"Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka niscaya kamu akan sedikit bicara dan banyak menangis." (Mutafaqun 'alaih)
Menjalani kehidupan dunia dengan segala tipu dayanya, terkadang menjadikan kita lalai akan misi utama yang harus diemban. Manusia seakan lupa bahwa hidup di dunia tidaklah lama, sementara tahap pertanggungjawaban amal telah menanti dengan pasti. Allah telah mengingatkan kita:
إِنَّ هَؤُلاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلا
Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Qs Al-Insan: 27)
Ya, peringatan Allah akan kepastian datangnya Yauman Tsaqila (hari yang berat), telah menjadikan para sahabat Rasul senantiasa menangis, bukan karena takut dosa mereka besar, namun karena khawatir amal-amalnya tidak diterima di sisi Allah SWT.
Jika mereka para sahabat saja memiliki kekhawatiran seperti itu, bagaimanakah dengan kita?
Dua syarat diterimanya amal (ikhlas dan shawab/benar) sudah semestinya untuk menjadi fokus utama dalam setiap perbuatan kita, karena kita tidak ingin perbuatan menjadi sia-sia tanpa keduanya.
Ketakutan akan dihadapkan pada Yauman Tsaqila, juga telah membuat para sahabat bekerja keras dan memberikan pengorbanan yang luar biasa dalam mengarungi kancah kehidupan. Peperangan demi peperangan mereka jalani dengan penuh kesungguhan, meski dalam kondisi panas terik, bekal yang sangat minim karena musim paceklik dan kemarau. Begitu panggilan Allah datang, mereka tinggalkan apa saja yang sedang mereka lakukan. Berusaha menyempurnakan amal dengan tidak menambah dosa selalu diupayakan. Mereka selalu ingat sabda Rasulullah:
لَوْتَعْلَمُوْنَ مَااَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
"Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka niscaya kamu akan sedikit bicara dan banyak menangis." Kemudian para sahabat Rasulullah saw menutup wajah mereka dan menangis tersedu-sedu. (Mutafaq 'alaih).
Bagaimana dengan kita? Saat ini mungkin kita masih bisa berteduh dari terik panas matahari di dunia, namun nanti, dapatkah kita menghindar dari teriknya yauman tsaqila. Jika para sahabat yang pengorbanannya sungguh luar biasa, dan mereka selalu mendapat pujian dari Rasulullah saja takut menghadapinya, bukankah kita lebih patut untuk merasakan ketakutan itu? Oleh karenanya, tidak ada pilihan lain bagi kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam menghadapinya.
Pertama, bertafakur untuk muhasabah atas setiap amal yang telah dan sedang kita lakukan.
Kedua, berusaha memperbaiki/ menyempurnakan amal agar senantiasa mnjadi amal terbaik, yakni dengan terpenuhinya dua syarat ( ikhlas dan benar).
Ketiga, bekerja keras untuk bersegera/tidak menunda-nunda memenuhi seruan-seruan Allah dan RasulNya. FirmanNya dalam QS. Ali Imran:133, senantiasa mengingatkan kita akan hal tersebut
وَسارِعُوا إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّماواتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Semoga Allah SWT senantiasa menguatkan kita untuk menyiapkan amal terbaik demi menghadapinya kepastian datangnya yauman tsaqila.
Wallaahu A'lam Bish Showab