Pages

Kamis, 25 Januari 2024

Airmata Tuk Raih Surga-Nya

         Kita pasti pernah mengalami kesedihan atau menghadapi kebingungan. Akan tetapi jika kita menggantungkan dan berprasah kepada Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, dan kita terus meminta petunjuk serta pertolongan-Nya, maka Allah swt pasti akan memberi jalan keluar. Jalan keluar itu tidak selalu terkabulnya doa- doa kita, atau terselesaikannya masalah kita. Namun, bisa jadi Allah swt datangkan seseorang, nasehat atau kejadian yang dapat membuka hati kita dan menjadikan kita tenang serta lapang menerima segala ketetapan-Nya. Sehingga seolah- olah masalah itu terasa ringan, atau bahkan seolah hilang dan terlupakan, meskipun hakikatnya masih ada, tapi Allah swt limpahkan rasa syukur dan ikhlas sehingga kita terus melangkah, berjalan, dan menyibukkan diri dalam aktifitas serta amal shalih yang mengalihkan diri dari segala kesedihan.

          Film ini salah satunya. Menjadi sebuah wasilah bagi diri ini tuk mendapat nasehat dan pelajaran berharga ketika sedang dilanda resah. Dari kehidupan orang lain kita dapat banyak belajar bahwa ketetapan dan rencana Allah swt adalah yang terbaik, meskipun terkadang kita belum tau.

           Film ini mengajarkan kita bahwa ketika banyak hal yang kita harapkan kepada-Nya tuk di dalam kehidupan ini, namun belum terkabulkan, maka kita tidak boleh berhenti berharap dan berdoa kepada-Nya. Karena air mata yang mengalir dalam doa itu adalah kenikmatan, dan bahkan bisa menjadi ladang pahala dan pembuka pintu surga-Nya, jika kita niatkan dalam doa tersebut semata- mata karena menjalankan perintah Allah swt, yakni memenuhi seruan tuk beribadah  kepada-Nya.

Film yang berjudul “Air Mata Surga” ini mengingatkan diri ini pada sebuah hadits Rasulullah saw, dari Abu Sa'īd dan Abu Hurairah marfu’ ke Rasulullah saw:

«ما يُصيب المسلم من نَصب، ولا وصَب، ولا هَمِّ، ولا حَزن، ولا أَذى، ولا غَمِّ، حتى الشوكة يُشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه» [صحيح- متفق عليه]

"Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, sakit, dukacita, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

              Terdapat sejumlah hikmah yang bisa kita petik dari film ini diantaranya adalah:

v Harus menjaga amanah dalam menuntut ilmu dengan sungguh- sungguh dengan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.

v Seorang perempuan seharusnya menjaga batasan dalam pergaulan, sekalipun ada sosok yang menampakkan rasa suka dan kepedulian kepadanya.

v Jodoh itu di tangan Allah. Jika memang jodoh pasti ada saja jalan yang akan Allah mudahkan untuk bertemu dan mempersatukan.

v Dalam mengambil suatu keputusan pasti perlu pertimbangan, diskusi serta ridho orangtua.

v Berusaha memaksimalkan potensi dan ilmu yang dimiliki agar bermanfaat untuk orang lain.

v Seorang istri ketika bekerja tetap harus dengan izin suami dan semata- mata bukan untuk mengejar materi atau menyaingi suami, akan tetapi untuk berkarya, mencari pahala jariyah dan agar ilmunya bermanfaat untuk umat.

v Harus senantiasa berusaha memantaskan diri, berhusnudzon, dan tetap membalas keburukan dengan kebaikan, sekalipun orang tersebut sering menyakiti kita. Bahkan sekalipun yang melakukan adalah orang yang terdekt, seperti mertua.

v Seorang istri harus selalu sabar, ikhlas dan cerdas untuk mengambil hati mertua semata- mata untuk memperbaiki hubungan dan menjaga tali persaudaraan (silaturahim)

v Seorang laki- laki jika tidak mematuhi ibunya harus punya alasan syar’i. Pilihan yang dia ambil bukan semata- mata karena cinta, tapi pertimbangan yang lebih utama, seperti karena landasan iman dan sesuai pandangan Islam, dimana Islam mengutamakan perempuan yang dipilih untuk menjadi pendamping hidup. Dan seharusnya senantiasa melibatkan Allah dalam setiap mengambil keputusan.

v Menjadi mertua seharusnya tidak perlu banyak intervensi dan ikut campur atas urusan menantu dan keluarganya, kecuali apabila anak atau menantunya tersebut meminta bantuan seperti memberi nasehat, atau pandangan dalam menyelesaikan persoalan.  

v Sebelum memutuskan untuk melakukan sebuah pernikahan, maka kedua calon perlu untuk memastikan penyakit dalam yang dimiliki oleh perempuan atau laki- laki, terutama yang berkaitan dengan hal yang bisa menjadi faktor penghalang untuk memiliki keturunan, karena tujuan utama menikah adalah untuk melanjutkan keturunan.

v Memiliki anak adalah keinginan semua orangtua, begitu juga kakek dan neneknya. Akan tetapi anak adalah bagian dari rezeki yang semuanya kembali pada ketetapan Allah swt saja, karena hal itu termasuk perkara yang diluar kuasanya. Manusia hanya bisa berikhtiar semaksimal yang dia bisa.

v Dalam pernikahan pasti akan ada banyak ujian, salah satunya adalah ketika memiliki keinginan mendapatkan keturunan, namun Allah swt belum mengijabah. Maka disitu harus ada keikhlasan, kesabaran dan senantiasa menggantungkan harapan kepada Allah swt, serta harus yakin bahwa Allah swt pasti memiliki rencana lain yang jauh lebih baik.

v Seorang suami yang shalih akan bersabar dan tidak menyalahkan istrinya ketika belum bisa memberikan keturunan atau janinnya keguguran, karena semua itu diluar kuasanya dan kehendaknya.

v Sebagai seorang muslim harus senantiasa bisa menjaga lisan dari menyakiti saudaranya sesama muslim, termasuk menyinggung masalah yang berkaitan dengan qadha-Nya, dimana dia pun tidak punya kuasa untuk mengaturnya.

v Istri yang cerdas dan sholihah akan senantiasa mencarikan solusi yang terbaik untuk membahagiakan suaminya. Dia yang hatinya bersih akan rela untuk membagikan cinta suaminya semata- mata tuk membahagiakannya.

v Syariat Islam pasti penuh kebaikan, termasuk dalam masalah poligami. Dimana ia bisa menjadi salah satu jalan keluar ketika seorang istri tidak mampu memberikan keturunan karena sakit atau yang lainnya.

v Ajal tidak menunggu seseorang tua ataupun siap. Maka harus senantiasa dipersiapkan sebaik- baiknya, dengan memperbanyak dan istiqomah beramal shalih, sehingga mendapatkah husnul khatimah. 

v Ada banyak pahala serta cara untuk bisa membuka pintu surga-Nya. Mungkin kita berharap mendapatkan pahala dari cara yang kita inginkan, tapi Allah swt berkehendak lain. Sehingga semua harapan yang belum terwujud itu mendorong kita untuk banyak meminta, dan berdoa kepada-Nya tanpa henti, serta putus asa. Dengan air mata yang mengalir ketika mengadu di hadapan-Nya semua itu bisa menjadi penggugur dosa serta ladang pahala, juga bisa menjadi salah satu pembuka pintu surga-Nya, jika kita yakin dan ikhlas akan ketetapan-Nya.

Sebagai penutup, teringat sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

 “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar