Pages

Jumat, 07 November 2014

EKONOMI PERTANIAN MASYARAKAT DIENG


A.      Komoditas Pertanian
1.       Tanaman utama               : kentang dan wortel
2.       Tanaman tambahan        : loncang, bawang putih, cabe dieng, terong belanda, kubis, carica, seledri.
3.     Pertanian yang dilakukan mayoritas adalah pertanian individu yang dikelola oleh petani sendiri dan saat ini baru akan dimulai pertanian yang dikelola oleh LPMH (Lembaga Pertanian Masyarakat Hutan), yang mengalihkan menjadi pertanian pariwisata.

Wortel dan kentang merupakan tanaman yang paling banyak ditanam di Dieng
Wortel dan kentang merupakan tanaman yang paling banyak ditanam di Dieng
B.      Sejarah Pertanian Dieng
1.   Lahan pertanian di Dieng berbentuk telaga atau wilayah yang berair, yang semakin lama tertimbun oleh tanah sehingga terbentuklah lahan subur yang sangat cocok untuk pertanian.
2.       Lahan pertanian didapatkan dari pembabatan hutan.

C.      Kepemilikan Lahan
1.    Lahan milik pribadi, yaitu dari warisan turun temurun.
2.    Lahan milik Aparat Desa, yang dikelola oleh anggota aparat Desa.
3.    Lahan sewaan yang didapatkan dari pemilik lahan yang tidak mampu merawat lahannya seara individu, dengan harga :
§  Lahan di perbukitan/ di lahan miring        : Rp 10 -15 juta/ tahun/ ha
§  Lahan di bawah/ di lahan datar               : Rp 28-39 juta/ tahun/ ha

D.      Proses Penanaman
1.       Bahan pertanian :
§  Benih :      
-          Kentang dan bawang putih dibuat sendiri
-          Wortel, kubis, seledri dan loncang dibeli di toko pertanian
-          Carica dan terong belanda dari biji atau stek
§  Pupuk :
-          Pupuk kandang     : kotoran ayam (1 truk = Rp 2 juta)
-          Urea                           : M4
2.  Biasanya wortel ditumpang sari dengan dengan loncang dan bawang putih. Wortel dan kentang membutuhkan 3-4 bulan untuk mencapai masa panen. Sedangkan carica dan dan terong belanda dipanen per minggu.
3.  Hama : es atau embun yang membeku dan melapisi daun tanaman, yang kemudian menghambat pertumbuhan tanaman dan terjadi pada musim hujan, ketika suhunya sangat rendah.

Panen kentang dilakukan oleh petani secara individu
 
E.       Pengolahan Hasil Panen
1.  Wortel dan loncang dibeli oleh tengkulak dengan cara memborong hasil at petani diuntungkan, tetpanen dalam suatu lahan. Harga yang ditentukan berdasar kan perkiraan oelh tengkulak, dan disepakati anatara kedua belah pihak. Cara ini terkadang membuat petani diuntungkan, tetapi lebih sering dirugikan oleh tengkulak.
2.  Kentang, bawang putih, terong belanda, dan carica dipanen secara individu oleh petani, kemudian dibawa pulang dan nantinya diambil atau dibeli oleh tengkulak.

F.       Harga Sayuran
1.    Kentang ungu   : Rp 20.000/kg
Kentang merah : Rp 12.000- Rp 17.500/kg
Kentang biasa/coklat : Rp 5.500- Rp 8.500/kg
2.    Wortel              : Rp 1.500/ kg
3.    Bawang putih  : Rp 7.000/ kg
4.    Terong belanda : Rp 7.000/ kg
5.    Carica                : Rp 2.000/ kg (Musim Hujan)
                            Rp 6.000- Rp 6.500/ kg (Musim Kemarau)
 
Carica adalah tanaman langka yang hanya bisa tumbuh di tiga tempat

G.     Pemanfaatan Hasil Panen
1.       Makan sehari-hari
2.       Kebutuhan sehari-hari
3.       Pendidikan
4.       Modal penanaman kembali

H.      Regenerasi Petani
1.       Ada petani yang menginginkan lahan yang mereke miliki dan kelola dilanjutkan oleh anak mereka. Agar lahan yang mereka tidak perlu disewakan atau dijual ke orang lain.
2.       Ada pula petani yang sangat tidak mengingunkan anak mereka melanjutkan mengelola lahan yang mereka miliki. Karena menurut mereka, bertani adalah pekerjaan yang sangat berat, sulit, sedangkan hasilnya tidak sebanding. Sehingga dia memilih untuk menyewakan lahannya kepada orang lain saja.

  



I.        Hipotesa Permasalahan
Dari pemaparanfakta diatas, kami mengambil beberapa hepotesa permasalahan yang dialami pertanian masyarakat di daerah Dieng, Wonosobo :
1.    Adanya penyewaan lahan
Penyewaan lahan menyebabkan keuntungan besar bagi pemilik lahan, dan petani berdampak dirugikan dan beban yang semakin berat.sedangkan dalam Islam penyaewaan lahan untuk pertanian dilarangkarena sesungguhnya SDA memiliki pengelolaannya sendiri.
2.    Pupuk yang digunakan adalah pupuk najis
Kebanyakan petani di Dieng menggunakan pupuk kandan (kotoran ayam) sebagai pupuk utama pertanian. Sedangkan dalam Islam segala hal yang terkandung najis sangatlah dilarang untuk dijualbelikan apalagi dipergunakan. Selain itu pula pupuk kandang ini sangatlah mahal, karena mereka harus membelinya diluar kota. Padahal mereka seharusnya bisa memanfaatkan pupuk kompos dari daun-daun sayuran yang tidak dikonsumsi, misal daun bawang putih, daun wortel, dsb.
3.    Pengelolaan hasil panen
Salah satu cara pengelolaan hasil panen adalah dengan cara diborong oleh tengkulak, dengan memperkirakan harga setelah melihat hasil panen yang masih ditanam di suatu lahan. Sedangkan dalam pandangan Islam, pembelian yang tidak terlihat fakta bendanya, maka tidak boleh atau tidak sah dilakukan jual beli. Karena, akan menyebabkan kerugian di salah satu maupun kedua pihak yang bersangkutan.
4.    Fenomena alam terbentuknya es
Es akan merusak jaringan dan menghambat pertumbuhan sayuran.
5.    Tidak adanya generasi yang melanjutkan pertanian menyebabkan berhentinya pertanian yang ada.
6.    Wisata lebih diminati daripada pengelolaah SDA/ pertanian.
Pariwisata memang mendapatkan keuntungan yang besar, namun pariwisata yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulakan kerusakan alam dan lingkungan. Dan jika pertanian ditinggalkan, maka bahan pangan bisa tidak ada lagi, sehingga harus mengimpor dari wilayah luar Dieng. Sedangkan lahan disana sangatlah berguna untuk sumber utama sayuran di daerah Dieng dan kota-kota di Jawa Tengah.





2 komentar: