Ketika rasa itu datang menghampiri kau tahu banyak hal yang bisa kau lakukan. Tak ada penghalang untuk kau perbuat karena semua itu pilihan. Bagaimana perasaan itu kau kelola, kau arahkan, dan kau utarakan.
Tapi sungguh sang pemilik hatimu dan hatinya sudah mengatur semua saat rasa itu sudah tiba dan membuat hati gundah gulana. Tak tenang, gelisah dan resah. Dialah yang menciptakan hati beserta perasaan saling suka. Dan inilah naluri yang Allah ciptakan bagi manusia. Naluri saling mencintai dan menyayangi. Sayang dan cinta pada orang tua, saudara, atau lawan jenis, atau naluri ingin melestarikan keturunan.
Tak salah. Bukan dosa. Bukan juga sebuah kelainan. Semua itu wajar dan manusiawi. Tapi tak yakinkah kita jika Dia telah punya cara untuk mengutarakan rasa itu ? Sebagaimana saat kita ingin mengadu dan menangis dalam sujud. Bukankah itu adalah cara untuk memenuhi naluri beragama kita? Mengagungkan Sang Pencipta yang hanya kepada-Nya tempat bergantung.
Maka, dalam memenuhi naluri ini pun ada caranya. Cara yang Allah ajarkan dan wajib kita yakini dan amalkan. Yaitu menikah. Tidak ada jalan lain. Lalu bagaimana jika belum mampu? Karena merasa ilmu yang belum mencukupi, atau belum bisa memberi nafkah.
Banyak cara yang bisa ditempuh. Yang jelas bukan dengan mengumbar rasa kepada sosok yang belum halal. Mencoba mencari tahu tentang dirinya, browsing akun media sosial nya, atau mencari-cari celah untuk menghubunginya. Apalagi berani mengungkapan rasa itu dan mengajak ke jalan yang salah. Bertemu kemudian berkhalwat. Sungguh bisikkan setanlah yang saat itu sedang menguasai akalnya. Sehingga tanpa sadar langkahnya pun mengikuti hawa nafsu.
Jalan berikutnya adalah mempersiapkan. Dan ini jalan yang lebih baik, jika rasa itu sudah sangat sulit untuk dialihkan. Jika merasa belum siap, maka tak ada langkah lain selain mempersiapkan. Membaca buku dan membekali diri dengan kajian-kajian yang memperkaya pengetahuan kita terkait pernikahan. Dan tak hanya berhenti disana. Karena amanah yang besar pun juga akan kita pikul, yaitu sebagai pengatur rumah tangga dan ibu para generasi masa depan islam. Ilmu dalam mendidik pun juga perlu dipelajari sejak saat ini. Merancang visi besar untuk generasi mulia pejuang Islam pun perkara penting yang perlu difikirkan.
Dan yang terakhir, mengalihkan dengan aktivitas positif. Rasulullah bersabda : "Wahai para pemuda! Barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka hendaklah segera menikah, karena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan.
Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya ia bisa menjadi penawar nafsu."
Jelaslah bahwasannya Rasulullah pun memiliki tuntunan dalam perkara ini. Jika memang belum siap memilih jalan yang halal, maka dengan berpuasa seseorang akan dekat dengan Rabb-Nya. Ketika dekat, seharusnya dia akan meninggalkan segala maksiat, dan berlomba-lomba beramal, salah satunya menuntut ilmu untuk memantaskan dan mempersiapkan diri. Suatu saat jika Allah memang telah mengizinkan, maka mudah bagi-Nya untuk memberi jalan kepada siapapun yang Ia cintai. Maka menggapai cinta Allah adalah yang paling utama dan pertama.
Wahai pemuda, ikhlaskan siapapun itu karena Allah, pantaskan dirimu di hadapan pemilik hati dan kehidupan juga karena Allah, lalu jemputlah ia dengan jalan yang halal yang telah ditetapkan Allah.
Cairo, 13 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar