"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati." (Qs. Luqman : 34)
Sering kita dihantui dengan gambaran masa depan yang masih belum jelas. Masih diawang-awang. Segala impian tak tau mana yang dapat terwujudkan. Dari mana kita harus memulai dan menggapai. Khawatir dan tak tenang. Mengangankan sebuah kesuksesan justru menjadi beban dan fikiran. Membuat mata sulit terpejam, melamun berlebihan, menangis tanpa alasan.
Itulah ciri orang yang kurang menggantungkan hidupnya kepada Dzat Pemilik Kehidupan. Yang tidak yakin dengan rencana dan ketetapan-Nya, yang pasti lebih indah dari apa yang kita bayangkan, dan lebih baik dari apa yang kita inginkan.
Alangkah nikmatnya jika hari kita layaknya seperti burung. Yang selalu menggantungkan perut nya yang lapar di pagi hari kepada Allah. Ketika mereka pergi di saat masih fajar, dalam keadaan perut yang kosong, dan kembali di sore hari dengan keadaan perut kenyang. Bahkan mampu membawa makanan untuk anak-anak mereka yang berada di sarang. Itu semua bukan karena kepandaian atau kepiawaiannya dalan mencari makanan yang banyak. Namun semua karena kepasrahan dan keyakinan kepada Dzat pemberi rezeki yang pasti tak akan menyia-nyiakkan makhluk-Nya.
Lalu bagaimana manusia, bagimana kita? Padahal kita pun tidak tak akan pernah tahu apa yang terjadi di esok hari. Dan tak ada pula satupun makhluk yang dapat menjamin kita masih di muka bumi ini hingga esok. Lalu mengapa kita terlalu risau bahkan frustasi memikirkan masa depan yang semua sudah berasa di tangan Allah?
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati."
Maka, yang perlu kita lakukan sebelum melakuan semua amalan adalah tawakkal yaitu berserah diri kepada Allah. Kemudian kita harus senantiasa meniatkan hanya untuk mencari ridhonya, dan yang terpenting adalah selalu terikat dengan syariat nya, agar sekecil apapun amalan semua bisa bernilai ibadah.
Dan makna tawakkal ini banyak diantara kita yang salah mengartikan. Suatu kesalahan yang besar jika kita meletakkan tawakkal diakhir amalan dan usaha serta doa kita. Semisal saat kita mau menghadapi ujian, kemudian kita sudah berusaha dan berdoa secara maksimal, maka setelah ujian telah dilaksanakan, hasil nya pun kita serahkan pada Allah. Kita tawakkal kepada Allah dengan hasilnya.
Padahal Allah telah mengatakan dalam sebuah ayat : "Apabila kalian berazam (bertekad), maka bertakwallah kepada Allah". Dalam surah lain, Allah pun menjamin kepada siapapun yang bertawakkal kepadanya, maka Allah akan memudahkan urusan nya : "Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq:
Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang mempunyai suatu keperluan, lalu ia menyerahkannya kepada manusia, maka dapat dipastikan bahwa keperluannya itu tidak dimudahkan baginya. Dan barang siapa yang menyerahkan keperluannya kepada Allah Swt., maka Allah akan mendatangkan kepadanya rezeki yang segera atau memberinya kematian yang ditangguhkan (usia yang diperpanjang)"
Wallahu a'lam bish Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar