Di sebuah negeri bernama Saba’, yang sekarang termasuk wilayah selatan Jazirah Arab, yakni Yaman terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Bilqis. Ketika itu Nabi Sulaiman telah diutus dan merupakan seorang raja di wilayah Palestina. Suatu ketika saat Nabi Sulaiman akan melakukan perjalanan dakwah bersama para pengikutnya dari berbagai kalangan, jin, manusia, bahkan berbagai jenis binatang. Maka beliau pun mengabsen mereka satu persatu. Ketika para pengikutnya itu telah berkumpul, segerombolan semut pun takut jika terinjak, dan ratu semut pun mengomandokan para kelompoknya untuk berlindung di dalam sarang. Nabi Sulaiman pun tersenyum mendengar percakapan mereka karena Allah swt karuniakan memahami bahasa binatang.
Namun ada seekor hewan yang belum ada yaitu burung hud- hud. Nabi Sulaiman pun marah dan berniat akan memberi hukuman yang berat kepadanya jika ia tidak kunjung datang. Namun tak lama dari itu hud- hud datang dengan membawa sebuah berita penting, bahwa di sebuah negeri yang bernama Saba’ terdapat seorang ratu yang memiliki kekuasaan yang besar, makmur, dan kuat namun ia dan rakyatnya bersujud kepada matahari. Maka Nabi Sulaiman pun termotivasi dengan laporan hud- hud itu, lantaran masih ada negeri yang ternyata belum mendengar dakwahnya.
Nabi Sulaiman mengutus hud- hud dengan sebuah surat yang berisi seruan kepada sang ratu untuk menyembah Allah saw dan tidak sombong akan kekuasaannya. Hud- hud yang merupakan burung yang hidupnya selalu berimigrasi dari suatu tempat ke tempat lain ini memiliki kecepatan terbang yang sangat tinggi, sehingga untuk menempuh jarak 1500 kilo meter yakni dari Yaman ke Palestina ia hanya membutuhkan waktu yang singkat. Di zaman itu hud- hud adalah burung yang memang digunakan untuk mengirim pesan- pesan penting kepada orang lain yang berada di tempat jauh.
Maka berangktlah hud- hud menembus awan, udara dan jarak yang begitu jauh yang belum lama ia lewati, dari negeri Palestin menuju negeri Yaman. Surat tersebut ia jatuhkan ke pangkuan Bilqis yang saat itu sedang melakukan perundingan dengan para pembesar kerajaan. Bilqis pun terkejut ketika membaca surat tersebut, yang Allah saw abadikan di dalam surat an-Naml ayat 30-31:
“Sungguh surat itu berasal dari Sulaiman, yang diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim (dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang), janganlah engkau (bilqis) tinggi hati terhadapku, dan datanglah engkau dalam keadaan berserah diri”
Menurut Ulama Nabi Sulaiman adalah orang pertama yang menuliskan surat dengan memulai dengan Basmallah, dan dengan adanya lafadz basmallah yang ada di surat An-Naml ini menjadikan jumlah basmallah yang ada di dalam Al-Quran genap 114 sesuai jumlah surat, meskipun tidak ada di dalam surat at-Taubah.
Karena Bilqis adalah seorang perempuan yang cerdas, cerdik dan bijaksana, maka ketika membaca surat tersebut ia tidak langsung naik pitam atau memutuskan untuk melawan kerajaan Sulaiman. Akan tetapi ia meminta pendapat para pembesarnya terkait bagaimana respon yang harus ia berikan. Maka para pembesar itu mengatakan:
“Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmua, maka pertimbangkanlah apa yang engkau perintahkan” (QS. An- Naml: 33)
Mendengar pendapat para pembesar tersebut, Bilqis tetap tidak gegabah, memiliki cara pandang yang bijak dengan mengatakan suatu pendapat yang kemudian Allah swt benarkan di dalam al Quran:
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina” dan (Allah berfirman) demikian pulalah yang akan mereka perbuat” (QS. An-Naml: 34)
Maka, Bilqis pun memutuskan perintah yang berbeda dengan pendapat mereka, yakni mengirimkan hadiah terbaik yang mereka miliki kepada Nabi Sulaiman. Dengan hadiah tersebut Bilqis dapat menilai bagaimana kualitas sang raja. Jika ia menerima, suka dan silau maka hal itu menunjukkan bahwa kerajaannya lemah, sehingga mereka bisa diserang, namun jika ditolak maka menunjukkan bahwa rajanya bukanlah sosok biasa, dan ia akan tunduk terhadapnya.
Maka dikirimlah sejumlah hadiah yang sangat berharga oleh para utusannya. Hadiah tersebut berupa emas, perak, berlian, zamrut, juga hasil- hasil pertanian. Maka, hud- hud yang sejak tadi masih mengawasi perundingan sang ratu dengan para pembesarnya pun segera terbang kembali menembus ribuan kilometer, untuk segera melapor kepada Nabi Sulaiman.
Setelah mendapat laporan, beliau pun mengutus para pengikutnya untuk membuat istana yang sangat megah dan indah, yang akan membuat utusan tersebut merasa apa yang dibawanya tidak berharga. Maka ketika datang utusan itu pun kembali dengan membawa semua hadiahnya dan malapor kepada ratunya bahwa kerajaan Sulaiaman tidak pantas untuk dilawan dan menyarankan untuk menyerah saja. Ketika berita kedatangan Bilqis terdengar, maka Nabi Sulaiman mengumpulkan semua pengikutnya dan bertanya kepada mereka siapa yang bisa mendatangkan siggasana Bilqis dalam waktu cepat. Maka seorang jin ifrit pun menjawab tantangan tersebut, namun pada akhrinya yang mendatangkana adalanya seorang alim dimana ia bisa mendatangkan singgasana Bilqis sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan mata. Singgasana itu pun dirubah sedikit untuk mengecohnya.
Ketika Bilqis tiba di istananya, ia mengangkat pakaiannya lantaran lantai istana tersebut dari kaca itu ia kira adalah air. Dari sana keyakinannya akan kekuatan Nabi Sulaiman semakin bulat, dan ia pun tunduk, beriman yang kemudian diikuti oleh semua rakyatnya. Maka ia pun mengatakan:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam" (QS. An- Naml: 44)
Setelah itu Nabi Sulaiman pun menikahi Bilqis dan sejak saat itu kerajaannya tunduk dibawah kerajaan Nabi Sulaiman yang berada di Baitul Maqdis, sehingga Allah abadikan kerajaan yang penduduknya telah beriman dan bertaqwa tersebut di dalam al-Qur’an:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا۟ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS. Saba: 15)
Pelajaran dari kisah ini:
1. Seorang pemimpin itu harus senantiasa memikirkan bagaimana rakyatnya terlindungi dari berbagai bahaya
2. Sebagai seorang muslim kita harus selalu berusaha untuk memberi peran dalam dakwah
3. Orang yang senantiasa menggunakan akalnya akan mudah untuk menerima kebenaran
4. Perempuan yg bijak & cerdas ketika ia memimpin akan mendengarkan para penasehatnya dan tidak gegebah dalam mengambil kepututan
5. Ketika suatu penduduk negeri beriman, bertaqwa & berkhidmat untuk Baitul Maqdis maka negeri tersebut Allah swt limpahkan keberkahan, berupa kemakmuran
Wallahu a'lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar