Pages

Selasa, 30 Januari 2024

FreePalestine itu Bukan Sekedar (Part 6)

 Bukan sekedar dengan menggencarkan seruan tuk boikot produk- produk industri Israel dan Barat yang mendukung Israel, tapi juga harus disertai dengan boikot produk budaya dan pemikiran yang telah berhasil merusak umat dan memecah belah persatuan.

              Tak hanya kali ini. Setiap kali Islam dihinakan, saudara kita dizalimi, dan dibantai, kita sering menyaksikan berbagai seruan di media begitu deras tuk memboikot produk- produk industri barat yang biasa tersebar di negeri- negeri kita dan biasa kita konsumsi dalam kesahariannya. Mulai dari produk makanan, pakaian, alat kebersihan dan lain sebagainya. Hingga terbangun opini bahkan fatwa apabila membeli produk- produk tersebut merupakan suatu kesalahan dan dosa, karena hal itu menunjukkan adanya pembelaan kita terhadap barat yang telah menyokong atau menjadi sutradara atas terjadinya kezaliman dan penghinaan terhadap kemuliaan Islam dan darah kaum muslimin.

              Apakah benar seperti itu? Dan apakah itu cukup menjadi solusi atas persoalan yang terjadi saat ini?

           Perlu kita ketahui bahwa produk- produk industri adalah bagian dari madaniyah (hasil fisik) yang pada dasaranya bersifat universial, sehingga tidak dipengaruhi dengan suatu ideolagi atau cara pandang hidup tertentu. Produk- produk tersebut layaknya benda- benda yang hukum asalnya adalah mubah, selama tidak ada dalil yang mengharamkanya. Oleh karena itu boleh saja jika kita mengambil, membeli dan menggunakannya. Boleh juga kita memilih untuk tidak, dan mencukupkan diri dengan mengkonsumsi produk- produk lokal atau buatan kaum muslimin. Boleh saja, karena hukum asalnya mubah. Begitu pula, maka boleh saja bagi kita jika ingin memboikot benda-benda tersebut jika memang dengannya dapat membuat ekonomi Barat bisa menjadi tidak stabil, sehingga kekuatan mereka akan melemah tuk menyokong kekuatan Israel yang menjajah dan membantai saudara- saudara kita.

        Tapi ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, yang seharusnya menjadi perhatian yang lebih bagi kaum muslimin adalah tidak sekedar memboikot produk tersebut sebagai salah satu alternatif atau wasilah tuk memperlemah kekuatan musuh Allah, akan tetapi yang jauh perlu kita perhatikan dan waspadai adalah perkara yang sudah jelas diharamkan Islam tuk diambil dan diadopsi. Hal itu adalah hadhoroh yang berupa pemahaman, pemikiran, konsep, cara pandang dan peraturan dalam kehidupan. Karena semua itu tentu lahir atau dipengaruhi oleh aqidah, serta ideologi tertentu. Sehingga jelas bahwa semua itu bertentangan dengan Islam, sehingga kita tidak boleh tuk mengambilnya. Karena, apa yang lahir dari dasar atau asas yang berbeda pasti akan melahirkan atau menumbuhkan  sesuatu yang  berbeda. Maka apa yang lahir dari akidah lain, seperti sekuleris yang jelas bertentangan dengan Islam -lantaran memisahkan agama dengan kehidupan- pasti akan memiliki pemikiran cabang yang lahir darinya yang bertentangan pula dengan Islam. Maka segala bentuk pemahaman, pemikiran, peraturan serta konsep kehidupan yang lahir dari akidah lain akan bertentangan dengan akidah kita.

        Kedua, jika kita mendalami fakta yang terjadi, maka kita akan mendapati bahwa pemboikotan yang lebih besar pengaruhnya dan lebih besar dampak kerugian serta dapat melemahkan musuh adalah pemboikotan yang dilakuakn oleh negara. Jika Israel membutuhkan air dari Yordania, minyak dari Mesir juga Turki, maka ketika negara- negara tersebut memutuskan penyaluran hajat asasi (kebutuhan mendasar) dalam kehidupan itu. Cukup dengan memboikot beberapa hari saja, maka sudah bisa dipastikan mereka akan kalang kabut, panik, tidak stabil, dan tercekik.              

         Oleh karena itu sudah sepatutnya kita harus memahami kondisi yang terjadi dengan cermat, cerdas, juga memahami solusi Islam yang pasti akan memberi cara pandang yang tepat dan solutif. Sehingga, seruan kaum muslimin tidaklah berhenti dan hanya berfokus tuk memboikot produk- produk industri Barat. Akan tetapi harus disertai dengan seruan tuk menyeru penguasa agar memutus selang yang mengantarkan air dan minyak ke entitas rapuh itu. Entitas yang layaknya bayangan manusia besar yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan apapun.

          Selain itu kita juga harus semakin sungguh-sungguh tuk memahami pemikiran, peraturan dan konsep kehiduan yang lahir dari Islam sehingga kita bisa membedakan dan menolak pemikiran, peraturan dan konsep kehiduan yang lahir dari Barat, yang jelas landasannya bukan akidah Islam. Karena pada dasarnya pemikiran Barat-lah yang menjadikan kaum muslimin terus terbelanggu dalam batas- batas teritorial, batas nasionalis yang sengaja  dirancang oleh Barat. Yang karena pemikiran itulah para tentara kaum muslimin merasa tidak perlu melindungi mereka dengan berkorban nyawa sebagaimana mereka melindungi tanah airnya. Mereka juga menjadikan kaum muslimin terbelenggu dengan kecintaan pada dunia sehingga khawatir jika menyerukan kebenaran dengan lantang, lantaran takut akan ancaman, dan tidak bisa terselamatkan. Mereka juga menjadikan kaum muslimin merasa lemah, dan lupa bahwa kekuatan itu bukan pada jumlah dan persenjataan, sehingga akan terus merasa tak sanggup tuk melawan negara besar sebagai musuh islam. Mereka juga menjadikan kaum muslimin tertancap sikap individualis serta egois, sehingga malas tuk selalu memikirkan kondisi saudaranya. Mereka juga menjadikan kaum muslimin terjebak dalam gaya hidup yang hedonis, pergaulan yang bebas, dan menjadikan kesenangan materi adalah standar kebahagiaan, sehingga mereka tersibukkan dan teralihkan dari segala yang Islam larang dan perintahkan, boro- boro memikirkan saudaranya.

 #FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha

Free Palestina itu Bukan Sekedar (Part 5)

 Bukan sekedar karena terjadi bencana kemanusiaan, namun kita harus memandang bahwa ini adalah medan peperangan. Dimana perang harus dibalas dengan perang, dan sebagai muslim kita memiliki kewajiban menegakkan jihad hingga akhir zaman.

             Media telah menampakkan betapa paniknya AS, Inggris dan negara- negara Eropa itu, sehingga  mereka terus menggelontorkan dana, bantuan dengan berbagai rupanya ketika sang anak tiri mereka, -yakni Israel- telah mengalami kekalahan yang nyata dan kerugian yang begitu besar. Ketika puluhan, ratusan dan ribuan tentaranya terbunuh, ratusannya tertawan, dan kerusakan pangkalan- pangkalan militer juga alat- alat perangnya begitu tak karuan. AS dan negara- negara Eropa begitu khawatir kehilangan anak tiri yang begitu mendatangkan manfaat baginya.

Negara- negara besar itu mengetahui jika peristiwa ini adalah sebuah permasalahan perang, bukan sekedar permasalahan dan bencana kemanusiaan. Sehingga wajar jika yang mereka gelontorkan adalah tank- tank perang, jet tempur, rudal, juga para tentara- tentara yang mereka bayar dengan bayaran yang begitu besar. Mereka sadar bahwa #Thufanul Aqsha adalah sebuah peperangan, maka jika mereka ingin mempertahankan entitas Yahudi tersebut, maka memang sudah semestinya mereka akan membantu dengan segala keperluan dalam perang.

Sehingga ketika negara- negara besar itu menyokong dan menopang Israel demi kepentingan ideologi mereka, tuk pertahankan cengkraman politik dan ekonomi global, maka kaum muslimin, terutama para penguasanya tak patut jika hanya menganggap hal ini sebagai bencana kemanusiaan. Yang dengan begitu, mereka menanggapi persoalan ini dengan cara menggelontorkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, pakaian, obat- obatan, dan kain kafan.

Begitu pula suatu kesalahpahaman, apabila ulama hanya memandang permasalahan ini sekedar bencana kemanusiaan, padahal mereka memiliki kemampuan tuk memahami berbagai dalil tuk menilai peristiwa ini. Sehingga cukup dengan dorongan keimanan dan pemahaman, membuat mereka berani dalam menyerukan suara yang sama. Keimanan akan perintah Allah swt dan janji-Nya, juga pemahaman akan kewajiban jihad yang begitu mulia yang harus segera ditunaikan. Sehingga ketika kaum Barat memandang persoalan ini sebagai suatu peperangan -sehingga perlu disikapi dengan kekuatan fisik- hanya sekedar dorongan ketamakan, kekuasaan, dan tuk meraup kekayaan, maka sungguh kemuliaan itu ada pada penguasa jika mereka menggerakkan para pasukannya. Dan kemuliaan itu ada pada para ulama ketika mereka mengobarkan api jihad, yang semua itu semata- mata agar para tentara itu menjalankan kewajiban mereka, menyambut panggilan jihad dan menolong saudaranya yang telah tertindas ratusan tahun lamanya.

              Sungguh miris, ketika kita saksikan diantara para pendeta kaum Yahudi pun memahami hal ini, sehingga banyak diantara mereka yang justru bergabung dengan pasukan tentara Israel karena dorongan keimanannya, serta pemahamannya. Sedangkan banyak dari ulama kita yang hanya menyerukan dan mengajak tuk memperbanyak doa yang kita langitkan, serta bantuan kemanusiaan saja.  

        Semoga Allah tunjukkan kita jalan kebenaran, agar terus menyuarakan kebenaran dengan ketegasan dan keberanian.

#FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha

Minggu, 28 Januari 2024

Dalam Mihrab Cinta

            Sikap iri dan dengki jika terus dibiarkan di dalam hati seorang muslim, maka akan berbahaya bagi dirinya sendiri juga orang lain. Sikap itu adalah perkara yang telah dilarang di dalam Islam, sehingga harus dikendalikan dan dihilangkan, bukan justru dipelihara. Karena jika hal itu dibiarkan maka benih kebencian pun akan muncul, dan perilaku yang kurang baik akan ditampakkan, bahkan bisa jadi sangat menzalimi orang yang ia iri terhadapnya.

            Tapi Allah swt pasti Maha Adil dan Maha Teliti terhadap hamba- hamba Nya sehingga kebenaran pasti akan terungkap, dan Dia tidak akan menyia- nyiakan hamba-Nya yang terus berusaha mendekat dan meminta petunjuk meskipun ia memiliki dosa yang sebesar gunung.

            Film “Dalam Mihrab Cinta” bukan sekedar film romantis, bukan sekedar film yang menggambarkan bagaimana perjalanan bertemunya orang yang saling mencintai karena-Nya, namun film ini memahamkan kita bahwa cinta-Nya begitu besar dan tak dapat terlukiskan dengan kata- kata, kepada hamba- hambanya yang senantiasa menjaga diri dalam taat, berusaha mendekat, dan selalu berbuat kebaikan tanpa berharap balasan.  Juga betapa kehendak dan ketetapan-Nya adalah yang terbaik meskipun manusia belum sepenuhnya mengetahui hikmahnya.

            Berikut sejumlah hikmah yang bis akita dapatkan dari fim tersebut:

§ Memfitnah kepada sesama muslim itu dosanya sangatlah besar dan balasannya akan berat dari sisi Allah swt. Maka perlu ada tabayun dalam memastikan informasi yang datang dari orang yang belum terpercaya. Dan tidak boleh menghakimi, serta menyakiti orang yang berbuat salah, karena yang kita ingkari adalah perbuatannya bukan orangnya.

§ Ketika dizalimi, seorang muslim sudah seharusnya seorang muslim tetap bersabar dan hanya mengharap pertolongan-Nya, dan tetap harus ada usaha untuk membela diri dalam batas yang dimampui.

§ Ketika ada rasa takut dalam hati seseorang kepada Allah, maka sesulit apapun masalah yang dihadapi, dan sesempit apapun kondisi, maka dorongan untuk berubah dan menjadi lebih baik insya Allah akan ada. Maka perlu sekali memohon pertolongan, bimbingan dan hidayah dari-Nya bagaimanapun dan apapun kesulitan yang dihadapi, maka kemudahan- kemudahan akan Dia berikan.

§ Ketika pernah melakukan dosa sebesar apapun, maka tetap yakin bahwa Allah swt Maha Pengampun, selama kita bertaubat dengan sebenar- benarnya dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.

§ Optimis dengan jalan keluar dari Allah swt selama selalu ada niat baik dan keinginan untuk berubah menjadi lebih baik.

§ Senantiasa menyebarkan ilmu yang kita miliki dimanapun berada, dan percaya diri selama kita menyampaikan kebenaran. Tidak perlu sibuk dengan masa lalu kita jika ada suatu keburukan.

§ Lingkungan yang kurang baik, juga tidak mendukung kita lebih baik untuk ditinggalkan. Agar kita bisa hijrah menjadi lebih baik perlu support dari orang- orang baik yang percaya dengan kita.

§ Melibatkan Allah dalam memilih segala hal, termasuk dalam masalah jodoh.

§ Merendah di hadapan manusia akan membuat seseorang menjadi Allah tinggikan.

§ Ikhlas terhadap qadha-Nya yang merupakan perkara diluar kuasa kita, serta yakin bahwa Allah pasti akan mengganti yang jauh lebih baik.

§ Jodoh dan kematian adalah dua hal yang pasti datangnya, yang keduanya perlu dipersiapkan sebaik- baiknya.

§ Sampai waktu akad tiba, hubungan sepasang calon suami dan istri tetaplah belum halal, maka tetap harus menjaga dir dari pergaulan yang berlebihan.

§ Kehidupan dan kematian tetaplah di dalam genggaman Allah swt, sehingga tidak ada menjamin seseorang masih hidup hingga di hari pernikahan yang sudah dinantikan dan dipersiapkan sebaik mungkin.

§ Cinta dan doa seorang ibu tidak akan hilang dan sirna seburuk apapun seorang anaknya di mata orang lain. Dia tetap mengharapkan kebaikan dan kepulangan anaknya walaupun seluruh manusia membencinya.

Wallahu a’lam bish showab.

 

#Free Palestina itu Bukan Sekedar (Part 4)

Bukan sekedar melangitkan doa dan menambah keyakinan kita akan janji-Nya, karena kita memiliki kewajiban lain, yakni terus berdakwah, membangun opini serta kesadaran umat akan solusi hakiki.

              Rasulullah mengatakan bahwa doa adalah senjata bagi seorang yang mukmin. Maka hal itu sudah seharusnya menjadikan kita tuk tidak putus asa ketika meminta, mengadu dan mengharapkan rahmat serta pertolongan-Nya. Karena itu bagian dari sebuah perintah dan bukti penghambaan kita kepada Rabb Semesta, karena doa adalah bagian dari bentuk pengakuan akan kelemahan kita di hadapan-Nya.

              Begitu pula akan kemenangan kaum muslimin yang pasti kedatangannya. Janji Allah yang termaktub dalam Al- Quran pun pasti akan terwujud tanpa atau dengan kita. Firman Allah yang mengatakan bahwa kaum muslimin akan memasuki Masjidil Aqsha kembali dengan menghinakan dan mengalahkan para musuh-Nya tak mungkin dielakkan. Janji-Nya yang akan memberi kekuasaan kepada orang- orang yang beriman juga perkara yang tak akan terbantahkan. Maka meyakini semua hal itu adalah suatu keharusan, dan mengingkarinya adalah sebuah kekufuran.

              Namun, ketahuilah doa yang terus kita panjatkan, serta keyakinan yang terus kita pupuk agar semakin kuat adalah satu bagian dari perintah-Nya. Akan tetapi disana masih ada perintah lainnya yang juga harus kita perhatikan dan kita usahakan dengan semaksimal mungkin sampai batas yang kita mampukan. Sebagaimana dahulu Rasulullah ketika berdakwah di Makkah dan kabilah- kabilah di sekitarnya, dan disaat yang sama Rasulullah mengadu, memohon dan terus meyakini janji-Nya bahwa kemenangan serta pertolonagn-Nya itu pasti akan tiba masanya.

Oleh karen itu, sembari kita terus melangitkan doa untuk saudara kita, agar terus Allah teguhkan dalam kebenaran dan kesabaran, agar para mujahid itu bisa tepat dalam melemparakan tembakannya, agar Allah kuatkan mereka dalam segala kondisinya, agar Allah segera menurunkan pertolongan- Nya, agar Allah swt tunjukkan kuasa-Nya atas musuh- musuh kita, serta menurunkan bala tentaranya dari langit, dan seterusnya. Sembari kita menguatkan keyakinan kita dengan terus mengkaji tentang posisi Palestina di dalam Islam, dan peradabannya, serta bagaimana Allah dan Rasul-Nya memuliakannya. Bersamaan dengan semua itu, kita harus semakin serius dan gencar memahamakan dan menyerukan di tengah- tengah umat ini akan akar permasalahan yang sesungguhnya, fakta yang terjadi serta solusi yang hakiki yang harus kita perjuangkan. Karena dengan itu semua, artinya kita telah mengambil andil tuk memberi solusi yang hakiki bagi Palestina. 

    Selalu camkan dalam diri kita, ada tidaknya peran kita, Palestina sudah pasti akan kembali ke haribaan dan pangkuan kaum muslimin, tapi apakah kita menjadi penonton, penyorak, pengkhianat atau justru orang yang bersuudzon dan menyinyir maka semua itu ada pada pilihan kita.

#FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha

 

Kamis, 25 Januari 2024

Airmata Tuk Raih Surga-Nya

         Kita pasti pernah mengalami kesedihan atau menghadapi kebingungan. Akan tetapi jika kita menggantungkan dan berprasah kepada Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, dan kita terus meminta petunjuk serta pertolongan-Nya, maka Allah swt pasti akan memberi jalan keluar. Jalan keluar itu tidak selalu terkabulnya doa- doa kita, atau terselesaikannya masalah kita. Namun, bisa jadi Allah swt datangkan seseorang, nasehat atau kejadian yang dapat membuka hati kita dan menjadikan kita tenang serta lapang menerima segala ketetapan-Nya. Sehingga seolah- olah masalah itu terasa ringan, atau bahkan seolah hilang dan terlupakan, meskipun hakikatnya masih ada, tapi Allah swt limpahkan rasa syukur dan ikhlas sehingga kita terus melangkah, berjalan, dan menyibukkan diri dalam aktifitas serta amal shalih yang mengalihkan diri dari segala kesedihan.

          Film ini salah satunya. Menjadi sebuah wasilah bagi diri ini tuk mendapat nasehat dan pelajaran berharga ketika sedang dilanda resah. Dari kehidupan orang lain kita dapat banyak belajar bahwa ketetapan dan rencana Allah swt adalah yang terbaik, meskipun terkadang kita belum tau.

           Film ini mengajarkan kita bahwa ketika banyak hal yang kita harapkan kepada-Nya tuk di dalam kehidupan ini, namun belum terkabulkan, maka kita tidak boleh berhenti berharap dan berdoa kepada-Nya. Karena air mata yang mengalir dalam doa itu adalah kenikmatan, dan bahkan bisa menjadi ladang pahala dan pembuka pintu surga-Nya, jika kita niatkan dalam doa tersebut semata- mata karena menjalankan perintah Allah swt, yakni memenuhi seruan tuk beribadah  kepada-Nya.

Film yang berjudul “Air Mata Surga” ini mengingatkan diri ini pada sebuah hadits Rasulullah saw, dari Abu Sa'īd dan Abu Hurairah marfu’ ke Rasulullah saw:

«ما يُصيب المسلم من نَصب، ولا وصَب، ولا هَمِّ، ولا حَزن، ولا أَذى، ولا غَمِّ، حتى الشوكة يُشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه» [صحيح- متفق عليه]

"Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, sakit, dukacita, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

              Terdapat sejumlah hikmah yang bisa kita petik dari film ini diantaranya adalah:

v Harus menjaga amanah dalam menuntut ilmu dengan sungguh- sungguh dengan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.

v Seorang perempuan seharusnya menjaga batasan dalam pergaulan, sekalipun ada sosok yang menampakkan rasa suka dan kepedulian kepadanya.

v Jodoh itu di tangan Allah. Jika memang jodoh pasti ada saja jalan yang akan Allah mudahkan untuk bertemu dan mempersatukan.

v Dalam mengambil suatu keputusan pasti perlu pertimbangan, diskusi serta ridho orangtua.

v Berusaha memaksimalkan potensi dan ilmu yang dimiliki agar bermanfaat untuk orang lain.

v Seorang istri ketika bekerja tetap harus dengan izin suami dan semata- mata bukan untuk mengejar materi atau menyaingi suami, akan tetapi untuk berkarya, mencari pahala jariyah dan agar ilmunya bermanfaat untuk umat.

v Harus senantiasa berusaha memantaskan diri, berhusnudzon, dan tetap membalas keburukan dengan kebaikan, sekalipun orang tersebut sering menyakiti kita. Bahkan sekalipun yang melakukan adalah orang yang terdekt, seperti mertua.

v Seorang istri harus selalu sabar, ikhlas dan cerdas untuk mengambil hati mertua semata- mata untuk memperbaiki hubungan dan menjaga tali persaudaraan (silaturahim)

v Seorang laki- laki jika tidak mematuhi ibunya harus punya alasan syar’i. Pilihan yang dia ambil bukan semata- mata karena cinta, tapi pertimbangan yang lebih utama, seperti karena landasan iman dan sesuai pandangan Islam, dimana Islam mengutamakan perempuan yang dipilih untuk menjadi pendamping hidup. Dan seharusnya senantiasa melibatkan Allah dalam setiap mengambil keputusan.

v Menjadi mertua seharusnya tidak perlu banyak intervensi dan ikut campur atas urusan menantu dan keluarganya, kecuali apabila anak atau menantunya tersebut meminta bantuan seperti memberi nasehat, atau pandangan dalam menyelesaikan persoalan.  

v Sebelum memutuskan untuk melakukan sebuah pernikahan, maka kedua calon perlu untuk memastikan penyakit dalam yang dimiliki oleh perempuan atau laki- laki, terutama yang berkaitan dengan hal yang bisa menjadi faktor penghalang untuk memiliki keturunan, karena tujuan utama menikah adalah untuk melanjutkan keturunan.

v Memiliki anak adalah keinginan semua orangtua, begitu juga kakek dan neneknya. Akan tetapi anak adalah bagian dari rezeki yang semuanya kembali pada ketetapan Allah swt saja, karena hal itu termasuk perkara yang diluar kuasanya. Manusia hanya bisa berikhtiar semaksimal yang dia bisa.

v Dalam pernikahan pasti akan ada banyak ujian, salah satunya adalah ketika memiliki keinginan mendapatkan keturunan, namun Allah swt belum mengijabah. Maka disitu harus ada keikhlasan, kesabaran dan senantiasa menggantungkan harapan kepada Allah swt, serta harus yakin bahwa Allah swt pasti memiliki rencana lain yang jauh lebih baik.

v Seorang suami yang shalih akan bersabar dan tidak menyalahkan istrinya ketika belum bisa memberikan keturunan atau janinnya keguguran, karena semua itu diluar kuasanya dan kehendaknya.

v Sebagai seorang muslim harus senantiasa bisa menjaga lisan dari menyakiti saudaranya sesama muslim, termasuk menyinggung masalah yang berkaitan dengan qadha-Nya, dimana dia pun tidak punya kuasa untuk mengaturnya.

v Istri yang cerdas dan sholihah akan senantiasa mencarikan solusi yang terbaik untuk membahagiakan suaminya. Dia yang hatinya bersih akan rela untuk membagikan cinta suaminya semata- mata tuk membahagiakannya.

v Syariat Islam pasti penuh kebaikan, termasuk dalam masalah poligami. Dimana ia bisa menjadi salah satu jalan keluar ketika seorang istri tidak mampu memberikan keturunan karena sakit atau yang lainnya.

v Ajal tidak menunggu seseorang tua ataupun siap. Maka harus senantiasa dipersiapkan sebaik- baiknya, dengan memperbanyak dan istiqomah beramal shalih, sehingga mendapatkah husnul khatimah. 

v Ada banyak pahala serta cara untuk bisa membuka pintu surga-Nya. Mungkin kita berharap mendapatkan pahala dari cara yang kita inginkan, tapi Allah swt berkehendak lain. Sehingga semua harapan yang belum terwujud itu mendorong kita untuk banyak meminta, dan berdoa kepada-Nya tanpa henti, serta putus asa. Dengan air mata yang mengalir ketika mengadu di hadapan-Nya semua itu bisa menjadi penggugur dosa serta ladang pahala, juga bisa menjadi salah satu pembuka pintu surga-Nya, jika kita yakin dan ikhlas akan ketetapan-Nya.

Sebagai penutup, teringat sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

 “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam bish showab

Surga Itu Ada Di Rumahmu

           Teringat nasehat dari seorang guru besar kami yang sangat berjasa, yang senantiasa menanamkan rasa cinta dan kesungguhan terhadap ilmu. Beliau mengatakan bahwa “belajar itu bisa dimanapun dan dengan siapapun, maka jadikan setiap waktu kita sebagai sarana untuk belajar, karena belajar tidak harus bersama buku dan di dalam kelas”.

       Terkadang ketika berada dalam kondisi atau keadaan tidak normal dimana kita bisa melakukan rutinitas harian yang sesuai dengan target kita, maka mungkin ada perasaan kecewa, atau menyalahkan diri dan kondisi sehingga yang terjadi hati kita tak lapang dan tak dapat menikmati kondisi tersebut. Padahal bisa jadi kondisi tersebut adalah menjadi tempat kita belajar dan mendapat hikmah yang besar untuk kehidupan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa memiliki kesadaran untuk mendatangkan niat dan pandai mencari hikmah dari setiap yang terjadi. Diantara kondisi tersebut misalkan ketika sedang bersama keluarga, atau di rumah saudara, kerabat, atau ketika sedang safar atau sakit.

        Padahal dengan kita bersosialisasi, mengamati banyak hal, juga dengan fasilitas serta kemudahan teknologi hari ini banyak yang bisa kita lakukan meskipun kita dalam kondisi tidak seperti biasa.

Termasuk diantaranya ketika menonton film bersama saudara pun juga bisa bernilai ibadah, jika diniatkan untuk menjalin silaturahim, juga diniatkan untuk mendapatkan pembelajaran dari kisah yang ada di dalamnya. Karena di setiap kisah atau cerita yang dibuat pasti memiliki pesan yang ingin disampaikan bagi para penontonnya. Meskipun demikian kita harus pandai memilih tontonan yang baik, yang tidak ada unsur kemaksiatan yang bisa memotivasi kita untuk melakukan yang sama atau setidaknya menjadikan kita tahu akan kemaksiatan yang mungkin sebelumnya kita belum mengetahuinya.

Film “Ada Surga Di Rumahmu”, adalah salah satu film yang mungkin nampak sederhana, namun di dalamnya ada pesan yang dalam. Terutama bagi kita yang masih menjadi seorang anak, yang terkadang atau bahkan sering masih bersikap kurang sopan atau belum bisa berbakti dengan maksimal dan ketulusan hati. Film yang berhasil membuat diri ini mengalirkan air mata, antara malu, menyesal, tertampar, dan bersyukur masih Allah beri nasehat melalui perantara kisah tersebut, dan masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan kedua orangtua dan memberikan bakti yang terbaik.

Ada beberapa hikmah yang bis akita dapatkan dari film tersebut, diantaranya: 

·     Seorang ayah yang bertanggung jawab atas kewajibannya, maka akan bersungguh- sungguh dalam mendidik anaknya walaupun memiliki keterbatasan harta atau fasilitas yang dimilikinya.

·      Seorang ayah dan ibu harus memiliki visi yang sama ketika berharap anaknya menjadi seorang yang hebat di masa depan. Selain itu, orangtua, terutama ayah harus sering berkomunikasi, termasuk menyampaikan visi yang diharapkannya tersebut kepada anaknya,  serta memotivasi dan mengarahkannya untuk selalu melangkah kea rah tersebut.

·      Menuntut ilmu membutuhkan pengorbanan dan mengeyampingkan perasaan rindu. Karena cinta yang sebenarnya adalah keinginan untuk bersama dan berkumpul di akhirat, yakni di surga-Nya.

·    Orangtua yang merasa memiliki keterbatasan pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan lingkungan dan guru- guru terbaik yang bisa mendidik serta mendoakannya. Maka orangtua harus selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu memberikan kepercayaan serta menghormati para guru yang mendidik anak- anaknya.

·       Doa adalah hadiah terbaik dari orangtua untuk anak- anaknya.

·    Dalam menuntut ilmu harus memiliki keberanian dalam bertanya, berpendapat dan perlu melatih diri untuk sering menyampaikan agar ilmunya bisa bermanfaat.

·    Ridha orangtua adalah kunci tuk mendapatkan ridha Allah serta keberkahan dan kemudahan- kemudahan. Dan sebaliknya, apabila melakukan perkara yang tidak diridhai orangtua maka akan ada kegelisahan dan sulit tuk memperoleh kemudahan serta keberkahan.

·       Ada banyak pintu surga yang bisa kita cari, namun kita sering lupa dengan pintu surga yang sebenarnya sangat mudah, dekat dan cepat kita didapatkan. Pintu surga itu ada di dalam rumah kita sendiri, yaitu pada orangtua kita. Melayani mereka serta berbakti kepadanya dengan memberikan apa yang kita miliki.

·    Keinginan, ambisi, atau cita- cita kita setinggi apapun tetap memerlukan ridha kedua orangtua, dan apabila itu tidak tercapai maka jika kita masih memiliki orangtua maka tetap ada surga yang Allah hamparkan tuk kita raih, yaitu di rumah kita dimana ada orangtua, selain juga ada saudara- saudara kita.

Sebagai penutup, teringat sabda Sang Baginda saw, yang berkata:

 

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

“Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati keduanya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).” (Hr. Muslim)

Allah swt juga berfirman:


وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS. Al-Isra’: 23)

Wallahu a’lam bish shawab

             

 

Rabu, 24 Januari 2024

Sultan Agung: Sang Pemimpin dan Pengobar Jihad di Bumi Mataram

Melahirkan generasi pejuang memerlukan kesungguhan, pengorbanan, juga metode yang tepat. Dengan belajar sejarah, kita akan mengerti bagaimana perjuangan, kesungguhan dan motode yang digunakan generasi dahulu dalam melahirkan para mujahid, pemimpin, juga alim ulama yang berpengaruh, serta memiliki peran dalam menjaga serta menyebarkan ajaran Islam.

Film “Sultan Agung” adalah salah satu film sejarah yang menggambarkan bagaimana Sultan itu dilahirkan, dibesarkan, dididik, dan ditempa dengan berbagai macam pendidikan oleh guru- guru terbaik yang dipilihkan oleh orangtuanya, sehingga menjadikannya sosok pemimpin yang berilmu, memiliki keimanan yang kuat, kepribadian yang kokoh, dan mental baja sehingga mampu untuk memegang amanah kepemimpinan tersebut, serta memegang teguh kedaulatan Islam, dan bersikap tegas terhadap penjajah yang merupakan musuh Islam, dimana mereka mengancam kaum muslimin, kekuasaan serta kekayaan negerinya.

Terlepas dari ada tidaknya penggambaran yang mungkin kurang sesuai, atau penokohan yang kurang menampakkan ajaran Islam, tapi banyak hal yang bisa kita petik dari film sejarah ini. Terlepas dari sumber sejarah yang mungkin lebih utama dan lengkap dari film, yakni seperti buku, namun dari film berdurasi sekitar 2,5 jam ini kita bisa mengambil beberapa pelajran, diantaranya:

1.         Menghormati dan mematuhi guru adalah perkara penting. Tapi tidak boleh sampai melampui batas, seperti mentaqdiskan (mensucikan, sehingga menganggap guru tersebut tidak memiliki salah atau dosa apapun).

2.         Pendidikan yang baik biasanya diperoleh jauh dari pusat pemerintahan dan kekuasaan, dimana bisa belajar adab, kesederhanaan, bersosialisasi dan mengenal rakyat kecil, juga belajar ilmu- ilmu dasar yang harus dimiliki.

3.     Anak yang memiliki nasab yang baik harus dididik dengan penuh ke-tawadhu’an terhadap siapapun. Nasab tersebut tidak perlu disebut- sebut di hadapan anak dalam rangka untuk membanggakan diri, sehingga bisa menimbulkan kesombongan dan keangkuhan ketika bergaul dengan orang lain.

4.      Menjaga pergaulan harus ditanamkan sejak kecil, dan lebih ketat lagi ketika menjelang masa baligh, karena hal itu akan menyebabkan semakin berkobarnya gharizah nau’ jika hal itu terus dibiarkan.

5.     Ketika seseorang diberi amanah kepemimpinan, maka harus memandang amanah itu sebagai sebuah tanggung jawab yang besar yang akan ditanya oleh-Nya. Jika pada akhirnya harus mengambil amanah tersebut, maka harus difahami bahwa semua itu semata- mata tuk menjalankan perintah-Nya dan untuk menjaga penerapan Islam serta menjaga persatuan ummat agar tidak terpecah belah akibat adanya penjajahan.

6.   Merupakan suatu hal yang baik bagi seorang pemimpin adalah mendengarkan orang- orang yang memiliki pengalaman dalam menjalankan atau mengambil keputusan yang besar. Akan tetapi jangan sampai disetir dan dikendalikan, melainkan untuk menjadi pertimbangan.

7.     Mengusir penjajah adalah sebuah keharusan, bukan hanya dengan landasan cinta akan bangsa atau tanah air, namun adalah bagian dari perintah Islam untuk melakukan jihad difensif (difai), atau mempertahankan serangan musuh Islam dari luar, dimana serangan itu mengancam kedaulatan, keamanan, persatuan, dan kepemimpinan negeri Islam.  

8.   Jihad itu memperlukan persiapan, namun jumlah serta persenjataan yang tidak sebanding dengan musuh bukan menjadi suatu alasan untuk meninggalkan medan jihad.

9.     Ketaatan kepada pemimpin adalah perkara yang wajib, penting, juga menjadi kunci keberhasilan dan persatuan. Dan sebaliknya, jika tidak ada ketaatan maka yang terjadi akan memicu munculnya para pengkhianat, baik dengan niat yang benar ataupun salah, dimana hal itu bisa menimbulkan kelemahan dan terpecah belahnya barisan kaum muslimin.

10.    Seorang pemimpin harus mampu memiliki cara pandang yang jauh dan panjang, serta memiliki ketegasan tanpa mengabaikan adanya masukan. Namun harus dibarengi kesadaran yang penuh, sehingga tidak disetir oleh orang- orang yang ada di sekelilingnya.

11. Ketika kaum muslimin kalah dalam peperangan bukan berarti seorang pemimpin telah mengorbankan nyawa rakyatnya dalam pertempuran tersebut. Karena seorang muslim meyakini bahwa kematian dalam medan perang adalah sebuah kemuliaan, karena dengan syahid dia akan mendapatkan surga tanpa hisab. Dan akhir dari jihad tak lain adalah dengan menang dengan kemuliaan atau mati dalam kondisi syahid.

12. Seorang ibu memiliki pengaruh besar bagi anak-anaknya, mulai dari mendidik, meyakinkan, memotivasi, menanamkan visi, serta mendukung juga menasehatinya, terutama jika ia telah mendapatkan suatu amanah yang besar, yang semua itu akan menjadi ladang pahala baginya.

13.  Seorang pemimpin yang memiliki iman dan kecerdasan akan berusaha mepersatukan kekuatan kaum muslimin yang terpecah belah dan menyadarkan saudaranya agar tidak rela jika dipermainkan atau diperbudak oleh para penjajah

14.  Melawan para penjajah dengan keberanian akan menanamkan rasa takut kepada mereka, yang dampaknya tak hanya saat itu, tapi juga pada masa- masa atau generasi- generasi setelahnya.

15.    Seorang pemimpin juga harus memikirkan bagaimana membangun serta mempersiapkan generasi yang bisa melanjutkan estafet perjuangan dan kepemimpinan, baik itu dari anaknya sendiri atau dari generasi yang ada di dalam wilayah kepemimpinannya.

16.    Wilayah Nusantara adalah wilayah yang tidak terpisah dari kepemimpinan Khilafah Utsmaniyah di tahun 1960 an. Dimana ketika itu dipimpin oleh Sulthan Orhan, yang kemudian mengakui kepemimpinan Sultan Agung untuk wilayah Mataram.

Wallahu a’lam bish shawab.