"Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga"
Salah satu bukti kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah Dia selalu menunjukkan jalan kepada yang dicintai menuju kebaikan. Yang kemudian akan mengantarkannya menuju kenikmatan yang tiada tanding.
Kebaikan itu salah satunya adalah menuntut ilmu agama. Maka tidakkah kita bersyukur jika Dia telah menunjukkan salah satu terobosan tuk meraih kenikmatan yang kekal.
Rasulullah bersabda bahwa meniti sebuah langkah dalam menuntut ilmu agama adalah sebuah kemuliaan dari Allah baginya. Meniti jalan baik dengan melakukan jarak jauh dari sebuah tempat ke tempat lain. Bertemu guru dari satu kota ke kota lain. Atau dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang mengantarkan kita dalam penguasaan ilmu. Menghafal, mentadabburi dan memahami ayat quran, menelaah hadist, membaca buku, mengamati, mendengarkan ceramah, memenuhi majelis-majelis ilmu, atau dengan menulis yang merupakan pengikat ilmu.
Semua perkara diatas jelas lebih banyak dialami oleh pemuda para pemburu ilmu. Yang tugas utamanya tak lain adalah memperbanyak pengetahuan untuk mengetahui hakikat penciptaan.
Juga bisa meraih kebahagiaan serta impian besar di dunia maupun di akhirat.
Menuntut ilmu agama tidak hanya mempermudah jalan menuju surga. Ali Radhiyallahu 'anhu berkata : "Siapa yang tidak mencintai ilmu agama, maka tidak ada kebaikan pada dirinya". Inilah mengapa ilmu agama yang dipelajari secara serius dan mendalam pasti akan membawa kebaikan bagi yang mempelajarinya. Kebaikan di alam yang fana atau di alam yang abadi selamanya.
Imam Syafi'i pun mengatakan : "Demi Allah hakikat pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa. Bila keduanya tidak ada, maka tidak ada harga diri baginya". Jelas pula, sebagai pemuda kita tak boleh melepaskan ketaqwaan karena ilmu dunia. Begitu pula ketaqwaan pasti akan mengantarkan kita untuk semakin memperdalam ilmu.
Dan apabila kita menuntut ilmu hanya karena mencari ridho-Nya dan Ikhlash semata-mata karena-Nya, maka akan nampak perbedaan antara yang berkebalikan darinya. Yang hanya untuk mengejar ketenaran atau kedudukan, harta, dan pujian. Imam Hasan Al-Bahsri pernah memberi sebuah nasehat : "Barangsiapa yang menuntut ilmu karena Allah, maka tak lama lagi akan terlihat lagi pengaruhnya pada kekhusyukkannya, kezuhudannya, dan kethawadhuannya"
Sudahkah kita tergolong yang demikian?
Wallahu A'lam bish Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar