Pages

Sabtu, 23 Maret 2024

Asiyah, Istri Shalihah disisi Tiran

           Asiyah adalah seorang perempuan dari keluarga yang beriman kepada risalah nabi sebelum Nabi Musa. Ketika itu raja Mesir yang diberi julukan Firaun sangat terpukul karena meninggalnya sang istri yang sangat dicintainya. Maka ia pun mencari perempuan lain untuk dinikahinya. Atas saran para petingginya, ia pun ingin menikahi Asiyah karena ia dikenal sebagai perempuan yang cerdas, baik, dan memiliki budi bekerti. Firaun pun mengutus para petingginya untuk mendatangi keluarganya untuk menyampaikan maksud tersebut. Namun keluarga Asiyah tidak setuju lantaran mereka mengetahui bagaimana kezaliman dan keangkuhan Firaun yang bahkan mengaku dirinya sebagi tuhan.

Karena menolak permintaan tersebut, Firaun pun menyiksa ayah, ibu dan keluarganya dengan siksaan yang sangat kejam, selama mereka tidak mau memberikan putrinya untuk dinikahi. Maka Asiyah pun memutuskan untuk mau menikah dengannya dengan niat dan tekad ia akan berusaha mencegah kezaliman yang dia lakukan kepada rakyatnya selama ia berada disisi Firaun. Allah swt pun menjaga kesuciannya sehingga ia tak pernah sekalipun digauli oleh Firaun, karena setiap malam Allah swt menyerupakan setan dengan diri Asiyah sehingga Firaun mengiranya ia adalah istrinya.

Suatu ketika Firaun bermimpi bahwa kerajaannya dihancurkan oleh seorang keturunan Bani Israil. Maka ia pun memerintahkan para tentaranya untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir pada tahun itu. Sedangkan tahun itu adalah tahun kelahiran Nabi Musa as.  Atas pertolongan Allah swt pun ibu Musa mendapatkan wahyu agar meletakkan bayinya di dalam sebuah peti dan menghanyutkannya di sungai nil. Walaupun dengan perasaan sedih dan takut, ibu Musa pun melakukan perintah Allah swt tersebut dengan penuh keyakinan, dan kepasrahan kepada-Nya. Sang ibu meminta kakak perempuan Musa untuk mengikuti peti tersebut, agar dapat diketahui ke arah mana peti itu berjalan. Setelah diketahui bahwa peti tersebut berhenti di bagian sungai yang merupakan taman di belakang istana Firaun, maka sang kakak pun melapor kepada sang ibu. Atas kehendak-Nya, kala itu Asiyah sedang berada di sungai tersebut bersama para budak wanita dan ia pun mengambil peti tersebut, kemudian terkejut karena melihat bayi di dalamnya. Ia pun merayu dan membujuk Firaun agar tidak membunuh bayi tersebut, terlebih Asiyah memang tidak memiliki anak, karena ia memang belum pernah tersentuh. Ia pun membujuk Firaun dengan perkataan yang Allah swt abadikan:

“(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak'”, sedang mereka tiada menyadari” (QS. Al- Qashas: 4)

            Atas bujukan, rayuan dan welas asih Asiyah pun ia berhasil meluluhkan hati Firaun dan bayi Musa pun terselamatkan. Maka janji Allah swt pun telah terwujudkan. Sang kakak pun diutus ibu Musa untuk memastikan bagaimana perlakuan yang diberikan kepada bayinya, karena kekhawatiran ibu Musa semakin besar lantaran bayinya seolah sudah ada di mulut harimau. Maka Allah swt pun menetapkan Musa untuk tidak mau menyusu kepada siapapun, sedangkan ia terus menangis lantaran kelaparan, padahal Asiyah telah menyediakan para penyusu. Maka sang kakak pun dengan berani menawarkan Asiyah seorang perempuan yang baik dan pasti dapat menyusui Musa, yang tak lain adalah ibunya sendiri. Maka ibu Musa pun dipanggil ke istana, dan disana ia bisa bertemu, memeluk dan menyusui anaknya dengan jaminan keamanan dari Asiyah karena Firaun tidak akan membunuhnya. Disinilah Musa tumbuh dengan susuan dari ibu kandungnya dan didikan perempuan cerdas yaitu Asiyah. Kisah ini sebagaimana yang Allah swt sebutkan di dalam Surat Al- Qasas ayat 2- 13.

            Suatu ketika Musa menarik jenggot Firaun sehingga ia kesakitan dan merasa curiga bahwa kelak Musa adalah sosok yang akan menghancurkan kerajaannya. Namun Asiyah berusaha menenangkan, membujuknya dan meyakinkannya, bahwa tidak akan terjadi apa- apa, dan itu hanyalah tingkah anak kecil yang mengajak bermain. Namun karena ketakutannya yang begitu besar, Firaun pun ingin menguji Musa kecil itu dengan diberi dua benda, yaitu sebongkah emas dan bara api. Ia berfikir jika si kecil Musa mengambil emas maka artinya anak tersebut harus diperhitungkan dan membahayakan. Maka Musa kecil pun mengambil bara api itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya, sehingga kekhawatiran Firaun pun berkurang dan menjadi lebih tenang. Oleh karena itu para ulama mengatakan, kejadian itu adalah skenario Allah swt sebagai bentuk perlindungan-Nya kepadanya meskipun Musa mengalami luka di lidahnya sehingga membuat bicaranya kurang sempurna.

            Ketika tumbuh dewasa Musa pun diutus menjadi Nabi bersama Harun, yang merupakan kakak laki-lakinya (dimana ia tidak terbunuh karena ia lahir beberapa tahun sebelum tahun kelahiran Musa). Dari sana banyak dari bani Israil yang beriman kepadanya termasuk Asiyah dan Masyithoh sang penyisir anak Firaun dari istri lain selain Asiyah. Singkat cerita karena Firaun telah mengetahui bahwa Masyithoh dan keluarganya telah beriman kepada Musa maka merekapun semua dibunuh dengan cara dibakar di dalam sebuah tungku besar yang didalamnya berkobar bara api. Ketika Masyithoh disiksa tersebut, Asiyah berusaha membujuk Firaun agar tidak membunuhnya, maka ia pun dicurigai bahwa ia juga menjadi pengikut Musa. Sehingga, pada akhirnya Asiyah pun juga disiksa dan dibunuh karena tetap berpegang teguh dengan ajaran Musa dengan cara pembunuhan yang begitu tragis.

            Sebelum ia dibunuh ia berdoa dengan sebuah do’a yang Allah swt abadikan di dalam Surat At-Tahrim ayat 11:

رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu rumah dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”

     Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini diantara lain adalah:

1.    Seorang ibu pasti akan sangat berat untuk berpisah dengan anaknya terlebih lagi jika masih bayi, namun karena keyakinan dan kepasrahannya kepada-Nya semata- mata karena perintah-Nya maka ia pun mengobarkan perasaannya.

2.    Pertolongan dan janji Allah swt pasti terjadi sekalipun pada perkara yang nampak mustahil.

3.    Jika bukan karena keberanian dan niat serta tekad Asiyah untuk menjadi Firaun, maka bayi Musa mungkin tidak akan selamat dari pembunuhan di masa itu.

4.    Istri memiliki peran yang begitu besar di sisi suami, bahkan sekalipun sang suami adalah orang yang sangat kejam, bahkan pengingkar Allah swt.

5.    Bisikan, bujukan, dan rayuan seorang istri memiliki pengaruh bagi suaminya, baik itu dalam hal baik maupun buruk. Maka seorang muslimah seharusnya menjadikan hal itu untuk wasilah menyampaikan kebenaran dan mengokohkan perjuangan.

6.    Semakin besar keimanan seorang hamba, maka ujiannya pun akan semakin besar.

7.    Kemuliaan dan kedudukan apapun yang Allah swt berikan kepada kita, pastikan hal itu untuk membela dan melindungi kebenaran, mendukung dakwah serta para pengembannya.

8.    Doa Asiyah yang Allah swt sebutkan di dalam Al-Quran menunjukkan bahwa permintaan untuk dibangunkan rumah atau istana tetaplah tidak sempurna jika tidak berada di sisi-Nya. Maka dalam pepatah orang Arab dikatakan “pilihlah tetangga sebelum memilih rumah”

Wallahu a’lam bish showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar