Let’s introduce myself..
Nama lengkap saya adalah Qonita Fairuz
Salsabila. Biasa dipanggil Qonita, baik dilingkungan sekolah, keluarga,
saudara, ataupun lingkungan rumah. Nama yang saya miliki itu, tak lain adalah
nama pemberian ibu saya. Sebuah nama yang bagi saya memiliki sebuah arti yang begitu
indah. Nama yang merupakan do’a dari segala impian yang ingin dijadikan menjadi
kenyataan. “Qonita”, yang bermakna ‘wanita yang taat’. “Fairuz”, yang berarti
’permata’. Dan “Salsabila”, yang didefinisikan ‘sebuah air yang mengalir di
syurga’. Saya berharap, dari nama tersebut, saya bisa menjadi wanita yang taat
kepada Allah, risalah Rasul-Nya, taat kepada orang tua, serta kepada guru.
Sehingga saya bisa menjadi seseorang yang
diibaratkan sebagai permata yang mengalir di surga. Saya lahir di kota Jember,
Jawa Timur, tepatnya pada tanggal 05 Januari
1999. Maka usia saya saat ini sudah menginjak 15 tahun. Selain lahir di kota
tersebut, saya juga sempat singgah bersama keluarga saya selama sekitar 3 tahun
disana. Namun, entah karena alasan apa, kami pindah di Kota kelahiran ibu saya.
Pacitan. Disana saya berpindah rumah hingga tiga kali dan berakhir pada rumah
yang saat ini. Rt 04/Rw 01, Dsn.Cerbon, Ds.Cokrokembang, Kec.Ngadirojo,
Kab.Pacitan, Jawa Timur.
Saya
anak dari kedua orang tua saya yang bernama Suyono Rizal Yahmazi dan Siti
Marfu’ah. Ayah saya dilahirkan di kota Banyuwangi pada tanggal 31 Juli 1970.
Usianya saat ini 44 tahun, dan bekerja sebagai seorang Wiraswasta. Sedangkan
ibu saya adalah seorang wanita asli kelahiran kota yang dikenal sebagai 1001
Goa, yaitu Pacitan. Beliau lahir pada tanggal 12 September 1970. Layaknya ayah,
ibu saya juga telah hampir menginjak usia 44 tahun. Dan beliau bekerja sebagai
guru Matematika SMKN Ngadirojo, Pacitan, sekaligus aktivis dakwah. Sedangkan terkait saudara, saya dilahirkan sebagai anak ke-2,
yang memiliki satu kakak laki-laki dan dua adik, laki-laki dan perempuan. Kakak
saya bernama Muhammad Marsa Alaudin Asy-Syauqi, yang kerap dipanggil Arsa. Dia
lahir di Jember pada tanggal 21 November 1996. Sekarang dia sedang duduk di
bangku kelas 2 SMK, di SMKN 2 Yogyakarta, yang mengambil jurusan teknik gambar
bangunan /arsitek. Sedangkan adik saya yang pertama bernama Muhammad Fahmi
Zaidan Azzam Al-Firdausi. Layaknya kedua kakaknya, dia juga lahir di Jember
pada tahun 2001. Sekarang dia duduk di bangku kelas 6 SD, dan rencananya akan
melanjutkan sekolah bersama saya. Sedangkan adik saya yang terakhir bernama
Asyrifa Nida’ Fikriya Nadzif. Dia kerapa dipanggil Nida’, dan saat ini dia
berusia 6 tahun karena lahir pada tanggal 29 Februari 2008 di Pacitan. Dan
sekarang sedang berada di bangku TK B dan akan melanjutkan SD layaknya saya dan
adik saya yang pertma.
Pada awal saya menginjak bangku sekolah,
saya masuk pada sebuah TK Islam, bernama TK Nurul Yaqin dan sebagai angkatan ke-3. Setelah dua tahun mencari
pengalaman di sekolah itu, saya masih tetap melanjutkan sekolah pada yayasan
yang sama. Karena baru saja bediri,maka di SD Islam Nurul Yaqin saya menjadi angkatan
pertama bersama ketiga belas teman saya. Dengan alasan tak ada pilihan sekolah
lain, maka selama 6 tahun,saya tak pernah ada keinginan untuk pindah sekolah.
Selain hanya satu-satunya sekolah Islam di lingkungan rumah saya, selain itu
ibu saya juga cukup berurusan dengan berdirinya sekolah itu. Selesai menimba
ilmu selama 6 tahun disana, saya sudah benar-benar diniatkan dan meniatkan diri
untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya di sebuah Pondok Pesantren. Walau pada
awalnya, saya belum tahu harus kemana. Berawal dari pondok Tahfidz di Madiun,
kemudian pondok pesantren di Probolinggo, pondok yang sudah dikenal orang tua
saya di Tulungagung. Berlanjut pada sebuah Homeschooling di Bogor bernama
Insantama, dan terakhir Homeschooling Khoiru Ummah di Bogor. Namun karena
pertimbangan jarak yang terlalu jauh, dan biaya yang dibutuhkan terlalu besar,
maka orang tua saya mencari cabang dari sekolah yang sesuai dengan visi itu. Karena sudah benar-benar cocok dengan tujuan serta sisitem belajar dari
sekolah tersebut, maka orang tua saya benar-benar telah sepakat untuk memasukkan
saya di sekolah itu. Dan pencarian berakhir ketika orang tua telah berhasil
menemukan sebuah sekolah yang memiliki satu misi dengan sekolah di Bogor
tersebut. Setelah mendapat iklan, serta persyaratan untuk masuk di sekolah itu
di sebuah majalah, mereka pun semakin yakin untuk memasukkan saya sebagai
santri didik di sekolah ini. Akhirnya setelah semua urusan pendaftaran telah
usai,maka pada tanggal 03 Juli 2011, saya datang ke sekolah ini. Dan hingga
detik ini saya masih berada dan akan terus berada di sekolah ini hingga mungkin
usia SMA saya berakhir. Jadi, dalam sejarah mungkin saya hanya merasakan dua
sekolah mulai dari saya masih balita hingga masa dewasa telah terlewati. Maka,
pantas jika saya begitu menghargai dan meraskan sekolah yang benar-benar telah
dan akan diami bertahun-tahun tersebut.
Saya memiliki banyak hobi diantara semua
pekerjaan yang selalu saya lakukan. Saya paling senang menulis, membaca (walau
bukan tergolong kutu buku), bermain bulutangkis, dan menghafal Al-Qur’an.
Sedangkan pekerjaan yang hingga saat ini belum mampu saya gemari adalah
memasak. Dan hal itu sampai sekarang masih menjadi tugas saya untuk harus
menyukainya. Dan saya tidak menyukai hewan peliharaan, terutama hewan yang
berambut, semacam kucing, kelinci, ataupun hamster. Dan menurut saya
berinteraksi dengan orang lain yang belum dikenal lebih menyenangkan bagi saya,
begitu pula berdiam diri untuk membuat hal-hal yang baru. Dalam hal suasana,
saya tidak menyukai keributan, tetapi begitu nyaman dengan kesunyian. Maka,
dalam beberpa hal, saya lebih cenderung suka dan sedikit lebih pandai menulis
daripada berbicara langsung dihadapan orang. Dari berbagai hobi dan berbagai
hal yang saya sukai diatas, saya memiliki berbagai impian serta cita-cita yang
saya harap dapat teraih karenya. Saya sangat berharap bisa bersekolah di luar
negri. Sejak dahulu, saya ingin sekali menjadi seorang hafidzah Al-Qur’an, ahli
bahasa, ahli tafsir Al-Qur’an dan Hadits, Penulis yang dapat mempengaruhi,
serta menjadi entrepeneur yang sukses. Nampaknya tidak cocok memang, tetapi
saya yakin dengan slogan ”Nothing is Imposible”, ”tidak ada yang tidak
mungkin”. Banyak orang-orang hebat di dunia ini yang dapat meraih suatu hal
yang tampak tidak mungkin. Michhelle Mone yang menjunjung tinggi dalam bertanggung
jawab, dan Mary Kay Ash seorang pebisnis yang mengajarkan kepercayaan pada diri
sendiri. Dari semua cita-cita itu, saya pun berharap apa yang telah saya
rencanakan tuk meraihnya dapat terlaksana. Saya ingin sekali pada awal menjadi
Mahasiswa, saya dapat bersekolah di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Disana saya ingin
belajar ilmu alat, yaitu bahasa Arab. Jika saya telah menguasai bahasa Kaum
Muslim tersebut, maka kunci ilmu Tsaqofah Islam telah saya genggam. Dengan
berbekal hafalan Al-Qur’an dan sedikit kemampuan bahasa Arab saya, maka saya
berharap dapat bersekolah disana dengan beasiswa. Kemudian, saya ingin
melanjutkan sekolah di Timur Tengah ataupun di Asia dengan megambil bidang
tafsir Al-Qur’an atau tafsir Hadits. Mungkin di Malaysia, Madinah, Mekkah, atau
Maroko. Setelah dua jenjang mampu saya lewati, maka saya ingin melanjutkan
pencarian ilmu di dunia lain. Pencarian ilmu sebenarnya masih panjang dan
banyak. Setelah seseorang Muslim telah mampu menguasai Tsaqofahnya, maka
alangkah baiknya jika dapat dan mau menguasai Sains. Dan kunci untuk
mengusainya adalah pada Calculus. Tetapi saya sendiri lebih cenderung menyukai
ilmu sains yang terkait ilmu pengetahuan, bukan perhitungan. Maka, mungkin saya
ingin mempelajari ilmu terkait bumi dengan
bersekolah cukup di Indonesia saja. Dengan begitu, saya bisa lebih dekat
dengan orang tua.
Untuk membangkitkan semangat saya dalam
menjalani proses untuk meraihnya, maka saya memiliki moto hidup yang sudah tak
asing lagi.
من
سارعلى درب رصل ,من جد وجد
,من
صبر ظفر
Pada awalnya saya memasuki pondok ini
tanpa memilki sedikitpun tujuan, selain karena patuh pada kedua orang tua saya.
Dan karena niat bulat yang sejak dahulu saya miliki ingin segera tercapai,
yaitu bersekolah di pondok pesantren. Hanya sebatas gambaran kecil saja yang
saya ketahui terkait sekolah ini. Sebuah Pondok Pesantren Tradisional bernama
Panatagama, yang dahulu masih merupakan cabang dari HSG Khoiru Ummah Bogor.
Pesantren yang memiliki kurikulum yang berbeda dengan sekolah pada umumnya.
Sekolah yang mengedepankan sistem belajar yang menarik, yaitu belajar didalam
kelas dan praktek diluar kelas. Dan sebuah sekolah berbasis Islam yang sangat
mengharapkan para santrinya untuk menjadi Kader-kader Ulama. Menjadi Pemimpin
Ummat.
Namun karena pemahaman saya yang belum
dapat diandalkan, maka ketika saya akan masuk sekolah ini, hanya satu keinginan yang benar-benar saya harapkan untuk dapat
tercapai. Impian itu adalah menjadi seorang Hafidzah Al-Qur’an. Hanya itu. Dan
saya belum memilki mimpi yang jelas dan tetap. Kalaupun ada, saya tak terlalu
mengharrapkan hal itu dapat say gapai setelah bersekolah disini. Seiring
berjalannya waktu, banyak hal yang saya dapatkan. Dan saya pun tahu berbagai
hal yang ingin dicapai oleh sekolah ini. Saya tahu pula diamana potensi saya
dan bagaimana jalan tuk mampu meraihnya. Jalan yang dapat saya dapatkan melalui
sekolah ini. Maka mulailah saya mendapat berbagai gambaran tentang tujuan saya dari
bersekolah di Lembaga ini. Tak hanya ingin untuk menjadi penghafal Al-Qur’an,
namun masih banyak hal lagi. Berbagai macam pelajaran yang diajarkan di sekolah
ini, membuat saya mendapatkan banyak pintu dalam merangkai dan meraih impian.
Mengubah angan-angan menjadi kenyataan. Mulai dari Tahfidz, ilmu Science,
Geopolitik, Tsaqofah hingga ilmu Bahasa semua diajarkan. Dan dari sana, saya
mengetahui saya lebih mampu dalam bidang apa.
Saya berharap dengan bersekolah disini,
kelak saya dapat membuat bangga kedua orang tua saya. Saya ingin menjadi
pemimpin ditengah-tengah Ummat, layaknya visi dari sekolah ini. Menjadi dokter
bagi Ummat yang saat ini sedang dalam keadaan terpuruk. Menjadi generasi
terbaik layaknya sebuah mutiara ditengah-tengah Ummat. Dengan menggapai segala
hal yang telah menjadi cita-cita saya, harapan saya ilmu yang saya dapat dapat
menghantarkan saya pada impian besar itu.
Target Hafalanku..
Karena sejak dulu saya berkeinginan
menjadi seorang Hafidzah, maka target yang benar-benar saya utamakan setelah
lulus dari pondok ini adalah dapat menggapai impian mulia itu. Namun, mimpi itu
ternyata tidak mudah, karena saya tahu sekolah ini bukanlah sekolah yang
terfokus pada tahfidz atau hafalan Qur’an saja. Banyak pelajaran yang harus
mampu dipelajari dan dipahami dengan serius. Maka, pada awalnya saya
menargetkan hafalan saya bisa mencapai juz 15 hingga akhir kelas 3 SMP. Dan
begitu pula dengan tiga tahun beriktnya. Sehingga setelah saya melalui jenjang
pendidikan SMA, saya sudah mampu menghafal
secara sempurna firman-firman Allah itu.
Tetapi setelah melihat faktanya,
sekarang saya telah berada di akhir semester dan tahun ajaran kelas 3 SMP.
Namun, hafalan saya baru mencapai Juz 10. Artinya target awal tidak tercapai
hingga 5 Juz. Maka, saya harus memahami apa penyebab hal itu dan bagaimana cara
menyelesaikannya. Juga bagaimana target selanjutnya untuk menghadapi 3 tahun
kedepan.
Dan target saya mungkin menjadi berubah.
Saya anggap target saya menjadi 20 Juz saja saat lulus SMA kelak. Dan untuk mencapai target itu saya pun
harus menyiapkan strategi yang ampuh, karena saya tahu pelajaran yang semakin
berat akan menjadi penyebab penghalang tercapainya target. Dengan menghafal
1 halaman baru per hari, maka dalam satu
bulan saya seharusnya dapat menghafal 30 halaman. Artinya dapat menghafal 1,5
juz, karena 1 Juz ada 20 halaman. Namun karena berhalangan (haidh), maka dalam
1 bulan, saya anggap 15 halaman dapat dihafal. Dan ditambah 10 hari dari bulan
berikutnya untuk menamatkan 1 Juz tersebut. Kemudian untuk waktu muraja’ah dan
mempersiapkan ujian 1 Juz tersebut, kira-kira dibutuhkan 2-3 minggu. Maka, 1
Juz dapat benar-benar finish dalam waktu
2 bulan. Artinya dalam 1 semester (6 bulan), dapat menghafal sebanyak 3 Juz.
Dalam 1 tahun maka 6 Juz. Dan dalam 3 tahun (6×3), maka seharusnya saya dapat menghafal
18 Juz. Dan itu telah melebihi target. Tetapi untuk mengantisipasi banyak
kejadian seperti yang sebelum-sebelumnya, maka target 10 Juz untuk SMA sudah
menjadi hal yang sangat besar bagi saya. Kegiatan yang jarang diduga, semisal
Ujian Praktek hingga 2-3 minggu setiap semesternya. Daily Project hingga 1
minggu yang dilakukan per 3 minggu, yang mana kemungkinan dapat menyempatkan
menghafal sangat tipis. Persiapan Pagelaran Santri tiap akhir semester yang
menguras banyak waktu dan fikiran yang besar, dan lain sebagainya. Maka itulah
sekilas target hafalan saya hingga 3 tahun kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar