Terkadang kita perlu meneladani matahari dan bumi. Mereka tetap saling mencintai, dan memberi manfaat walaupun harus saling menjauh. Kita di perantauan ini bagaikan matahari. Dan orang-orang yang kita rindukan nun jauh disana adalah bumi.
Saat rindu menyesakkan dada. Saat air mata menggoreskan kenangan. Hanya Allah lah tempat mengadu dan menangis. Karena Dialah Dzat yang cinta kita harus menjadi nomor pertama kepada-Nya. Karena Dialah Rabb yang pandai membolak-balikkan hati hamba-nya.
"Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya" (QS. At-Taubah :24)
Mengingat nasehat Imam Syafi'i, bahwa perantauan lah yang membuat kita semakin kuat, taat, dan dekat dengan-Nya selama Al Quran menjadi pedoman.
"Sesungguhnya air yg tenang dan tidak mengalir akan membusuk dan mjd mati. Seekor singa di hutan hanya dpt menerkam mangsanya setelah ia keluar dr sarangnya. Anak panah tdk akan mengenai sasaran jika tdk dilepaskan" (Imam Syafi'i).
Merantaulah kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar