Pages

Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Mei 2024

Agar Bidadari Cemburu Padamu (Bagian 5): Cintai Cinta-Nya


            Memiliki keturunan adalah harapan setiap pasangan di sepanjang zaman. Namun tidak ada yang memiliki kuasa untuk menetapkah hal itu, melainkah Allah swt. sebagaimana firman-Nya:Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati”. Ayat ini menjelaskan bahwa ada lima perkara ghaib dimana manusia memang tidak memiliki kuasa untuk mengetahui dan mengaturnya.

            Ketika pasangan belum diberikan keturunan maka yang perlu difahami, pertama dan yakini, bahwa setiap ujian pasti akan Allah swt beri sesuai kadar kemampuan hambanya. Kedua, bahkan ujian tersebut harus disyukuri, karena di dalam al-Quran Allah pun memberi ujian tersebut kepada orang- orang terpilih, mulai Nabi Ibrahim, istri Nabi Zakariya, juga istri Imran. Mereka pun tak hanya sedih, namun juga dicemooh dan divonis oleh orang- orang disekitarnya bahwa mereka mandul. Tak hanya itu wanita- wanita yang paling mulia yang berada di sisi manusia termulia pun juga Allah uji dengan tidak diberikan keturunan, yaitu para istri Rasulullah, seperti Aiysah, Hafshah, Ummu Salamah, juga Saudah dan lainnya. Bahkan Imam Syafii, pun setelah mengembara ilmu dari Palestina, ke Makkah, ke Mesir, lalu ke Baghdad, selama 20 tahun lamanya, dan setelah selama itu istrinya baru bisa mengandung. Oleh karena itu, ujian semacam ini hanya Allah berikan kepada manusia pilihan yang mana Allah pasti mengetahui bahwa hambanya mampu untuk menghadapinya.

            Ketiga, harus difahami juga bahwa sepasang suami istri sebagaimana manusia biasa, mereka hanya Allah minta untuk memaksimalkan ikhtiar, mulai dari do’a dengan terus berhunsuudzon kepada-Nya, konsultasi ke dokter jika memang diperlukan tanpa perlu terburu- buru, juga melakukan berbagai ikhtiar kesehatan, termasuk bermain hujan, dimana hal itu juga disarankan oleh ulama, seperti Imam Ibnu Qayim Al-Jauzi, berdasarkan ayat Al- Quran, bahwa dari airlah Allah menghidupakn segala yang mati, dan menghidupkan berbagai macam makhluk hidup.

            Merupakan bagian dari kesalahan apabila kita sebagai seorang muslim, menuntut, menyalahkan, menekan, atau menyakiti hati saudara atau bahkan pasangan kita, ketika tak kunjung diberikan keturunan, padahal yang bisa memberi keturunan muthlaq hanya Allah saja. Maka seharusnya sepasang suami istri bisa saling memahami, menguatkan, dan menciptakan kebahagiaan bersama agar tidak stress, yang justru berdambak pada hormon dan kesuburan.

            Manusia hanya bisa berikhtiar, namun tetap Allah yang memiliki rencana terbaik. Dan tidak ada kehidupan kecuali pasti diliputi dengan ujian, dan tidak ada rumah tangga pasti Allah limpahkan berbagai cobaan, yang semua itu bisa menjadi ladang pahala yang berlimpah jika senantiasa ikhlas, ridho, sabar, tawakal, dengan terus berikhtiar menjalankan segala perintah-Nya.

Wallahu a’lam bish showab.

 

Agar Bidadari Cemburu Padamu (Bagian 4): Hijab, Bukan Topeng!


            Ketika Islam memerintahkan muslimah untuk berhijab, maka semata- mata untuk menjaga kehormatannya, juga agar ia tidak diganggu. Maka ketika ia mengenakannya, maka harus senantiasa sadar bahwa hal itu merupakan bagian dari kewajiban, yang tentunya juga harus disertai dengan menjalankan kewajiban- kewajiban yang lainnya, seperti menjaga lisannya, pandangannya, tingkah laku, pergaulannya dengan lawan jenis, juga akhkak- akhlak lainnya. Hijab bukan dikenakan untuk menutupi keburukan- keburukannya agar tidak ada orang yang memandangnya melainkan ketaatan.


            Termasuk yang sangat perlu dijaga oleh seorang muslimah adalah ketika ia mengkepresikan rasa cintanya. Seorang shahabiyah dari kalangan anshar pernah suatu ketika mengungkapkan cintanya kepada Rasulullah, di saat Rasulullah berada di suatu majelis dengan para sahabat. Di depan mereka shahabiyah ini dengan berani menawarkan dirinya agar Rasul menikahinya. Namun setelah mendengar itu, Rasulullah memalingkan mukanya, sehingga shabiyah pun mengerti jawaban Rasul, maka ia pun pergi. Anas bin Malik yang ketika itu melihat para shahabiyah yang lain memnggunjingnya, maka Anas pun menegur mereka dan mengatakan bahwa perempuan tersebut lebih mulia dibandingkan mereka, karena ia mengungkapkan cinta agar menjadi hubungan yang halal, dan itu lebih menjaga hati serta kehormatannya, meskipun ditolak.

            Ketika seorang muslimah mengagumi sosok laki-laki karena ilmu, akhlak dan keshalihannya, maka hal itu boleh saja, asalkan tidak berlebihan dan harus memahami batasan, dan menjadikan cintanya semata- mata karena ukhuwah, keilmuan dan ketaatannya.

            Islam memerintahkan muslimah tuk menjaga izzah (kehormatan) dan iffahnya yaitu (kesuciaan). Hal itu harus diwujudkan baik di dunia nyata ataupun di dunia maya. Hijab bukan menjadi penghalang untuk berinteraksi dengan orang lain selama dalam batas yang dibolehkan syariat. Begitu juga ketika di media sosial, maka jangan sampai ia menjadi wasilah tuk menambah dosa, lantaran ia tidak menjaga dirinya dari pandangan laki- laki, terlebih jika menampilkan dirinya dengan penuh menggoda juga dapat memancing pandangan liar.

            Pakaian muslimah pun memiliki ketentuan, tidak sembarangan, yaitu menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, tidak transparan, tidak membentuk tubuh, tidak menyerupai pakaian laki- laki, tidak menyerupai pakaian orang kafir, dan tidak terlalu mencolok (tabaruj), juga harus dengan khimar dan jilbab.

Wallahu a’lam bish showab

 

Agar Bidadari Cemburu Padamu (Bagian 3): Membidadarikan Diri

            Suatu ketika Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah, terkait mana yang lebih mulia, antara wanita sholihah yang masuk surga, atau bidadari surga? Maka Rasulullah saw pun menjawabnya bahwa wanita sholihah yang lebih mulia, karena ia dimasukkan surga karena usahanya untuk menjadi sosok yang sholihah. Bahkan perbandingan antara keduanya layaknya batu berlian dengan batu biasa, atau seperti kenyataan dan bayang- bayang saja.

            Hal itu dikarenakan perempuan dunia yang sholihah, bisa meraih derajat dan kedudukan di surga harus melalui berbagai proses dan perjuangan yang panjang. Ia harus sholat, puasa, shodaqoh, dan melakukan berbagai ketaatan dan perintah lainnya, juga melalui berbagai ujian di dunia. Sedangkan bidadari surga tidaklah sama sekali mendapat perintah itu semua, apalagi ujian dunia yang terus- menerus tiada ujungnya. Sebagaimana yang Allah katakan: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung” (Al- Waqi’ah: 35).

            Wanita sholihah memiliki kecantikan yang jauh lebih tinggi bahkan dikatakan oleh Rasulullah sampai 70 ribu kali lipat dari bidadari surga ketika mereka telah mendapatkan surga-Nya, karena ketaaatannya selama di dunia. Mereka akan ditempatkan di istana- istana surga seperti yang Allah katakan: “(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'adn”  (At- Taubah: 72). Sedangkan para bidadari mereka Allah letakkan di dalam kemah- kemah, sebagaimana friman-Nya:(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (Ar- Rahman: 72)

            Jika bidadari surga Allah gambarkan di dalam Al-Quran yang memiliki mata jeli, buah dada yang montok, berusia muda- muda, maka wanita shalihah yang mereka masuk surga karena ketaatannya, ia akan jauh lebih menarik dan tinggi derajatnya. Para wanita ini yang juga akan dipasangkan dengan pasangan- pasangan mereka yang sahlih selama di dunia. Maka kedudukan para pelayan muda dari laki-laki di surga, juga para bidadari tidaklah lebih tinggi dari laki- laki shalih dan perempuan shalihah yang karena ketaatan mereka, menjadikan mereka masuk ke dalam surga-Nya. Kenikmatan memandang bidadari, juga para pelayan muda pun tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenikmatan memandang Allah disana.

            Oleh karena itu seorang muslimah harus senantiasa memantaskan dirinya agar bisa meraih derajat tersebut. Sosok shalihah adalah yang qanitah (taat) kepada Rabb-Nya, juga hafidzah yakni yang mau menjaga kehormatannya, juga rahasia dan harta suaminya. Juga senantiasa memberi teladan dan inspirasi dalam kebaikan bagi muslimah lainnya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, dengan tetap menjaga hati dan dirinya dari segala yang dilarangnya. 

Wallahu a’lam bish showab.

Agar Bidadari Cemburu Padamu (Bagian 2): Kesetaraan yang Terindah


            Ketika peradaban- peradaban berbagai agama begitu merendahkan kedudukan perempuan, bai itu Yunani, Romawi, Mesopotamia, India, Hindu, Kristen, juga Arab Jahiliyah, maka Islam datang tuk meninggikan dan menjaganya dengan penjagaan serta penghormatan terbaik. Islam datang bagai pelita bagi kegelapan yang ada di masa itu, dimana kala itu wanita dipandang sebagai makhluk kedua, objek pemuasaan pria, juga layaknya barang yang bisa diperjual belikan dan diwariskan, bahkan layak untuk dibunuh lantaran malu tuk membesarkannya. Tak hanya itu bahkan ia pun bisa mendapat predikat wanita yang setia ketika siap mati ketika suaminya meninggal. Islam dengan syariatnya pun menghapuskan semua itu dan menjadikannya makhluk yang mulia, dan dalam pandangan Rab-Nya tidak ada yang membedakan dengan pria, melainkan  karena ketaqwaan saja. 


            Namun kesalahpahaman menjadikan kaum wanita hari ini menunutut adanya kesataraan. Padahal munculanya gerakan feminis atau kesetaraan gender ini muncul di tengah peradaban barat yang dahulu mereka memang benar- benar merendahkan martabat perempuan.

            Maka bagi kita cukup kembali kepada syariat Islam, dimana Allah sudah memberi tugas, kewajiban, dan perintah sesuai dengan fitrah manusia, baik laki- laki maupun perempuan. Jika kita melihat para shahabiyah juga istri- istri Nabi, maka kita tahu bahwa Islam tidak sama sekali melarang perempuan untuk berperan di tengah kehidupan, selama dalam perkara yang tidak dilarang. Khadijah yang merupakan saudagar kaya, Aisyah menjadi guru para sahabat, juga Hafshah dan Asy-Syifa menjadi pakar kedokteran yang memiliki peran besar di Madinah juga dalam peperangan. Artinya perempuan boleh untuk memiliki peran dalam ranah publik selama ia tidak menginggalkan kewajiban utamanya di dalam rumah, dan semua itu dia niatkan untuk berkhidmat pada Islam dan kaum muslimin.

            Adapun dalam kepemimpinan, maka Islam melarang perempuan untuk memegang kepemimpinan yang memegang kebijakan. Hal itu berdasarkan hadits Nabi yang telah beliau tuturkan, dimana hal itu pasti memiliki hikmah yang besar, karena memang Allah sudah memberikan kelebihan kepada laki- laki yang bisa memikul kewajiban besar tersebut.

            Perempuan sangatlah dimuliakan di dalam Islam. Ketika ia menjadi seorang anak, maka Rasulullah bersabda bahwa siapa yang membesarkan dan mendidik anak perempuannya dua atau tiga maka baginya surga. Ketika perempuan menjadi istri, maka Rasulullah bersabda bahwa laki- laki yang terbaik adalah yang paling baik terhadap istrinya. Ketika perempuan menjadi seorang ibu, maka maka Rasulullah memerintahkan kepada anaknya untuk bebakti kepada ibunya tiga kali lipat dari ke ayahnya. Tentu karena Allah swt telah memberikan kewajiban besar kepada ibu, yang tidak akan mampu tuk dijalankan oleh ayah, yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui.

            Dalam urusan rumahtangga, ketika Allah menwajibkan suami tuk memberi nafkah, termasuk di dalamnya memberi makan dan pakaian, maka terdapat ulama yang berpendapat bahwa kesempurnaan memberi nafkah tak hanya memberi uang, namun juga hingga menyediakan makanan, dan menyuapkannya. Begitu pula kewajiban memberikan pakaian, juga termasuk memakaikannya.

            Ketika Islam menetapkan warisan bagi laki- laki 2 kali lipat dari perempuan, maka hal itu karena laki- laki memiliki peran yang berbeda dimana ia harus memberi mahar dan nafkah. Adapun dalam karir, maka Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja, namun Islam menekankan bahwa perempuan memiliki tiga kewajiban yang itu harus benar- benar diperhatikan, yaitu mengandung, melahirkan, menyusui, yang mana semua itu menjadi ladang pahala yang setara seperti jihad fi sabilillah.

            Maka, apabila feminisme dihadapkan dengan peradaban barat, maka hal itu menjadi relevan, namun jika dihadapkan dengan Islam, maka hal itu menjadi sesuatu yang tidak masuk akal karena Islam tanpa feminisme pun sudah sangat jauh memuliakan perempuan.

            Sehingga ketika Kartini, Ratu Ageng Tegalrejo, dan Tengku Fakinah, dan tokoh- tokoh Muslimah Nusantara dan lainnya yang memiliki peran besar bagi perjuangan juga pemberian hak bagi para wanita, maka bukan karena untuk melawan budaya Nusantara atau jawa, karena di Nusantara sendiri telah mengenal Islam sejak lama. Akan tetapi yang mereka lakukan adalah dalam rangka untuk melawan budaya Barat yang telah tersebarkan.

Wallahu a’lam bish showab.

Agar Bidadari Cemburu Padamu (Bagian 1): Allah Sebaik- baik Pemberi Kasih Sayang


            Banyak muslimah merasa insecure karena fisik, penghasilan yang belum mapan, prestasi yang biasa saja, atau jodoh yang tak kunjung datang sedangkan usia terus bertambah tanpa terasa. Padahal semua hal itu termasuk perkara yang diluar kuasanya sebagai manusia, perkara yang pada dasarnya tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.

Maka agar tidak menjadi sebab yang membuatnya insecure, sudah seharusnya ia mengingat kembali betapa berlimpahnya nikmat yang sudah Allah swt berikan, dimana dengan rasa syukur itu ia akan senantiasa merasa bahagia. Rasulullah pernah mengingatkan kita: “Barangsiapa di antara kalian yang memasuki waktu pagi dalam kondisi sehat badannya, hatinya aman dan tentram, serta memiliki makanan untuk hari tersebut, maka seakan-akan dia memperoleh dunia dan seisinya”. Allah pun juga telah berfirman: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nahl: 18)

Kemuliaan seorang muslimah tidak diukur dari bagaimana fisiknya, karena Allah swt senantiasa melihat dari hati dan amalnya sebagaimana sabda baginda. Begitu juga bukan dinilai dari kemapanan materi dan pekerjaannya, karena pada dasarnya rezeki itu adalah yang bisa dinikmati dan didapatkan dari sumber yang diridhai-Nya. Begitu juga karena prestasinya, karena setiap manusia pasti Allah beri potensi istimewa yang terkadang ia belum menyadari bahkan tak dimiliki oleh selain dirinya. Begitu juga jodoh, karena nyatanya dua perempuan mulia yang Allah muliakan di dalam Al-Quran, yakni Maryam dan Asiyah binti Muzahim kemuliaannya bukanlah karena pasangannya. Maryam, seorang wanita sholihah, ahli ibadah, yang sangat menjaga kehormatannya, sangatlah ditinggikan kedudukannya meski ia tak menikah hingga akhir hayatnya. Bahkan karena kesuciannya, ia Allah pilih untuk memegang amanah besar, dimana dari rahimnya lahir sosok yang akan menyampaikan risalah Rab-Nya. Begitu pula Asiyah yang berada disisi sosok lelaki yang kejam, zalim, bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan bagi seluruh manusia. Namun ia Allah tinggikan, semata- mata karena ketaatannya pada Rab-Nya, keteguhannya dalam memegang dan menyampaikan kebenaran hingga akhir hidupnya.

Oleh karena itu perempuan di dunia yang menjadikan bidadari surga cemburu padanya adalah perempuan yang shalihah, taat, serta yakin akan janji-Nya, dekat dengan Rabb-Nya, tunduk atas perintah-Nya, sabar atas segala ujian, teguh dalam kebenaran hingga khir hayatnya. Sama sekali bukan karena fisiknya, materi, prestasi ataupun sosok yang mendampingi hidupnya.

Wallahu a’lam bish showab

Minggu, 28 Januari 2024

Dalam Mihrab Cinta

            Sikap iri dan dengki jika terus dibiarkan di dalam hati seorang muslim, maka akan berbahaya bagi dirinya sendiri juga orang lain. Sikap itu adalah perkara yang telah dilarang di dalam Islam, sehingga harus dikendalikan dan dihilangkan, bukan justru dipelihara. Karena jika hal itu dibiarkan maka benih kebencian pun akan muncul, dan perilaku yang kurang baik akan ditampakkan, bahkan bisa jadi sangat menzalimi orang yang ia iri terhadapnya.

            Tapi Allah swt pasti Maha Adil dan Maha Teliti terhadap hamba- hamba Nya sehingga kebenaran pasti akan terungkap, dan Dia tidak akan menyia- nyiakan hamba-Nya yang terus berusaha mendekat dan meminta petunjuk meskipun ia memiliki dosa yang sebesar gunung.

            Film “Dalam Mihrab Cinta” bukan sekedar film romantis, bukan sekedar film yang menggambarkan bagaimana perjalanan bertemunya orang yang saling mencintai karena-Nya, namun film ini memahamkan kita bahwa cinta-Nya begitu besar dan tak dapat terlukiskan dengan kata- kata, kepada hamba- hambanya yang senantiasa menjaga diri dalam taat, berusaha mendekat, dan selalu berbuat kebaikan tanpa berharap balasan.  Juga betapa kehendak dan ketetapan-Nya adalah yang terbaik meskipun manusia belum sepenuhnya mengetahui hikmahnya.

            Berikut sejumlah hikmah yang bis akita dapatkan dari fim tersebut:

§ Memfitnah kepada sesama muslim itu dosanya sangatlah besar dan balasannya akan berat dari sisi Allah swt. Maka perlu ada tabayun dalam memastikan informasi yang datang dari orang yang belum terpercaya. Dan tidak boleh menghakimi, serta menyakiti orang yang berbuat salah, karena yang kita ingkari adalah perbuatannya bukan orangnya.

§ Ketika dizalimi, seorang muslim sudah seharusnya seorang muslim tetap bersabar dan hanya mengharap pertolongan-Nya, dan tetap harus ada usaha untuk membela diri dalam batas yang dimampui.

§ Ketika ada rasa takut dalam hati seseorang kepada Allah, maka sesulit apapun masalah yang dihadapi, dan sesempit apapun kondisi, maka dorongan untuk berubah dan menjadi lebih baik insya Allah akan ada. Maka perlu sekali memohon pertolongan, bimbingan dan hidayah dari-Nya bagaimanapun dan apapun kesulitan yang dihadapi, maka kemudahan- kemudahan akan Dia berikan.

§ Ketika pernah melakukan dosa sebesar apapun, maka tetap yakin bahwa Allah swt Maha Pengampun, selama kita bertaubat dengan sebenar- benarnya dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.

§ Optimis dengan jalan keluar dari Allah swt selama selalu ada niat baik dan keinginan untuk berubah menjadi lebih baik.

§ Senantiasa menyebarkan ilmu yang kita miliki dimanapun berada, dan percaya diri selama kita menyampaikan kebenaran. Tidak perlu sibuk dengan masa lalu kita jika ada suatu keburukan.

§ Lingkungan yang kurang baik, juga tidak mendukung kita lebih baik untuk ditinggalkan. Agar kita bisa hijrah menjadi lebih baik perlu support dari orang- orang baik yang percaya dengan kita.

§ Melibatkan Allah dalam memilih segala hal, termasuk dalam masalah jodoh.

§ Merendah di hadapan manusia akan membuat seseorang menjadi Allah tinggikan.

§ Ikhlas terhadap qadha-Nya yang merupakan perkara diluar kuasa kita, serta yakin bahwa Allah pasti akan mengganti yang jauh lebih baik.

§ Jodoh dan kematian adalah dua hal yang pasti datangnya, yang keduanya perlu dipersiapkan sebaik- baiknya.

§ Sampai waktu akad tiba, hubungan sepasang calon suami dan istri tetaplah belum halal, maka tetap harus menjaga dir dari pergaulan yang berlebihan.

§ Kehidupan dan kematian tetaplah di dalam genggaman Allah swt, sehingga tidak ada menjamin seseorang masih hidup hingga di hari pernikahan yang sudah dinantikan dan dipersiapkan sebaik mungkin.

§ Cinta dan doa seorang ibu tidak akan hilang dan sirna seburuk apapun seorang anaknya di mata orang lain. Dia tetap mengharapkan kebaikan dan kepulangan anaknya walaupun seluruh manusia membencinya.

Wallahu a’lam bish showab.

 

Kamis, 25 Januari 2024

Airmata Tuk Raih Surga-Nya

         Kita pasti pernah mengalami kesedihan atau menghadapi kebingungan. Akan tetapi jika kita menggantungkan dan berprasah kepada Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, dan kita terus meminta petunjuk serta pertolongan-Nya, maka Allah swt pasti akan memberi jalan keluar. Jalan keluar itu tidak selalu terkabulnya doa- doa kita, atau terselesaikannya masalah kita. Namun, bisa jadi Allah swt datangkan seseorang, nasehat atau kejadian yang dapat membuka hati kita dan menjadikan kita tenang serta lapang menerima segala ketetapan-Nya. Sehingga seolah- olah masalah itu terasa ringan, atau bahkan seolah hilang dan terlupakan, meskipun hakikatnya masih ada, tapi Allah swt limpahkan rasa syukur dan ikhlas sehingga kita terus melangkah, berjalan, dan menyibukkan diri dalam aktifitas serta amal shalih yang mengalihkan diri dari segala kesedihan.

          Film ini salah satunya. Menjadi sebuah wasilah bagi diri ini tuk mendapat nasehat dan pelajaran berharga ketika sedang dilanda resah. Dari kehidupan orang lain kita dapat banyak belajar bahwa ketetapan dan rencana Allah swt adalah yang terbaik, meskipun terkadang kita belum tau.

           Film ini mengajarkan kita bahwa ketika banyak hal yang kita harapkan kepada-Nya tuk di dalam kehidupan ini, namun belum terkabulkan, maka kita tidak boleh berhenti berharap dan berdoa kepada-Nya. Karena air mata yang mengalir dalam doa itu adalah kenikmatan, dan bahkan bisa menjadi ladang pahala dan pembuka pintu surga-Nya, jika kita niatkan dalam doa tersebut semata- mata karena menjalankan perintah Allah swt, yakni memenuhi seruan tuk beribadah  kepada-Nya.

Film yang berjudul “Air Mata Surga” ini mengingatkan diri ini pada sebuah hadits Rasulullah saw, dari Abu Sa'īd dan Abu Hurairah marfu’ ke Rasulullah saw:

«ما يُصيب المسلم من نَصب، ولا وصَب، ولا هَمِّ، ولا حَزن، ولا أَذى، ولا غَمِّ، حتى الشوكة يُشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه» [صحيح- متفق عليه]

"Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, sakit, dukacita, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

              Terdapat sejumlah hikmah yang bisa kita petik dari film ini diantaranya adalah:

v Harus menjaga amanah dalam menuntut ilmu dengan sungguh- sungguh dengan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.

v Seorang perempuan seharusnya menjaga batasan dalam pergaulan, sekalipun ada sosok yang menampakkan rasa suka dan kepedulian kepadanya.

v Jodoh itu di tangan Allah. Jika memang jodoh pasti ada saja jalan yang akan Allah mudahkan untuk bertemu dan mempersatukan.

v Dalam mengambil suatu keputusan pasti perlu pertimbangan, diskusi serta ridho orangtua.

v Berusaha memaksimalkan potensi dan ilmu yang dimiliki agar bermanfaat untuk orang lain.

v Seorang istri ketika bekerja tetap harus dengan izin suami dan semata- mata bukan untuk mengejar materi atau menyaingi suami, akan tetapi untuk berkarya, mencari pahala jariyah dan agar ilmunya bermanfaat untuk umat.

v Harus senantiasa berusaha memantaskan diri, berhusnudzon, dan tetap membalas keburukan dengan kebaikan, sekalipun orang tersebut sering menyakiti kita. Bahkan sekalipun yang melakukan adalah orang yang terdekt, seperti mertua.

v Seorang istri harus selalu sabar, ikhlas dan cerdas untuk mengambil hati mertua semata- mata untuk memperbaiki hubungan dan menjaga tali persaudaraan (silaturahim)

v Seorang laki- laki jika tidak mematuhi ibunya harus punya alasan syar’i. Pilihan yang dia ambil bukan semata- mata karena cinta, tapi pertimbangan yang lebih utama, seperti karena landasan iman dan sesuai pandangan Islam, dimana Islam mengutamakan perempuan yang dipilih untuk menjadi pendamping hidup. Dan seharusnya senantiasa melibatkan Allah dalam setiap mengambil keputusan.

v Menjadi mertua seharusnya tidak perlu banyak intervensi dan ikut campur atas urusan menantu dan keluarganya, kecuali apabila anak atau menantunya tersebut meminta bantuan seperti memberi nasehat, atau pandangan dalam menyelesaikan persoalan.  

v Sebelum memutuskan untuk melakukan sebuah pernikahan, maka kedua calon perlu untuk memastikan penyakit dalam yang dimiliki oleh perempuan atau laki- laki, terutama yang berkaitan dengan hal yang bisa menjadi faktor penghalang untuk memiliki keturunan, karena tujuan utama menikah adalah untuk melanjutkan keturunan.

v Memiliki anak adalah keinginan semua orangtua, begitu juga kakek dan neneknya. Akan tetapi anak adalah bagian dari rezeki yang semuanya kembali pada ketetapan Allah swt saja, karena hal itu termasuk perkara yang diluar kuasanya. Manusia hanya bisa berikhtiar semaksimal yang dia bisa.

v Dalam pernikahan pasti akan ada banyak ujian, salah satunya adalah ketika memiliki keinginan mendapatkan keturunan, namun Allah swt belum mengijabah. Maka disitu harus ada keikhlasan, kesabaran dan senantiasa menggantungkan harapan kepada Allah swt, serta harus yakin bahwa Allah swt pasti memiliki rencana lain yang jauh lebih baik.

v Seorang suami yang shalih akan bersabar dan tidak menyalahkan istrinya ketika belum bisa memberikan keturunan atau janinnya keguguran, karena semua itu diluar kuasanya dan kehendaknya.

v Sebagai seorang muslim harus senantiasa bisa menjaga lisan dari menyakiti saudaranya sesama muslim, termasuk menyinggung masalah yang berkaitan dengan qadha-Nya, dimana dia pun tidak punya kuasa untuk mengaturnya.

v Istri yang cerdas dan sholihah akan senantiasa mencarikan solusi yang terbaik untuk membahagiakan suaminya. Dia yang hatinya bersih akan rela untuk membagikan cinta suaminya semata- mata tuk membahagiakannya.

v Syariat Islam pasti penuh kebaikan, termasuk dalam masalah poligami. Dimana ia bisa menjadi salah satu jalan keluar ketika seorang istri tidak mampu memberikan keturunan karena sakit atau yang lainnya.

v Ajal tidak menunggu seseorang tua ataupun siap. Maka harus senantiasa dipersiapkan sebaik- baiknya, dengan memperbanyak dan istiqomah beramal shalih, sehingga mendapatkah husnul khatimah. 

v Ada banyak pahala serta cara untuk bisa membuka pintu surga-Nya. Mungkin kita berharap mendapatkan pahala dari cara yang kita inginkan, tapi Allah swt berkehendak lain. Sehingga semua harapan yang belum terwujud itu mendorong kita untuk banyak meminta, dan berdoa kepada-Nya tanpa henti, serta putus asa. Dengan air mata yang mengalir ketika mengadu di hadapan-Nya semua itu bisa menjadi penggugur dosa serta ladang pahala, juga bisa menjadi salah satu pembuka pintu surga-Nya, jika kita yakin dan ikhlas akan ketetapan-Nya.

Sebagai penutup, teringat sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

 “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam bish showab

Surga Itu Ada Di Rumahmu

           Teringat nasehat dari seorang guru besar kami yang sangat berjasa, yang senantiasa menanamkan rasa cinta dan kesungguhan terhadap ilmu. Beliau mengatakan bahwa “belajar itu bisa dimanapun dan dengan siapapun, maka jadikan setiap waktu kita sebagai sarana untuk belajar, karena belajar tidak harus bersama buku dan di dalam kelas”.

       Terkadang ketika berada dalam kondisi atau keadaan tidak normal dimana kita bisa melakukan rutinitas harian yang sesuai dengan target kita, maka mungkin ada perasaan kecewa, atau menyalahkan diri dan kondisi sehingga yang terjadi hati kita tak lapang dan tak dapat menikmati kondisi tersebut. Padahal bisa jadi kondisi tersebut adalah menjadi tempat kita belajar dan mendapat hikmah yang besar untuk kehidupan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa memiliki kesadaran untuk mendatangkan niat dan pandai mencari hikmah dari setiap yang terjadi. Diantara kondisi tersebut misalkan ketika sedang bersama keluarga, atau di rumah saudara, kerabat, atau ketika sedang safar atau sakit.

        Padahal dengan kita bersosialisasi, mengamati banyak hal, juga dengan fasilitas serta kemudahan teknologi hari ini banyak yang bisa kita lakukan meskipun kita dalam kondisi tidak seperti biasa.

Termasuk diantaranya ketika menonton film bersama saudara pun juga bisa bernilai ibadah, jika diniatkan untuk menjalin silaturahim, juga diniatkan untuk mendapatkan pembelajaran dari kisah yang ada di dalamnya. Karena di setiap kisah atau cerita yang dibuat pasti memiliki pesan yang ingin disampaikan bagi para penontonnya. Meskipun demikian kita harus pandai memilih tontonan yang baik, yang tidak ada unsur kemaksiatan yang bisa memotivasi kita untuk melakukan yang sama atau setidaknya menjadikan kita tahu akan kemaksiatan yang mungkin sebelumnya kita belum mengetahuinya.

Film “Ada Surga Di Rumahmu”, adalah salah satu film yang mungkin nampak sederhana, namun di dalamnya ada pesan yang dalam. Terutama bagi kita yang masih menjadi seorang anak, yang terkadang atau bahkan sering masih bersikap kurang sopan atau belum bisa berbakti dengan maksimal dan ketulusan hati. Film yang berhasil membuat diri ini mengalirkan air mata, antara malu, menyesal, tertampar, dan bersyukur masih Allah beri nasehat melalui perantara kisah tersebut, dan masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan kedua orangtua dan memberikan bakti yang terbaik.

Ada beberapa hikmah yang bis akita dapatkan dari film tersebut, diantaranya: 

·     Seorang ayah yang bertanggung jawab atas kewajibannya, maka akan bersungguh- sungguh dalam mendidik anaknya walaupun memiliki keterbatasan harta atau fasilitas yang dimilikinya.

·      Seorang ayah dan ibu harus memiliki visi yang sama ketika berharap anaknya menjadi seorang yang hebat di masa depan. Selain itu, orangtua, terutama ayah harus sering berkomunikasi, termasuk menyampaikan visi yang diharapkannya tersebut kepada anaknya,  serta memotivasi dan mengarahkannya untuk selalu melangkah kea rah tersebut.

·      Menuntut ilmu membutuhkan pengorbanan dan mengeyampingkan perasaan rindu. Karena cinta yang sebenarnya adalah keinginan untuk bersama dan berkumpul di akhirat, yakni di surga-Nya.

·    Orangtua yang merasa memiliki keterbatasan pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan lingkungan dan guru- guru terbaik yang bisa mendidik serta mendoakannya. Maka orangtua harus selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu memberikan kepercayaan serta menghormati para guru yang mendidik anak- anaknya.

·       Doa adalah hadiah terbaik dari orangtua untuk anak- anaknya.

·    Dalam menuntut ilmu harus memiliki keberanian dalam bertanya, berpendapat dan perlu melatih diri untuk sering menyampaikan agar ilmunya bisa bermanfaat.

·    Ridha orangtua adalah kunci tuk mendapatkan ridha Allah serta keberkahan dan kemudahan- kemudahan. Dan sebaliknya, apabila melakukan perkara yang tidak diridhai orangtua maka akan ada kegelisahan dan sulit tuk memperoleh kemudahan serta keberkahan.

·       Ada banyak pintu surga yang bisa kita cari, namun kita sering lupa dengan pintu surga yang sebenarnya sangat mudah, dekat dan cepat kita didapatkan. Pintu surga itu ada di dalam rumah kita sendiri, yaitu pada orangtua kita. Melayani mereka serta berbakti kepadanya dengan memberikan apa yang kita miliki.

·    Keinginan, ambisi, atau cita- cita kita setinggi apapun tetap memerlukan ridha kedua orangtua, dan apabila itu tidak tercapai maka jika kita masih memiliki orangtua maka tetap ada surga yang Allah hamparkan tuk kita raih, yaitu di rumah kita dimana ada orangtua, selain juga ada saudara- saudara kita.

Sebagai penutup, teringat sabda Sang Baginda saw, yang berkata:

 

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

“Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati keduanya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).” (Hr. Muslim)

Allah swt juga berfirman:


وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS. Al-Isra’: 23)

Wallahu a’lam bish shawab