Pages

Sabtu, 20 April 2024

Atikah binti Zaid, Istri Para Syahid


            Zaid bin Nufail adalah paman Umar bin Khattab yang tergolong kaum hanifiyah, yakni yang tidak mau menyembah berhala selama hidupnya, dimana ia memegang ajaran Nabi Ibrahim, sehingga termasuk ahlu fatroh karena wafat sebelum Nabi Muhammad diutus.

            Atikah binti Zaid putra dari Zaid bin Nufail, memiliki saudara bernama Said bin Zaid yang menikah dengan adik perempuan Umar bin Khattab, yaitu Fathimah binti Khattab. Dimana melalui wasilah tangan merekalah, Umar pun luluh dan masuk Islam. Dari keluarga yang hanifiyah itulah, Atikah pun masuk Islam, yang kemudian dinikahi oleh Abdullah bin Abu Bakar. Pernikahan mereka sangat bahagia, namun karena begitu besar cinta dan terikatnya hati Abdullah kepada Atikah, ia pun menjadi sangat berat untuk meninggalkannya, bahkan untuk sholat berjamaah di masjid, juga pergi berjihad. Hal ini membuat Abu Bakar sangat marah, dan memerintahkan putranya itu untuk menceraikan Atikah, karena Atikah telah menjadikannya jauh dari ketaatan kepada Allah swt.

            Setelah bercerai kondisi Abdullah semakin buruk, dimana ia sering sakit- sakitan dan tubuhnya semakin kurus. Mengetahui itu, maka Atikah pun mencoba untuk membujuk Abu Bakar agat bisa rujuk, dan berjanji akan mendampinginya, terus mendorongnya untuk semakin taat kepada Allah dan memenuhi panggilannya. Maka Abu Bakar pun mengizinkan. Setelah mereka rujuk, maka Abdullah benar- benar berubah, ia menjadi jadi sosok lelaki sejati yang tidak lagi lemah untuk melakukan sholat di masjid, melakukan berbagai amal kebaikan juga berjihad, hingga akhirnya ia pun gugur sebagai syahid.

            Maka setelah masa iddah selesai, Atikah pun dinikahi oleh Umar bin Khattab, dan ia pun mendampingi Umar semasa kekhilafahannya. Karena Atikah sosok yang cerdas, maka Umar sering mengajaknya berdiskusi terkait permasalahan negara. Atikah memberi sejumlah masukkan yang luar biasa, sehingga Umar pun tercengang dan terheran. Maka Atikah pun meminta Umar untuk bertanya kepada istri Rasulullah bagaimana mereka dahulu juga memiliki peran besar ketika mendampingi masa kepemimpinan beliau.

Maka Umar pun bertanya kepada Ummu Salamah, yang ketika itu menjelaskan bagaimana peran beliau pada peristiwa Hudaibiyah. Dimana ia memberi masukan kepada Rasul disaat para sahabat sangat kecewa dengan keputusan Rasul dan perjanjian tersebut, hingga akhirnya para sahabat pun luluh dan patuh kepada baginda. Maka sejak itu Umar semakin yakin bahwa seorang istri bisa memiliki posisi yang penting dalam mendampingi kepemimpinan layaknya para istri Rasulullah, sehingga ia pun tidak ragu untuk mengajak Atikah berunding berbagai hal.

            Suatu ketika masa paceklik terjadi di Madinah, dimana kelaparan dan kekeringan tersebar. Karena itulah Umar pun hanya makan roti keras yang diolesi lemak murahan. Atikah pun berusaha tetap memahami kondisi, membesarkan hatinya, hidup sangat sederhana sebagaimana suaminya, juga tetap membujuknya agar memperhatikan kesehatannya. Bahkan ia meminta tolong Hafshah untuk menjadi penyambung lidahnya, sekalipun Umar tetap seperti itu setelah ia mendapat jawaban dari Hafshah mengenai kondisi Rasulullah yang juga sama ketika dahulu beliau masih mempimpin.

            Atikah juga mendampingi Umar hingga waktu menjelang wafatnya di mihrab masjid ketika ditusuk oleh Abu Lu’luah. Karena tusukan itu perutnya sobek sehingga kondisinya menjadi semakin lemah. Maka, Atikah dan Ummu Kultsum bin Abi Thalib -istri yang lain Umar- merawatnya secara bergantian, dan akhirnya Umar pun wafat sebagai syahid, di pangkuan Atikah.

            Setelah itu ia pun dinikahi oleh Zubair bin Awwam, karena Zubair mengetahui bahwa diantara keberkahan Atikah adalah siapa yang menjadi suaminya atas izin Allah, akan menjadi syahid. Maka setelah sekian waktu berumah tangga dengannya, maka Zubair bin Awwam bersama Thalhah bin Ubaidillah syahid dalam peristiwa Waq’atul Jamal.

            Melihat kondisi Atikah, Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ketika itu mengatakan: “Barangsiapa ingin menjadi syahid, maka menikahlah dengan Atikah”. Mendengar itu maka putra beliu yaitu Husein bin Ali meminangnya dan menikahinya. Dan apa yang dikatakan Ali pun benar, Husein wafat sebagai syahid pada peristiwa waqatu Karbala.

            Demikanlah peran seorang perempuan, terutama istri dimana apabila ia keliru akan menjadikan suaminya lemah dan semakin jauh dari ketaatan. Dan apabila taat dan teguh dalam kebenaran, maka akan menjadikan suaminya sosok yang hebat, yang dapat mengukir kepahlawanan.

            Wallahu a’lam bish showab.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar