Pages

Jumat, 20 Oktober 2017

Kawan atau Lawan?

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. az-Zukhruf : 67)

Sebagai manusia pada umumnya, kita tentu tak kan lepas dari yang namanya kawan atau sahabat. Bisa kita lihat dari masa kecil kita. Kawan yang kita cintai adalah sahabat yang selalu memiliki satu keinginan dengan kita. Selalu membela kita. Berada di pihak kita dikala sedang terjadi perselisihan di kelas. Dia yang mau menemani kita saat sekedar ingin ke kamar mandi. Saking dekatnya, ia bagai saudara kandung kita. Tak mau makan sebelum berbagi, tak mau memilih tempat duduk kecuali di sampingnya. Bahkan tidak mau pakai baju muslim kecuali warnanya sama dengan dia. Tak jarang pula, menginap di rumahnya. Saat dia tidak mau diajak berenang, kita pun juga tak mau. Ketika kita menangis, dia juga ikut nangis. Itulah pertemanan masa kecil. Yang didasari rasa cinta dan saling percaya.

Saat sudah beranjak dewasa. Kita pun semakin pandai memilih kawan. Pun semakin tau siapa itu lawan. Dia yang nampak lebih indah rupanya, lebih tinggi ilmunya, lebih terhormat kedudukannya, atau lebih dipercaya omongannya. Itulah orang yang sedikit-sedikit kita dekati. Kita kenali. Sehingga menjadi sahabat karib. 

Saat perpisahan menghentikan semua persahabatan. Tiada lagi waktu dan canda bersama. Tak ada lagi masa saat menghabiskan malam di bawah bintang dan rembulan. Dan ketika semua masuk pada dunia yang berbeda-beda. Pada kesibukan yang semakin membuat lupa. Pada aktivitas yang tak lagi mampu menyapanya. 

Hingga pada suatu hari ia datang untuk yang terakhir kalinya. Pertemuan untuk mengucapkan selamat jalan. Tetesan kesedihan dibalut penyesalan pun berjalan beriringan dengan tubuh kita yang sudah tak lagi bernyawa. 

Itulah persahabatan karena dunia. Ia akan dipertemukan hanya karena kepentingan dunia. Ia dipisahkan karena masing-masing sedang sibuk mengejar dunia. Dan ia tak akan lagi dipertemukan di dalam kehidupan yang sebenarnya. Liang lahat menjadi saksi bisu atas pertemanan dua insan. Pun saat dia kembali kepada kesibukannya, nama kita tak kan lagi terucap dalam do'anya. Sedih dan penyesalan itu telah hilang ditelan kesenangan yang satu per satu datang.

Namun akan jauh berbeda jika persahabatan karena dilandasi keimanan. Rasa cinta kepada Rabb. Perasaan takut kepada Dzat pemilik adzab. Yang dipertemukan dan dipisahkan karena Allah. Ia sosok yang mengingatkan pada kebaikan. Menasehati akan dekatnya kematian. Memberi teladan dengan segala amalan sholih. Mengajarkan kesederhanaan dalam urusan dunia. Dan tak pernah perhitungan untuk menumpuk ganjaran. Tak ragu untuk memberi. Menangis bersama saat suatu ayat diperdengarkan. Tertunduk dalam saat teguran menyapa. Senantiasa mengajak berlomba untuk menuju ampunan atas segala dosa.

"Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya.” (HR. Hakim)

Cukuplah ayat dan hadits diatas yang sepatutnya mengingatkan kita akan pentingnya berkawan dengan sosok yang baik.

Imam Syafii pernah berkata :

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan

kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”

Wallahu a'lam bish Showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar