Banyak alasan dan motivasi yang membuat kita masih terus bertahan dalam langkah kehidupan. Seberat apapun tantangan, setinggi apapun cobaan, dan sederas apapun air mata. Semua orang pasti maunya bahagia. Terlepas bagaimana bentuk kebahagian itu. Dan tak bisa dipungkiri semua tetap lah ingin menapaki perjalanan hidup dengan senyuman dan kenikmatan. Rasa nyaman dan tenang.
Semua itu kan diraih kecuali berawal dari kesadaran untuk apa ia hidup, dan apa yang ia ingin raih. Tujuan itulah yang akan mengantarkan pada kepercayaan dalam melangkah.
"Sesungguhnya perbuatan itu dilihat dari niatnya". Sebagai Muslim yang beriman kepada Rasul-Nya tentu kita harus mengamalkan hadits yang merupakan perkataan Baginda yang mulia.
Dan syarat diterimanya amal di sisi Allah adalah niat yang benar karena Allah, dan cara yang sesuai dengan syariat Allah. Tak hanya dalam sujud dan ruku' di lima waktu setiap harinya. Bukan pula hanya dalam menjalankan rukun islam yang lima.
Beruntunglah bagi yang telah menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang patut disembah dan ditakutkan. Karena ia tak kan menyia-nyiakan amalan, sekecil apa pun. "Dan barangsiapa melakuan perbuatan (baik) seberat biji zarrah pun, maka ia akan melihat balasannya"
Sungguh sayang amat sayang, jika sudah sejauh ini kaki melangkah, sudah banyak tangan ini terulur untuk sedekah, pengorbanan ini untuk dakwah, perjuangan dalam menuntut ilmu hingga berpeluh atau bahkan berdarah, namun dua syarat utama tak ada.
Jikalau caranya sudah sesuai tuntunan, tapi hati ini jauh lebih sering terbesit dengan niat-niat yang salah. Yang mampu menggugurkan segala pahala yang diharapkan. Yang dapat menghapuskan segala kebaikan. Yang sewaktu-waktu juga mendatangkan kekecewaan. Dan tanpa sadar mengundang penyesalan.
Sungguh niat lillahi ta'ala itu tak gampang. Bukanlah Dia selalu mengawasi kita?
Bukannya kita Dia lebih dekat dari urat leher kita?
Benahi niat. Luruskan apa yang menjadi syarat utama semua amalan diterima dan yang kelak mejadi bekal di hari penggiringan.
Jangan sampai kita belajar karena demi kedudukan di dunia. Atau harta banyak yang diimpikan. Jangan sampai sholat, puasa sunnah dan semua ibadah nafilah hanya untuk mencari pujian. Jangan pula kita langkahkan kaki dalam dakwah karena ingin dikenal diantara manusia karena merasa lebih hebat dan mulia di hadapan-Nya dengan perkataan dan tulisan yang mampu mengguncang.
Cukuplah Lillahi Ta'ala.