Pages

Jumat, 07 November 2014

TANYA JAWAB BIOGRAFI SINGKAT IMAM AHMAD




1.      Dimana dan kapan Imam Ahmad lahir ?

Jawab :

            Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu.



2.      Siapa nama lengkap Imam Ahmad?

Jawab :

Nama beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-SyaibaniyAyah Imam Ahmad Muhammad.



3.      Bagaimana latar belakang keluarga Imam Ahmad dalam mendidik beliau semasa kecil?

Jawab :

            Imam Ahmad adalah seseorang yang ditinggal oleh ayahnya ketika masih berumur sangat kecil, yaitu sekitar 3 tahun. Ketika masih kecil pula, kakeknya pun juga meninggalkannya. Sehingga iahidup bersama ibunya dalam kehidupan yang sederhana. Namun, kesederhanaan ini tak menghalangi Imam Ahmad untuk terus menimba ilmu kepada berbagai guru di berbagai tempat.

            Ibunya yang sangat sholihah dan memiliki kepribadian yang sangat mulia, mengajarkan berbagai hal kepada nya. Walau ia hidup dalam posisiyatim dan miskin, ibunya tetap memberinya semangat agar selalu menuntut ilmu dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Ia pula mengajarkan agar selalu memiliki sikap yang senantiasa berbuat kebaikan, kebenaran, dan mencintai ilmu sepanjang hayatnya.

            Hampir bisa dikatakan bahwa Imam Ahmad memang tidak merasakan hidup bersama ayah dan kakeknya. Akan tetapi, hal itu tidak menghalanginya untuk mewarisi berbagai sifat istimewa dariayahnya, begitu pula dari kakeknya. Dari ayahnya, dia menjadi seseorang yang sangat pemberani dan memiliki keciintaan yang tinggi terhadap jihad dijalan Allah. Dari kakeknya, dia juga mewarisi kemuliaan nasab dan kedudukan.



4.      Pada usia berapa Imam Ahmad menikah? dan bagaimana keluarga yang dibentuknya?

Jawab :

            Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.



5.      Bagaimana proses belajar Imam Ahmad sejak awal belajar hingga mulai penulisan hadits?

Jawab :

            Imam Ahmad dilahirkan didalm lingkungan yang sangat kondusif. Di Kota Baghdad, tempat ia lahir, tempat dimana ia menimba lilmu pertama kalinya, disanalah pula pusat peradaban Islam berdiri ketika itu. Dimana berbagai ilmu berkembang dan tokoh ilmu islam berada disana. Mulai dari qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.  Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar untuk menjadi seorang yang besar pula.

            Imam Ahmad berhasil menghafalkan Alquran secara sempurna saat berumur 10 tahun. Setelah itu ia baru memulai mempelajari hadits.  Di usia remajanya, Imam Ahmad bekerja sebagai tukang pos untuk membantu perekonomian keluarga. Hal itu ia lakukan sambil membagi waktunya mempelajari ilmu dari tokoh-tokoh ulama hadits di Baghdad. Pada usia 14 tahun Imam Ahmad muda adalah murid senior dari Imam Abu Hanifah yakni Abu Yusuf al-Qadhi. Ia belajar dasar-dasar ilmu fikih, kaidah-kaidah ijtihad, dan metodologi kias dari Abu Yusuf. Setelah memahami prinsip-prinsip Madzhab Hanafi, Imam Ahmad mempelajari hadits dari seorang ahli hadits Baghdad, Haitsam bin Bishr.

            Imam Ahmad mulai tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.

            Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, Mekah, Madinah, dan Suriah, dan lain sebagainya.

1.    Bashrah; beliau kunjungi pada tahun 186 hijriah, kedua kalinya beliau mengunjungi pada tahun 190 hijriah, yang ketiga beliau kunjungi pada tahun 194 hijriah, dan yang keempat beliau mengunjungi pada tahun 200 hijriah.

2.    Kufah; beliau mengunjunginya pada tahun 183 hijriah, dan keluar darinya pada tahun yang  sama, dan ini merupakan rihlah beliau yang pertama kali setelah keluar dari Baghdad.

3.    Makkah; beliau memasukinya pada tahun 187 hijriah, di sana berjumpa dengan imam Syafi’i. kemudian beliau mengunjunginya lagi pada tahun 196 hijriah, dan beliau juga pernah tinggal di Makkah pada tahun 197, pada tahun itu bertemu dengan Abdurrazzaq. Kemudian pada tahun 199 hijriah beliau keluar dari Makkah.

4.    Yaman; beliau meninggalkan Makkah menuju Yaman dengan berjalan kaki pada tahun 199 hijriah. Tinggal di depan pintu Ibrahim bin ‘Uqail selama dua hari dan dapat menulis hadits dari Adurrazzaq.

5.    Tharsus; Abdullah menceritakan; ‘ ayahku keluar menuju Tharsus dengan berjalan kaki.

6.    Wasith; Imam Ahmad menuturkan tentang perjalanan beliau; ‘ aku pernah tinggal di tempat Yahya bin Sa’id Al Qaththan, kemudian keluar menuju Wasith.’

7.    Ar Riqqah; Imam Ahmad menuturkan; ‘Di Riqqah aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama ketimbang Fayyadl bin Muhammad bin Sinan.’

8.    Ibadan; beliau mengunjunginya pada tahun 186 hijriah, di sana tinggal Abu Ar Rabi’ dan beliau dapat menulis hadits darinya.

9.    Mesir; beliau berjanji kepada imam Syafi’I untuk mengunjunginya di Mesir, akan tetapi dirham tidak menopangnya mengunjungi imam Syafi’I di sana.

                Walaupun sangat menghormati dan menuntut ilmu kepada ulama-ulama Madzhab Hanafi dan Imam Syafii, namun Imam Ahmad memiliki arah pemikiran fikih tersendiri. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang tidak fanatik dan membuka diri.









6.      Siapa saja guru yang mengajari dan murid yang pernah diajar oleh Imam Ahmad?

Jawab :

Semenjak kecil imam Ahmad memulai untuk belajar, banyak sekali guru-guru beliau, diantaranya;

1.    Husyaim bin Basyir

2.    Sufyan bin Uyainah

3.    Ibrahim bin Sa’ad

4.    Yahya bin Sa’id al Qathth

5.    Wal?ƒA®d bin Muslim

6.    Ismail bin ‘Ulaiyah

7.    Al Imam Asy Syafi’i

8.    Al Qadli Abu Yusuf

9.    Ali bin Hasyim bin al Barid

10.     Mu’tamar bin Sulaiman

11.     Waki’ bin Al Jarrah

12.     ‘Amru bin Muhamad bin Ukh asy Syura

13.     Ibnu Numair

14.     Abu Bakar Bin Iyas

15.     Muhamad bin Ubaid ath Thanafusi

16.     Yahya bin Abi Zaidah

17.     Abdul Rahman bin Mahdi

18.     Yazid bin Harun

19.     Abdurrazzaq bin Hammam Ash Shan’ani

20.     Muhammad bin Ja’far

Tidak hanya ahli hadits dari kalangan murid-murid beliau saja yang meriwayatkan dari beliau, tetapi guru-guru beliau dan ulama-ulama besar pada masanya pun tidak ketinggalan untuk meriwayatkan dari beliau. Dengan ini ada klasifikasi tersendiri dalam kategori murid beliau, diantaranya :

Guru beliau yang meriwayatkan hadits dari beliau :

1.    Abdurrazzaq

2.    Abdurrahman bin Mahdi

3.    Waki’ bin Al Jarrah

4.    Al Imam Asy Syafi’i

5.    Yahya bin Adam

6.    Al Hasan bin Musa al Asy-yab

Sedangkan dari ulama-ulama besar pada masanya yang meriwayatkan dari beliau adalah :

1.    Al Imam Al Bukhari

2.    Al Imam Muslim bin Hajjaj

3.    Al Imam Abu Daud

4.    Al Imam At Tirmidzi

5.    Al Imam Ibnu Majah

6.    Al Imam An Nasa`i

Dan murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau adalah :

1.    Ali bin Al Madini

2.    Yahya bin Ma’in

3.    Dahim Asy Syami

4.    Ahmad bin Abi Al Hawari

5.    Ahmad bin Shalih Al Mishri

7.      Apa saja karya yang telah diciptakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal?

Jawab :

Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal 

1.    Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.

2.    Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini telah hilang”.

3.    Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh

4.    Kitab at-Tarikh

5.    Kitab Hadits Syu'bah

6.    Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an

7.    Kitab Jawabah al-Qur`an

8.    Kitab al-Manasik al-Kabir

9.    Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal

1.    Kitab al-'Ilal

2.    Kitab al-Manasik

3.    Kitab az-Zuhd

4.    Kitab al-Iman

5.    Kitab al-Masa'il

6.    Kitab al-Asyribah

7.    Kitab al-Fadha'il

8.    Kitab Tha'ah ar-Rasul

9.    Kitab al-Fara'idh

10.               Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah









8.      Apa saja julukan julukan untuk Imam Ahmad Bin Hanbal dan pujian pujian baginya?

Jawab :



Hampir setiap guru gurunya, murid muridnya, dan orang orang besar yang mengenal Imam Ahmad mengakui kehebatannya dalam berbagai hal.  Imam Syafi'i menjuluki muridnya itu sebagai imam dalam delapan bidang. "Ahmad bin Hanbal adalah Imam dalam hadis, Imam dalam fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Alquran, Imam dalam kefakiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara', dan Imam dalam sunah," tutur Imam Syafi'i. guruSebuah pengakuan yang tulus dari seorang guru kepada murid yang dibanggakannya. Kekaguman serupa juga diungkapkan gurunya yang lain, Abdur Rozzaq Bin Hammam. "Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara' Ahmad bin Hanbal," ungkap Abdur Rozzaq. Ibrahim Al-Harbi pun berdecak kagum dengan sosok Ahmad bin Hanbal. "Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu," ungkapnya.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Abu Ja’far berkata, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya.” Dan masih banyak lagi pujian serta julukan yang tidak tercantumkan.

9.      Sifat sifat apa saja yang dimiliki oleh Imam Ahmad sehingga ia dapat menjadi seorang Imam yang besar dan masyhur?                                                            

Jawab :

Ia adalah seorang yang wara’ dan menjaga harga diri, tawadhu atas kebaikan yang telah dilakukannya sebagaimana kisah kisah dibawah ini yang menggambarkan hal tersebut.

Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.

Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.

Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.

Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

                        Ia juga sabar dalam menuntut ilmu, Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdurrazzaq”.

10.  Ada salah satu kitab termasyhur  yang ditulis oleh Imam Ahmad yaitu Musnad, apakah isi dari kitab itu? Dan mengapa dikenal sebagai kitab yang terbesar yang ditulis olehnya?

Jawab :

Kitab Musnad adalah kitab yang berisi hadits hadits dimana banyak sejarah yang menyebutkan hadits yang ditulis dalam kitab tersebut lebih dari dua puluh tujuh ribu, ada juga yang berpendapat bahwa jumlah haditsnya sekitar empat puluh ribu. Disamping beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadits-hadits shahih dan layak dijadikan hujjah, karya tersebut juga mendapat pengakuan yang hebat dari para ahli hadits.

11.  Siapa saja Khalifah yang pendapatnya bertentangan dengan Imam Ahmad?

Jawab :

Ø  Khalifah al-Makmun

Ø  Khalifah al-Mu‘tashim

Ø  Khalifah al Watsiq



12.  Mengapa pendapat kedua belah pihak tersebut bisa bertolak belakang? Jelaskan    kronologinya?                                                                                           

Jawab :

Kelompok Mu‘tazilah, secara khusus, mendapat sokongan dari penguasa, terutama dari Khalifah al-Makmun. Mereka, di bawah pimpinan Ibnu Abi Duad, mampu mempengaruhi al-Makmun untuk membenarkan dan menyebarkan pendapat-pendapat mereka, di antaranya pendapat yang mengingkari sifat-sifat Allah, termasuk sifat kalam (berbicara). Berangkat dari pengingkaran itulah, pada tahun 212, Khalifah al-Makmun kemudian memaksa kaum muslimin, khususnya ulama mereka, untuk meyakini kemakhlukan Alquran.

Sebenarnya Harun ar-Rasyid, khalifah sebelum al-Makmun, telah menindak tegas pendapat tentang kemakhlukan Alquran. Selama hidupnya, tidak ada seorang pun yang berani menyatakan pendapat itu sebagaimana dikisahkan oleh Muhammad bin Nuh, “Aku pernah mendengar Harun ar-Rasyid berkata, ‘Telah sampai berita kepadaku bahwa Bisyr al-Muraisiy mengatakan bahwa Alquran itu makhluk. Merupakan kewajibanku, jika Allah menguasakan orang itu kepadaku, niscaya akan aku hukum bunuh dia dengan cara yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun.’” Tatkala Khalifah ar-Rasyid wafat dan kekuasaan beralih ke tangan al-Amin, kelompok Mu‘tazilah berusaha menggiring al-Amin ke dalam kelompok mereka, tetapi al-Amin menolaknya. Baru kemudian ketika kekhalifahan berpindah ke tangan al-Makmun, mereka mampu melakukannya.           

Begitu juga dengan Imam Ahmad beliau mentabani pendapat dari khalifah Harun Ar-Rasyid sehingga beliau mendapatkan banyak ancama dan pertentangan dari penguasa ketika itu.

13.  Apa akibat yang didapatkan oleh Imam Ahmad dikarenakan perbedaan pendapat tersebut?                                                                                        

Jawab :

                             Al-Makmun memerintahkan bawahannya agar membawa Imam Ahmad dan Muhammad bin Nuh ke hadapannya di kota Thursus. Kedua ulama itu pun akhirnya digiring ke Thursus dalam keadaan terbelenggu. Muhammad bin Nuh meninggal dalam perjalanan sebelum sampai ke Thursus, sedangkan Imam Ahmad dibawa kembali ke Bagdad dan dipenjara di sana karena telah sampai kabar tentang kematian al-Makmun (tahun 218). Disebutkan bahwa Imam Ahmad tetap mendoakan al-Makmun.

Sepeninggal al-Makmun, kekhalifahan berpindah ke tangan putranya, al-Mu‘tashim. Dia telah mendapat wasiat dari al-Makmun agar meneruskan pendapat kemakhlukan Alquran dan menguji orang-orang dalam hal tersebut; dan dia pun melaksanakannya. Imam Ahmad dikeluarkannya dari penjara lalu dipertemukan dengan Ibnu Abi Duad dan konco-konconya. Mereka mendebat beliau tentang kemakhlukan Alquran, tetapi beliau mampu membantahnya dengan bantahan yang tidak dapat mereka bantah. Akhirnya beliau dicambuk sampai tidak sadarkan diri lalu dimasukkan kembali ke dalam penjara dan mendekam di sana selama sekitar 28 bulan –atau 30-an bulan menurut yang lain-. Selama itu beliau shalat dan tidur dalam keadaan kaki terbelenggu.

Selama itu pula, setiap harinya al-Mu‘tashim mengutus orang untuk mendebat beliau, tetapi jawaban beliau tetap sama, tidak berubah. Akibatnya, bertambah kemarahan al-Mu‘tashim kepada beliau. Dia mengancam dan memaki-maki beliau, dan menyuruh bawahannya mencambuk lebih keras dan menambah belenggu di kaki beliau. Semua itu, diterima Imam Ahmad dengan penuh kesabaran dan keteguhan bak gunung yang menjulang dengan kokohnya.

14.  Kapan cobaan dan penyiksaan yang didapatkan oleh Imam Ahmad itu berakhir?

Jawab :

            Ujian dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad adalah hempasan badai filsafat atau paham-paham Mu”tazilah yang sudah merasuk di kalangan penguasa, tepatnya di masa al Makmun dengan idenya atas kemakhlukan al Qur’an. Sekalipun Imam Ahmad sadar akan bahaya yang segera menimpanya, namun beliau tetap gigih mempertahankan pendirian dan mematahkan hujjah kaum Mu’tazilah serta mengingatkan akan bahaya filsafat terhadap kemurnian agama. Beliau berkata tegas pada sultan bahwa al Qur’an bukanlah makhluk, sehingga beliau diseret ke penjara. Beliau berada di penjara selama tiga periode kekhlifahan yaitu al Makmun, al Mu’tashim dan terakhir al Watsiq. Setelah al Watsiq tiada, diganti oleh al Mutawakkil yang arif dan bijaksana dan Imam Ahmad pun dibebaskan.

Imam Ahmad  lama mendekam dalam penjara dan dikucilkan dari masyarakat, namun berkat keteguhan dan kesabarannya selain mendapat penghargaan dari sultan juga memperoleh keharuman atas namanya. Ajarannya makin banyak diikuti orang dan madzabnya tersebar di seputar Irak dan Syam.

15.  Bagaimana kronologi kejadian ketika  beliau wafat?

Jawab :

      Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajal yang telah ditentukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid‘ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami.”





Created by:

Shelly Berliana, Arina Alfadhiya, Qonita Fairuz S.













    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar