"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk" (Al kahfi : 18)
Pemuda adalah tombak peradaban dan agen perubahan, yang di tangan merekalah tersemat sejuta harapan. Dalam sebuah surat Allah telah menjelaskan sebuah kisah tentang pemuda beriman yang senantiasa mempertahankan keimanannya, yang mengasingkan diri di dalam gua untuk menjauh dari segala kekufuran.
Dan ayat tentang ashabul kahfi, itu adalah salah satu kisah yang dapat kita ambil pelajaran. Allah telah memberi keistimewaan bagi pemuda. Bagi siapa yang taat kepada-Nya, maka Allah akan senantiasa membimbing dan menunjukkan ke jalan yang benar.
Itulah seharusnya seorang pemuda. Ia yang selalu berdiri di barisan terdepan dalam menerima dan menegakkan kebenaran. Sebagaimana di saat awal dakwah Rasulullah, bahwa yang menyambut beliau adalah banyak dari kalangan pemuda bukan orang tua. Seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib. Bukan kalangan para pembesar Quraisy, seperti Abu Jahal dan Abu Lahab yang lebih memilih bertahan pada agama nenek moyang mereka. Maka dari sini, sudah semestinya pula bagi para pemuda tidak boleh ragu dalam menerima dan menyambut kebenaran Islam yang sejak lama telah datang. Ia menjadi pemimpin dan teladan dalam menebar kebaikan.
Bahkan dalam beberapa hadits, Rasulullah pun menyebut kata pemuda tak hanya sekali saja. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda, bahwa pada hari kiamat kelak ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di saat tidak ada naungan selain naungan-Nya. Dan dari ketujuh golongan tersebut, dua diantaranya adalah "Pemuda yang hatinya terpaut dengan masjid", dan "Pemuda yang tumbuh diatas ibadah kepada Allah". Sungguh beruntunglah kaum pemuda yang bisa tergolong pada salah satunya, atau bahkan keduanya. Maka sudahkah kita termasuk pemuda yang senantiasa rindu dengan rumah-rumah Allah? Saat adzan berkumandang semua pekerjaan ditinggalkan? Menghabiskan banyak waktu kita di masjid, untuk membaca, memahami, dan menghafalkan ayat-ayat-Nya. Atau mengadakan majelis ilmu yang senantiasa dikelilingi oleh para Malaikat.
Ada pula sebuah hadits yang seharusnya mampu menampar dan mengingatkan kita, ketika masa muda ini hanya dihabiskan dengan amalan sia-sia. Rasulullah bersabda : "Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya".
Jadi cukuplah jelas, bahwa masa muda ini adalah masa penentu. Tak hanya penentu masa depan dunia, tapi juga masa depan akhirat kita. Maka, dakwah inilah yang sebenarnya akan menjadikan masa muda ini berarti dan berharga.
Maka, jangan sampai kita merasa bangga dengan waktu luang yang hanya kita habiskan untuk bersenang-senang. Tak mau berkarya untuk mengumpulkan investasi pahala. Tak mau berlelah-lelah dalam berjuang dan dakwah. Menjadi pemuda pemegang bara api, walau panas dan mustahil tetaplah berpengang teguh pada syariat-nya.
Allah memang telah memilihnu di jalan ini, karena Ia tau kau mampu. Maka, kalau bukan untuk ibadah dan dakwah untuk apa kita hidup?
Wallahu alam bish Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar