan pemasaran pertanian dan perkebunan masyarakat. Agar
tidak tergantung lagi pada para tengkulak ataupun investor, maka tak ada jalan
lain melainkan Desa ini memiliki permodalan sendiri. Dengan memanfaatkan dana
dari paguyuban PokTan (kelompok Tani), pengelolaan Sarana Air Bersih (SAB), dan
dana dari kelompok-kelompok yang berada di desa ini, maka desa Merden dapat
membuat koperasi pribadi, semacam Koperasi Unit Desa (KUD), atau saat ini lebih
dikenal dengan BUMD (Badan Usaha Milik Desa).
Sedangkan untuk perindustrian, maka
jalan yang dapat di tempuh untuk meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan
peranan masyarakat, maka perindustrian tersebut harus dibuat lebih besar dan di
pasarkan ke berbagi daerah, termasuk ke luar desa atau bahkan keluar kota. Saat
ini, kopersai yang tersedia untuk industri tahu misalkan, hanya terdapat
koperasi kedelai. Belum ada koperasi untuk membantu memberikan pinjaman sebagai
modal produksi. Selain itu, agar hasil
produksi yang banyak dan permodalan bisa mendapatkan bantuan, maka
perindustrian ini membutuhkan relasi dengan pihak-pihak lain, terutama kepada
pemerintah.
Dan yang terakhir, harapan yang
sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat di desa Merden adalah pada
pemuda-pemudi Merden dapat melanjutkan kehidupan di desa Merden dengan segenap
ilmu yang mereka miliki. Ketika mereka sudah ke luar kota untuk menyelesaikan
pendidikannya, ataupun hal-hal semacamnya diharapkan suatu saat tetap kembali
ke kampong kelahirannya, dengan tujuan untuk membenahi segala apa yang masih
buruk serta mengatasi segala permasalahan di desa Merden ini.
Wallahu a’lam
bii shawab.
nice, sis...
BalasHapuskeep_hamaasah! :)
asyiiikkk... lanjukan !
BalasHapushwaiting chinguu ..:-D
good_girl
yess.. thank for all
BalasHapus