Sadarkah kita mengapa di dalam Al-Quran istri Imran disebut dengan kata Imraah bukan zaujah? Hal itu dikarenakan terdapat sesuatu yang kurang sempurna antara hubungan keduanya, yakni belum adanya buah hati yang Allah swt karuniakan bagi mereka.
Di dalam bahasa arab, apabila hubungan suami
istri kurang baik -seperti hubungan Nabi
Luth, Nabi Nuh, Firaun dengan istri mereka- maka penyebutan istri menggunakan kata
imraah, bukan zaujah. Namun penyebutan imratu Imran di
dalam Al Quran bukan karena hubungan mereka berdua buruk, -bahkan mereka
adalah orang yang sangat baik, dan shalih,- namun karena Allah swt menguji
mereka dengan belum diberikannya keturunan yang dengan adanya keturunan tersebut
maka hubungan mereka bisa semakin sempurna.
Akan tetapi istri Imran itu tidak
pernah sekalipun putus asa dam berprasangka buruk akan rahmat dari-Nya
sekalipun ia telah menginjak usia yang semakin tua. Setelah berpuluh tahun
berdoa, Allah swt pun mengabulkan doanya. Ketika ia hamil, ia bernadzar bahwa kelak
anaknya akan menjadi orang yang terbebas dari dunia, dimana ia akan benar-
benar menjadi pelayan, pemimpin, dan pengurus Baitul Maqdis juga orang- orang
yang beribadah disana. Di dalam Al Quran nadzar tersebut Allah swt abadikan
dengan frimannya:
إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ
إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang
terbebas (saleh dan berkhidmat di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar)
itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui". (QS. Ali Imran: 35)
Setelah melahirkan, istri Imran berdoa
kepada-Nya agar anaknya serta keturunannya kelak terlindung dari syaithan yang
terkutuk, sebagaimana Allah swt sebutkan di al-Quran.
Dengan nadzarnya tersebut ia berharap
mendapatkan anak laki- laki, namun ternyata Allah swt mengkaruniakannya anak
perempuan. Walau begitu Allah swt tetap menerima nadzar yang telah ia ucapkan.
Tak lama dari itu ayahnya wafat, sehingga para rahib Yahudi ketika itu berebut
untuk merawat dan menanggungnya, maka mereka pun melakukan undian. Setelah
diundi nama yang keluar adalah Nabi Zakariya, yang masih ada hubungan
kekerabatan dengan Maryam.
Nabi Zakariya pun berusaha merealisasasikan
nadzar ibunya agar anaknya menjadi sosok yang dapat berkhidmat kepada Baitul
Maqdis, sehingga beliau membuatkan mihrab khusus untuknya agar bisa lebih
terjaga dan leluasa beribadah di dalam Baitul Maqdis. Di tempat itulah, Maryam
sholat dan membaca kitab taurat tanpa lelah, sehingga ia mendapat julukan orang
yang taat sebagaimana di dalam surat At-Tahrim ayat 12: Wa kanat minal
qanitin (dan ia termasuk orang yang taat).
Para ulama pun juga menjulukiya sebagai Al-
Batul yaitu gadis perawan. Karena ketaatannya kepada Allah, maka setiap
kali Zakariya masuk ke mihrab untuk memastikan keadaannya, beliau melihat terdapat
makanan yang berlimpah yang sangat- sangat mencukupi kebutuhannya. Zakariya pun
bertanya dari mana sumber makanan itu. Maka Maryam pun menajwab: "Makanan
itu dari sisi Allah" (QS. Ali Imran: 37)
Maryam pun tumbuh dengan bimbingan yang
baik, dan terjaga dalam pengasuhan Nabi Zakariya. Hingga dewasa Maryam terus
berada di tempat itu untuk terus beribadah, sampai datanglah suatu ujian
kepadanya. Allah swt mengutus seorang malaikat dalam bentuk pria yang sangat
sempurna, dan tampan, sehingga Maryam pun sangat terkejut dan mengatakan
kepadanya:
“Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah
yang Maha Pengasih jika kamu adalah orang bertaqwa..” (QS. Maryam: 18)
Malaikat tersebut mengabarkan bahwa Allah
swt akan meniupkan ruh ke dalam rahimnya seorang anak yang bernama Isa, dan
Maryam pun mengelak dan mengatakan: “Bagaimana (mungkin) aku
mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada seorang (laki-laki) pun yang
menyentuhku dan aku bukan seorang pelacur?” (QS. Maryam: 20)
Maka malaikat pun menjawab: “Demikianlah.”
Tuhanmu berfirman, “Hal itu sangat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya
sebagai tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan rahmat dari Kami. Hal itu adalah
suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” (QS. Maryam: 21)
Maka Maryam pun mengandung dan mulai
merasakan gejala- gejala kehamilan. Ia pun menjauh dari kaumnya menuju arah
Timur untuk merawat dirinya dan kandungannya, juga dalam rangka menjaga nama
baik keluargnya dari gunjingan kaumnya. Maka Maryam seorang diri terus sabar,
dan bertahan dari rasa takut dan khawatirnya semata- mata karena ketaatan dia
kepada Rabb-Nya, hingga ketika rasa sakit kontraksi telah datang dan ia hanya
seorang diri, ia pun berkata: “Oh,
seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan
dilupakan (selama-lamanya).” (QS. Maryam: 23)
Menurut para ulama, kalimat ini bukan dia
ucapkan lantaran karena menyerah, protes dan tidak terima akan ujian dari-Nya, namun
hal itu karena ia khawatir orang lain akan banyak yang berdosa disebabkan karenanya,
mulai dari munculnya prasangka buruk, menggunjing, ghibah juga fitnah. Maka
dari itu terdapat ulama yang berpendapat bahwa ungkapannya itu menunjukkan
ketidaktotalan akan kepasrahannya kepada Allah swt, sehingga Allah swt pun
mengujinya dengan rezeki yang dia dapatkan harus dengan usaha, tidak seperti
saat ia berada di Baitul Maqdis, dimana Allah swt mendatangkan rezeki yang
melimpah tanpa adanya usaha, karena ia memiliki kepasrahan yang bulat dan total
kepada-Nya, kepasrahan akan dirinya juga untuk orang lain.
Hal itu sebagaimana yang Allah swt perintahkan
-sedangkan ia masih dalam kondisi berdarah- karena baru saja melahirkan, Allah
swt sebutkan di dalam surat Maryam: “Goyanglah pangkal pohon
kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak
kepadamu” (QS. Maryam: 25)
Maka setelah ia pulih dan bersih,
digendonglah bayi Isa kembali kepada kaumnya dengan kepasarhan kepada-Nya. Maka
mulailah Maryam digunjing dan ditanya kenapa dia bisa memiliki anak padahal ibu,
ayah dan keluargnya adalah orang- orang yang shalih. Maka atas perintah Allah
swt Maryam pun mengatakan dengan isyarat bahwa ia bernadzar untuk tidak
berbicara, dan memerintahkannya untuk menunjuk kepada bayi Isa, yang atas
izin-Nya Isa bisa menjawab dan membela ibunya bahwa ia adalah utusan-Nya yang
memang ruhnya ditiupkan di dalam rahim ibunya yang suci. Maka diantara kaumnya
ada yang membenarkan, namun ada juga yang mendustkannya. Dan pada saat itu bani
Israil dalam kondisi yang sangat rusak dan membangkang.
Maka Isa pun dididik dengan keimanan dan
tauhid yang paripurna oleh Maryam, sehingga ia bisa menghafal dan memahami
kitab taurat, dan ketika ia sudah dewasa pun Allah swt memberi wahyu dan
menurunkan kitab Injil kepadanya. Maryam terus membimbing dan mendampingi Isa
untuk terus berdakwah walaupun menghadapi berbagai ujian yang sangat berat.
Bahkan ketika itu para Nabi pun dikejar- kejar oleh bani Israil untuk dibunuh,
termasuk di antaranya adalah Nabi Yahya dan Nabi Zakariya yang masih memiliki
hubungan kerabat dengan Nabi Isa.
Pelajaran berharga yang bisa kita ambil
dari kisah ini adalah:
§
Allah swt memerintahkan kita untuk
berikhtiar mencari karunia-Nya, namun rezeki tetaplah di tangan Allah swt, dan
tidak ada kaitannya dengan ikhtiar kita.
§
Ketika kepasrahan kita kepada-Nya semakin
kuat, sungguh pertolongan-Nya akan semakin dekat.
§
Allah swt sering menguji hambanya pada perkara
yang dijunjung tinggi oleh hatinya. Sebagaimana Nabi Ibrahim diuji keluarganya
karena ia sangat menjunjung tinggi cinta terhadap keluarga, Nabi Muhammad diuji
ketika ia mendapatkan gelar al-amin namun ketika beliau diutus beliau dikatakan
gila, penyihir dan lain-lain oleh kaumnya, juga Maryam seorang perempuan yang
suci yang terus beibadah kepada-Nya, yang sangat menjunjung tinggi kesucian,
maka Allah swt pun mengujinya dalam hal tersebut.
§
Terkadang kita sudah berserah kepada Allah
swt untuk urusan kita, namun kita sering lupa untuk berserah kepada Allah swt
akan sikap manusia terhadap kita.
§
Allah swt pasti akan menjamin orang yang
berkhidmat pada rumah-Nya dan menolong agama-Nya.
§
Allah memberi perintah yang memang sesuai
yang dibutuhkan hambanya, yakni ketika Maryam diminta untuk mengguncangkan
pohon kurma, agar memakan kurma muda (ruthab), ternyata secara
kesehatan, ruthab memang memiiki khasiat yang baik untuk seorang perempuan
yang baru saja melahirkan dan mengeluarkan darah yang banyak.
§
Sosok pilihan yang Allah swt muliakan di
dunia ataupun akhirat, tak akan lahir kecuali dari perempuan shalihah, taat dan
menjaga kesucian dirinya.
§
Belajar dari Istri Imran bahwa ketika seorang Ibu bernazar untuk
anaknya karena dorongan keimanan dan visi yang besar tuk Islam, maka pasti Allah
akan berikan jalan kemudahan.
Wallahu a’lam bish showab