Pages

Jumat, 29 Maret 2024

Maryam, Perawan Suci Baitul Maqdis

            Sadarkah kita mengapa di dalam Al-Quran istri Imran disebut dengan kata  Imraah bukan zaujah? Hal itu dikarenakan terdapat sesuatu yang kurang sempurna antara hubungan keduanya, yakni belum adanya buah hati yang Allah swt karuniakan bagi mereka.

Di dalam bahasa arab, apabila hubungan suami istri kurang baik -seperti hubungan  Nabi Luth, Nabi Nuh, Firaun dengan istri mereka- maka penyebutan istri menggunakan kata imraah, bukan zaujah. Namun penyebutan imratu Imran di dalam Al Quran bukan karena hubungan mereka berdua buruk, -bahkan mereka adalah orang yang sangat baik, dan shalih,- namun karena Allah swt menguji mereka dengan belum diberikannya keturunan yang dengan adanya keturunan tersebut maka hubungan mereka bisa semakin sempurna.

Akan tetapi istri Imran itu tidak pernah sekalipun putus asa dam berprasangka buruk akan rahmat dari-Nya sekalipun ia telah menginjak usia yang semakin tua. Setelah berpuluh tahun berdoa, Allah swt pun mengabulkan doanya. Ketika ia hamil, ia bernadzar bahwa kelak anaknya akan menjadi orang yang terbebas dari dunia, dimana ia akan benar- benar menjadi pelayan, pemimpin, dan pengurus Baitul Maqdis juga orang- orang yang beribadah disana. Di dalam Al Quran nadzar tersebut Allah swt abadikan dengan frimannya:

إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang terbebas (saleh dan berkhidmat di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Ali Imran: 35)

            Setelah melahirkan, istri Imran berdoa kepada-Nya agar anaknya serta keturunannya kelak terlindung dari syaithan yang terkutuk, sebagaimana Allah swt sebutkan di al-Quran.

Dengan nadzarnya tersebut ia berharap mendapatkan anak laki- laki, namun ternyata Allah swt mengkaruniakannya anak perempuan. Walau begitu Allah swt tetap menerima nadzar yang telah ia ucapkan. Tak lama dari itu ayahnya wafat, sehingga para rahib Yahudi ketika itu berebut untuk merawat dan menanggungnya, maka mereka pun melakukan undian. Setelah diundi nama yang keluar adalah Nabi Zakariya, yang masih ada hubungan kekerabatan dengan Maryam.

Nabi Zakariya pun berusaha merealisasasikan nadzar ibunya agar anaknya menjadi sosok yang dapat berkhidmat kepada Baitul Maqdis, sehingga beliau membuatkan mihrab khusus untuknya agar bisa lebih terjaga dan leluasa beribadah di dalam Baitul Maqdis. Di tempat itulah, Maryam sholat dan membaca kitab taurat tanpa lelah, sehingga ia mendapat julukan orang yang taat sebagaimana di dalam surat At-Tahrim ayat 12: Wa kanat minal qanitin (dan ia termasuk orang yang taat).  

Para ulama pun juga menjulukiya sebagai Al- Batul yaitu gadis perawan. Karena ketaatannya kepada Allah, maka setiap kali Zakariya masuk ke mihrab untuk memastikan keadaannya, beliau melihat terdapat makanan yang berlimpah yang sangat- sangat mencukupi kebutuhannya. Zakariya pun bertanya dari mana sumber makanan itu. Maka Maryam pun menajwab: "Makanan itu dari sisi Allah" (QS. Ali Imran: 37)

Maryam pun tumbuh dengan bimbingan yang baik, dan terjaga dalam pengasuhan Nabi Zakariya. Hingga dewasa Maryam terus berada di tempat itu untuk terus beribadah, sampai datanglah suatu ujian kepadanya. Allah swt mengutus seorang malaikat dalam bentuk pria yang sangat sempurna, dan tampan, sehingga Maryam pun sangat terkejut dan mengatakan kepadanya:

“Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah yang Maha Pengasih jika kamu adalah orang bertaqwa..” (QS. Maryam: 18)

Malaikat tersebut mengabarkan bahwa Allah swt akan meniupkan ruh ke dalam rahimnya seorang anak yang bernama Isa, dan Maryam pun mengelak dan mengatakan: Bagaimana (mungkin) aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang (laki-laki) pun yang menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?” (QS. Maryam: 20)

Maka malaikat pun menjawab: “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” (QS. Maryam: 21)

Maka Maryam pun mengandung dan mulai merasakan gejala- gejala kehamilan. Ia pun menjauh dari kaumnya menuju arah Timur untuk merawat dirinya dan kandungannya, juga dalam rangka menjaga nama baik keluargnya dari gunjingan kaumnya. Maka Maryam seorang diri terus sabar, dan bertahan dari rasa takut dan khawatirnya semata- mata karena ketaatan dia kepada Rabb-Nya, hingga ketika rasa sakit kontraksi telah datang dan ia hanya seorang  diri, ia pun berkata: “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” (QS. Maryam: 23)

Menurut para ulama, kalimat ini bukan dia ucapkan lantaran karena menyerah, protes dan tidak terima akan ujian dari-Nya, namun hal itu karena ia khawatir orang lain akan banyak yang berdosa disebabkan karenanya, mulai dari munculnya prasangka buruk, menggunjing, ghibah juga fitnah. Maka dari itu terdapat ulama yang berpendapat bahwa ungkapannya itu menunjukkan ketidaktotalan akan kepasrahannya kepada Allah swt, sehingga Allah swt pun mengujinya dengan rezeki yang dia dapatkan harus dengan usaha, tidak seperti saat ia berada di Baitul Maqdis, dimana Allah swt mendatangkan rezeki yang melimpah tanpa adanya usaha, karena ia memiliki kepasrahan yang bulat dan total kepada-Nya, kepasrahan akan dirinya juga untuk orang lain.

Hal itu sebagaimana yang Allah swt perintahkan -sedangkan ia masih dalam kondisi berdarah- karena baru saja melahirkan, Allah swt sebutkan di dalam surat Maryam: Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam: 25)

Maka setelah ia pulih dan bersih, digendonglah bayi Isa kembali kepada kaumnya dengan kepasarhan kepada-Nya. Maka mulailah Maryam digunjing dan ditanya kenapa dia bisa memiliki anak padahal ibu, ayah dan keluargnya adalah orang- orang yang shalih. Maka atas perintah Allah swt Maryam pun mengatakan dengan isyarat bahwa ia bernadzar untuk tidak berbicara, dan memerintahkannya untuk menunjuk kepada bayi Isa, yang atas izin-Nya Isa bisa menjawab dan membela ibunya bahwa ia adalah utusan-Nya yang memang ruhnya ditiupkan di dalam rahim ibunya yang suci. Maka diantara kaumnya ada yang membenarkan, namun ada juga yang mendustkannya. Dan pada saat itu bani Israil dalam kondisi yang sangat rusak dan membangkang.

Maka Isa pun dididik dengan keimanan dan tauhid yang paripurna oleh Maryam, sehingga ia bisa menghafal dan memahami kitab taurat, dan ketika ia sudah dewasa pun Allah swt memberi wahyu dan menurunkan kitab Injil kepadanya. Maryam terus membimbing dan mendampingi Isa untuk terus berdakwah walaupun menghadapi berbagai ujian yang sangat berat. Bahkan ketika itu para Nabi pun dikejar- kejar oleh bani Israil untuk dibunuh, termasuk di antaranya adalah Nabi Yahya dan Nabi Zakariya yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Nabi Isa.

Pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah:

§  Allah swt memerintahkan kita untuk berikhtiar mencari karunia-Nya, namun rezeki tetaplah di tangan Allah swt, dan tidak ada kaitannya dengan ikhtiar kita.

§  Ketika kepasrahan kita kepada-Nya semakin kuat, sungguh pertolongan-Nya akan semakin dekat.

§  Allah swt sering menguji hambanya pada perkara yang dijunjung tinggi oleh hatinya. Sebagaimana Nabi Ibrahim diuji keluarganya karena ia sangat menjunjung tinggi cinta terhadap keluarga, Nabi Muhammad diuji ketika ia mendapatkan gelar al-amin namun ketika beliau diutus beliau dikatakan gila, penyihir dan lain-lain oleh kaumnya, juga Maryam seorang perempuan yang suci yang terus beibadah kepada-Nya, yang sangat menjunjung tinggi kesucian, maka Allah swt pun mengujinya dalam hal tersebut.

§  Terkadang kita sudah berserah kepada Allah swt untuk urusan kita, namun kita sering lupa untuk berserah kepada Allah swt akan sikap manusia terhadap kita.

§  Allah swt pasti akan menjamin orang yang berkhidmat pada rumah-Nya dan menolong agama-Nya.

§  Allah memberi perintah yang memang sesuai yang dibutuhkan hambanya, yakni ketika Maryam diminta untuk mengguncangkan pohon kurma, agar memakan kurma muda (ruthab), ternyata secara kesehatan, ruthab memang memiiki khasiat yang baik untuk seorang perempuan yang baru saja melahirkan dan mengeluarkan darah yang banyak.

§  Sosok pilihan yang Allah swt muliakan di dunia ataupun akhirat, tak akan lahir kecuali dari perempuan shalihah, taat dan menjaga kesucian dirinya.

§  Belajar dari Istri Imran bahwa ketika seorang Ibu bernazar untuk anaknya karena dorongan keimanan dan visi yang besar tuk Islam, maka pasti Allah akan berikan jalan kemudahan.

 

Wallahu a’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar