Pages

Rabu, 13 Maret 2024

#FreePalestine itu Bukan Dengan (Part 12)

 #FreePalestine bukan dengan solusi dua negara, karena nyatanya Israel tidak sama sekali mengingkan kecuali merampas setiap jengkalnya. Two state adalah solusi ilusi AS tuk pertahankan penjajahan atas kekayaan negerinya serta mencegah kebangkitan umatnya. Solusi yang hakiki tak lain dengan menumbangkan sistem yang menjadikan entitas Yahudi berdiri dan mengembalikan bumi suci itu ke tangan kaum muslimin dengan tegaknya sistem Islam, sebagaimana dulunya.

                Cukup dengan mempelajari sejarah mengapa Israel begitu ambisius menjajah bumi palestina. Cukup melihat sejarah, maka kita tahu siapa penjajah yang sebenarnya dan pantas tuk dihancurkan serta dilenyapkan, dan siapa yang memang sedang terjajah sehingga harus dibela dan diperjuangkan.

                Runtuhnya Khilafah, perjanjian skykes picot, dan Palestina adalah tiga hal yang tidak dipisahkan. Kita tahu bahwa bumi Palestina yang suci itu terjaga sejak zaman Umar bin Khattab ketika berhasil menaklukkannya, tanpa ada pertumpahan darah sedikit pun. Kita tahu bahwa Shalahuddin Al- Ayyubi yang berhasil merebut kembali Palestina yang penuh keberkahan itu dari tentara salib yang telah menodainya. Kita tahu bagaimana Sulthan Abdul Hamid II yang tidak mau memberikan atau pun menjual sejengkal tanah Palestina kepada Theodor Herzl untuk merealisasikan mimpinya membangun sebuah negara, walau dengan berjuta- juta uang yang bisa membantu pelunasan hutang negara. Maka kita tahu bahwa keinginan orang- orang Yahudi itu mustahil akan terwujud selama Khilafah masih mengibarkan bendera tauhidnya. Dari situlah mereka sadar jalan seperti apa yang harus ditempuh tuk mewujudkan cita- citanya.

                Berbagai usaha dilakukan. Dukungan dan berbagai bantuan negara- negara Eropa, terutama Britania terus berdatangan. Berbagai strategi licik, tersembunyi, dan begitu rahasia terus dilakukan. Tujuan mereka sama walaupun ada kepentingan yang berbeda, yaitu menumbangkan Khilafah Islamiyah. Daulah yang akan menjaga tanah dan jiwa seluruh warga negaranya. Daulah yang akan terus menghalangi ketamakan dan ambisi mereka akan kekuasaan serta kekayaan. Pengorbanan harta bahkan orang- orang yang mereka cinta pun dilakukan, demi mewujudkan sebuah mimpi besar. Berdirinya negara Israel.

                Singkat cerita setelah lebih dari satu abad usaha mereka tuk bisa melenyapkan kepemimpinan Islam yang menjadi penghalang pun semakin dekat dengan keberhasilan. Para antek terus disebar dan didudukkan di kursi kepemimpinan, generasi dirusak, dan peraturan dirubah untuk semakin loyal dengan kekufuran serta kebebasan.

                3 Maret 1924 menjadi momen yang paling menyedihkan bagi seluruh kaum muslimin. Musibah terbesar yang membuat kaum muslimin semakin mudah tuk terjajah dan ditindas oleh mereka yang menuhankan kebebasan. Kemauan Israel pun diberikan, dengan dibuatnya sebuah perjanjian yang menjadi titik kedua kesengsaran bagi umat Islam setelah runtuhnya Khilafah. Tanah suci yang ketiga pun ternodai. Darah banyak yang tertumpah. Ibadah tak lagi leluasa dan mudah. Penagngkapan, pengusiran dan penyiksaan adalah perkara yang biasa.

Perjanjian yang menjadikan berbagai wilayah kaum muslimin dibagi- bagi oleh para penjajah pun memuluskan harapan orang- orang Yahudi itu. Berbagai konflik dan perlawanan pun pecah, sehingga pada tahun 1947 PBB memberikan solusi konyol dengan alasan tuk mengakhiri konflik yang terjadi antara Israel dengan kaum muslimin dengan mencetuskan Resolusi 181. Resolusi ini memberikan sejumlah wilayah kepada Israel yang mencakup pesisir sekitar Tel Aviv, daerah di sekitar Danau Galilea dan daerah di Gurun Negev. Dengan resolusi ini jelaslah ketika itu pihak Yahudi mendapat sekitar 55% dari area total tanah sementara pihak kaum Muslimin mendapatkan 45% nya.

Namun jelas ketamakan orang Israel adalah perkara yang tidak perlu diragukan. Nyatanya mereka bukan menginginkan separuh, atau sebagian dari wilayah Palestina. Sehingga kita melihat sampai saat ini semakin banyak wilayah yang mereka duduki dan penduduk asli mereka diusir dengan penuh penghinaan.

Jelas berbeda ketika di masa Sulthan Abdul Hamid II. Jangankan setengah atau sepertiga wilayah Palestina, sejengkal bahkan segenggam tanahnya pun jika mereka minta tuk mendirikan negara maka tak akan diberikan sekalipun ditukar dengan sejumlah uang yang besar. Sedangkan hari ini, ketika penguasa dunia adalah AS, maka ia dengan mudah memainkan berbagi Lembaga Internasional seperti PBB, tuk mengambil dan menguasai apapun yang mereka ambisikan.

Maka, jika kita menyerukan solusi dua negara, maka itu adalah solusi semu, dan jelas bertentangan dengan tuntutan dan ajaran Islam itu sendiri. Jika solusi itu yang kita inginkan, maka sama saja kita mendukung penjajahan dan mendukung solusi Barat yang pada dasarnya punya kepentingan tuk mempertahankan adanya Israel di bumi Palestina. Sebuah kedangkalan berfikir jika kaum muslimin meneriakkan solusi itu, sedangkan Israel sendiri tidak berharap hal itu. 

Sehingga kita tahu bahwa solusi yang hakiki untuk Palestina tidak lain dan tidak bukan adalah mengembalikan kepemilikan tanah tersebut kepada kaum Muslimin, sebagaimana Islam telah mentapkan bahwa tanah Palestina adalah tanah kharijiyah sejak ditaklukkannya. Dan status tersebut tidak akan berganti hingga hari kiamat. Semua itu tak akan terwujud kecuali dengan adanya kepemimpinan Islam yang akan menerapkan hukum-Nya secara sempurna, termasuk dalam pengaturan kepemilikan tanah.

Adapun jika tanah tersebut sudah di bawah kekuasaan Islam, maka orang yang beragama apapun juga berhak hidup di atasnya, selama mereka tunduk, menjadi warga negara Daulah, serta membayar jizyah bagi laki- laki yang mampu. Islam akan menjaga seluruh jengkal tanah tersebut, karena yang menjadi masalah bukan sedikit atau banyaknya, kecil atau luasnya tanah yang dikuasai, akan tetapi adanya negara selain Islam sehingga menjadikan status tanah tersebut seolah tidak lagi milik kaum muslimin, yang menjadikan kondisi kaum muslimin seperti hari ini. Maka ketika membiarkan tanah tersebut tetap di tangan mereka, sama saja kita menjual darah yang sudah dikorbankan dalam penjagaannya yang telah berlalu belasan abad lamanya. Benarkah kita rela?

#FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar