Pages

Rabu, 25 Oktober 2017

Gunung pun Luruh

Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21)

Al Quran yang merupakan perkataan Allah yang mulia. Yang tiada satu pun makhluq yang dapat membuat semisalnya. Sekalipun ia nabi dan rasul. Walaupun ia mengaku dirinya sebagai tuhan. Atau sekalipun dia seorang penyair, sastrawan, penulis yang kemampuan berbahasa arab dan menyusun kata-kata tak kan pernah diragukan lagi. 

Ia adalah mukjizat yang Allah turunkan sebagai peta serta pedoman kehidupan bagi seluruh manusia. Menjadi penyembuh bagi segala penyakit. Menjadi penyejuk segala kegundahan. Sebagai penenang segala ketakutan. 

Betapa banyak ayat Allah yang menjelaskan ancaman bagi siapa yang durhaka kepada-Nya. Neraka bagi yang berpaling dari peringatan-Nya. Juga betapa banyak firman Allah yang menggambarkan betapa indahnya surga. Tempat tinggal bagi Ashabul Yamin. Golongan kanan. Allah pun menjelaskan bagaimana ciri-ciri mukmin yang dapat mewarisi surga firdaus. Perintah perintah yang masih banyak kita lalaikan. Larangan- larangan yang masih berani kita lakukan. Diam-diam ataupun terang-terangan. 

Maka, pantaslah orang-orang yang memahami isi firman-Nya dan telah mendapat hidayah Al Quran ini pasti akan menangis saat mendengarkan ayat-ayat itu. Akan semakin takut saat gambaran siksa neraka dibacakan. Mengucurkan air mata saat bidadari, permadani, dan sungai susu dan madu yang berada di surga tak mampu terbayangkan. Berharap untuk mendapatkannya. 

Lalu bagaimana dengan hati ini?

Bahkan Allah menggambarkan dahsyatnya al Quran jika diturunkan kepada gunung maka dia akan luruh, hancur, terpecah belah. Gunung yang begitu besar, tinggi, keras karena terdiri dari bebatuan dan akar pohon yang kuat. Ia yang merupakan pasaknya bumi yang sangat kokoh dan kuat. Namun semua itu bisa luluh karena Al Quran.

Lalu, bagaimana dengan hati kita? Apakah ia lebih keras dari batu yang ada di gunung? Apakah ia lebih berat dari besarnya gunung? Apakah ia lebih keras dan kuat dari fisik gunung?

Jika hati ini tak pernah tersinggung saat ayat Allah menyampaikan tentang ciri-ciri manusia yang rugi karena merasa diri baik-baik saja. Saat hati ini tak tersentuh ketika Allah menjanjikan dua surga karena merasa dunia lebih mengiurkan. Saat hati ini tak merintih lantas takut dan menangis saat adzab Allah digambarkan dengan sangat mengerikan, karena merasa kematian masih jauh mendatangi kita.

Maka, menangislah saat mendengar ayat-ayat Nya. Jika tak mampu, maka tangisi hati ini yang begitu keras dan sombong. Karena air mata akan membersihkan hati dari kotoran dan melunakkan jiwa yang keras.

Wallahu a'lam bish Showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar