"Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (Yunus : 49)
Terkadang saat lelah melanda dan hati mulai goyah. Melihat banyak kawan yang tertawa bahagia, bersenda gurau, tiada resah dan gelisah. Namun tidak dengan kita. Roda dakwah terus berputar. Tak akan terputus dengan segala kesibukan apalagi kesenangan dunia pemuda.
Kaki tetap berpijak kokoh pada jalan ini. Walau terkadang berat, sulit, atau sempat terpikirkan kapan diri ini beristirahat. Memikirkan diri yang tak hentinya dikejar-kejar berbagai target dan agenda padat. Air mata pun menetas. Seberat apapun kaki melangkah, mustahil rasanya untuk berhenti, apalagi berjalan ke belakang. Mementingkan ego pribadi diatas kewajiban yang telah tertancap dalam hati.
Mengapa?
Berharap hati ini segera memberikan jawaban. Sungguh kematian. Itulah alarm yang selalu berdering paling kencang. Betapa banyak ayat Allah yang telah terbaca. Membahas kematian yang tak menunggu kita siap bertemu sang Rab. Tak kan peduli dengan usia. Apalagi amalan yang telah membuat kita lelah berpeluh. Ia akan datang sekalipun berada di benteng yang tinggi nan kokoh. Ia akan tetap menjemput walau kewajiban dan misi yang harus diemban justru kutunda atau ditinggalkan.
Cinta. Itulah yang dikatakan hati ini. Hanya karena cinta, seseorang masih terus mau melakukan bukan? Dan cinta menuntut pembuktian. Tak hanya di hati, atau cukup terlisankan. Tapi perbuatan harus membuktikan. Cinta kepada Dzat yang paling mencintai. Cinta kepada Dia yang menciptakan rasa cinta itu. Allah. Dan tentu cinta pula kepada Baginda Rasulullah. Berharap mendapat syafaat dari nya saat tak ada lagi pembela disisi-Nya kelak. Bukankah seseorang kelak akan bersama yang dicintai? "Anas bin Malik berkata : ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw dia berkata : "Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mencintai orang lain tapi dia tidak mampu beramal seperti amalnya". Maka Rasulullah bersabda : Seseorang akan bersama orang yang dicintainya".
Terkahir, ini adalah misi bukan sekedar karena kebutuhan. Ini adalah kewajiban yang membawa kemuliaan di sisi-Nya. Layaknya ibadah yang lain, dakwah adalah kewajiban yang tak boleh ditinggalkan oleh seseorang yang sudah mengikrarkan kalimat syahadat di dalam dadanya. : “Adalah kamu sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…”
Tentang mengingat kematian, Nabi saw memberi kita nasehat : "Wa kafaa bil mauti wa'idzan" .Jelaslah sudah, hanya karena kematian yang akan menemui kapan pun, sehingga kaki ini masih bertahan. Hanya karena cinta, lisan ini terus menyampaikan kebenaran. Dan karena sebuah kewajiban yang menciptakan harapan di sisi-Nya. Rindu itu tak dapat dibendung, dan pantaskah diri ini berada di sana?
Wallahu a'lam bis Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar