Banyak muslimah merasa insecure karena fisik, penghasilan yang belum mapan, prestasi yang biasa saja, atau jodoh yang tak kunjung datang sedangkan usia terus bertambah tanpa terasa. Padahal semua hal itu termasuk perkara yang diluar kuasanya sebagai manusia, perkara yang pada dasarnya tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.
Maka agar tidak menjadi sebab yang
membuatnya insecure, sudah seharusnya ia mengingat kembali betapa berlimpahnya nikmat
yang sudah Allah swt berikan, dimana dengan rasa syukur itu ia akan senantiasa
merasa bahagia. Rasulullah pernah mengingatkan kita: “Barangsiapa di antara kalian yang
memasuki waktu pagi dalam kondisi sehat badannya, hatinya aman dan tentram,
serta memiliki makanan untuk hari tersebut, maka seakan-akan dia memperoleh dunia dan seisinya”. Allah pun juga telah berfirman: “Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
An-Nahl: 18)
Kemuliaan seorang muslimah tidak
diukur dari bagaimana fisiknya, karena Allah swt senantiasa melihat dari hati
dan amalnya sebagaimana sabda baginda. Begitu juga bukan dinilai dari kemapanan
materi dan pekerjaannya, karena pada dasarnya rezeki itu adalah yang bisa
dinikmati dan didapatkan dari sumber yang diridhai-Nya. Begitu juga karena prestasinya,
karena setiap manusia pasti Allah beri potensi istimewa yang terkadang ia belum
menyadari bahkan tak dimiliki oleh selain dirinya. Begitu juga jodoh, karena
nyatanya dua perempuan mulia yang Allah muliakan di dalam Al-Quran, yakni
Maryam dan Asiyah binti Muzahim kemuliaannya bukanlah karena pasangannya.
Maryam, seorang wanita sholihah, ahli ibadah, yang sangat menjaga kehormatannya,
sangatlah ditinggikan kedudukannya meski ia tak menikah hingga akhir hayatnya.
Bahkan karena kesuciannya, ia Allah pilih untuk memegang amanah besar, dimana
dari rahimnya lahir sosok yang akan menyampaikan risalah Rab-Nya. Begitu pula
Asiyah yang berada disisi sosok lelaki yang kejam, zalim, bahkan mengaku
dirinya sebagai Tuhan bagi seluruh manusia. Namun ia Allah tinggikan, semata-
mata karena ketaatannya pada Rab-Nya, keteguhannya dalam memegang dan
menyampaikan kebenaran hingga akhir hidupnya.
Oleh karena itu perempuan di dunia
yang menjadikan bidadari surga cemburu padanya adalah perempuan yang shalihah,
taat, serta yakin akan janji-Nya, dekat dengan Rabb-Nya, tunduk atas
perintah-Nya, sabar atas segala ujian, teguh dalam kebenaran hingga khir
hayatnya. Sama sekali bukan karena fisiknya, materi, prestasi ataupun sosok
yang mendampingi hidupnya.
Wallahu a’lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar