"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
Rasulullah bersabda : “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi)
Menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya di zaman seperti ini memang tidak segampang ketika islam masih memimpin, mengatur, dan senantiasa mengontrol seperti di zaman Rasulullah dan para sahabat.
Merasa takut kepada Allah adalah perkara sangat penting yang harus dimiliki setiap individu muslim. Dengan rasa takut inilah kita akan senantiasa merasa diawasi, dan akan terus berusaha memperbaiki diri. Menyempurnakan segala kewajiban sesulit apa pun. Walau dianggap aneh oleh banyak orang. Bahkan sering dianggap berlebihan. Atau juga dibilang terlalu ekstrim. Begitu juga saat meninggalkan apapun yang telah Allah dan Rasul-Nya larang, dan itu masih menjadi adat atau kebiasaan banyak orang. Saat kita berusaha meninggalkannya pasti dianggap tidak wajar, tidak mungkin, sok suci, dan lain sebagainya.
Itulah orang-orang yang selalu berpegang teguh pada islam. Seperti yang Rasulullah katakan dalam haditsnya. Bagai memegang bara api. Ajaran islam bagaikan bara api yang panas. Membuat sakit dan terluka bagi siapa saja yag berani memegang. Tak hanya luka atau perih, namun pasti dianggap orang lain seperti orang tak waras. Tak wajar. Nekad. Aneh-aneh saja.
Saat banyak pelajar yang memiliki jalan curang dengan menyontek jawaban saat ujian, ia akan berusaha dan hanya pasrah kepada Allah. Dengan segenap usaha dan kemampuan yang dimiliki, ia tak akan mau melakukan cara salah demi mendapat hasil yang memuaskan. Dia tau jika Allah pasti melihat. Bahkan lebih dekat dari urat lehernya.
Ketika semua orang menggunakan jasa bank saat melakukan berbagi transaksi yang membutuhkan pinjam meminjam uang, ia harus menahan dan berjuang mencari jalan keluar. Demi menjauhi riba. Beli motor, rumah, mobil, biaya pendidikan, dan sebagainya. Tidak mungkin. Mungkin itu yang ada di fikiran kebanyakan orang sekarang. Mana mungkin bisa dapat uang pinjaman berjuta atau berpuluh-puluh juta jika tidak dari bank. Impossible. Sedangkan dosa riba yang paling kecil saja seperti menzinahi ibu sendiri.
Saat para wanita semakin berlomba-lomba memamerkan aurat mereka. Demi kedudukan. Demi karir. Demi jodoh, yang katanya sulit didapat jika terlalu menutup diri. Tapi kita sebaliknya. Menutup diri serapat- rapatnya. Selalu menundukkan pandangan kepada siapapun yang bukan mahram. Tidak mudah diajak untuk bergaul dan berkumpul yang disana campur baur. Apalagi diajak berdua-duaan. Tak akan pernah tertarik sedikitpun. Kuno. Tak laku. Ketinggalan zaman. Semua gelar yang nampak buruk itu terus disematkan. Padahal larangan mendekati zina pun sudah jelas Allah katakan dalam Al Quran.
Ketika banyak orang memilih jalan cepat dalam mendapatkan kartu resmi identitas negara atau surat izin mengemudi. Di samping sistem dan peraturannya memang sulit dan rumit, namun jika bukan karena takut dan taqwa kepada-Nya, maka banyak yang katanya Muslim tapi masih berani menyuap pihak aparat. Demi bisa mendapat apa yang dibutuhkan dengan cepat. Padahal Rasulullah sudah memperingatkan dalam sebuah haditsnya : "Allah melaknat penyuap dan penerima suap dalam hukum (pemerintahan)" (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Tirmidzi). Jadi tak hanya yang menerima uang suap. Tapi yang menyuap dan juga yang menjadi perantara pun juga Allah laknat. Tidak mungkin lolos. Ribet. Buang-buang waktu. Pasti kebanyakan beranggapan seperti itu.
Itulah bara api. Yang panas dan sakit jika dipegang. Sakit di tangan karena luka dan terbakar. Juga sakit hati karena selalu dianggap aneh dan terlalu memaksakan diri. Namun bukanlah Rasulullah telah bersabda? "Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing”
Pun saat orang lain sibuk dengan urusan masing-masing. Namun kita berusaha keras untuk memikirkan masa depan umat islam. Terus melakukan perbaikan di tengah kerusakan.
Menyampaikan kebenaran walau harus dikucilkan. Menyampaikan walau hanya mampu saat ayat. Memberi peringatan walau sangat pahit dan sulit. Terkait hal ini dalam sebuah riwayat, Rasulullah- Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya “wahai rasulullah siapa yang asing itu (al-Ghuraba)?” Rasulullah- Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat kerusakan”.
Tak hanya keberuntungan sebagaimana yang telah dijanjikan Rasulullah. Allah pun juga sudah menjamin dalam berbagi firman-Nya. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar. Dan Allah akan memberi rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada-Nya, maka Allah akan mencukupkan segala urusan kita.
Jadi tetaplah bertahan dalam perjuangan menggenggam bara api yang kecil ini. Karena api neraka tak akan pernah terbayang. Dan tak sedikitpun berbanding dengan apa yang ada di dunia ini.
Wallahu a'lam bis Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar