Di suatu malam yang gelap. Seorang ibu sedang
berusaha menidurkan buah hatinya yang baru saja berumur sekitar 3 bulan itu.
Malam itu, listrik sedang padam dan seorang penjaga terhebat keluarga sederhana
itu, yaitu seorang ayah sedang bertugas di luar kota. Suasana serasa mencekam,
ketika seorang anak perempuan yang merupakan kakak dari 2 adik itu ingin segera
memejamkan mata untuk beristirahat. Rasa dingin yang mengusik tulang, ditambah
kegelapan malam yang menyelimuti Desa yang masih ditaburi sawah dan kebun yang
hijaunya senantiasa menyegarkan mata.
Bunyi
kodok terdengar begitu kompak, mengingat disebelah kanan dan belakang rumah
itu, sawah membentang luas. Lilin batangan menyala dengan sinar redupnya diatas
rak lemari kayu untuk menyimpan pakaian si bayi. Ditempelkan pada sebuah
cangkir keramik mungil yang dibalik agar mendapat bagian yang datar. Entah
karena apa, akhirnya anak perempuan yang baru berumur 10 tahun itu terlelap
disebelah adik bayinya yang dia nanti-nantikan cukup lama. Menyelimuti dirinya
sendiri dengan sehelai kain yang tak lepas dari tubuhnya setiap malam.
“Bu,
temani aku tidur disini!”, pinta seorang anak keduanya yang masih berumur 7
tahun. Ia memberanikan diri tidur di kamar belakang, yang akhirnya tetap ingin
didampingi.
“Iya nak. Nanti kalau adikmu
sudah tertidur ibu akan kesana menemanimu”, kata ibunya sedikit berteriak dari
kamar sebelah. Setelah sang bayi itu terlelap, sang ibu kemudian beranjak untuk
memenuhi janjinya. Di kamar yang berada disebelah kamar sang bayi, ia mendekati
anak keduanya, kemudian memeluknya hangat. Dan mungkin karena kelelahan dengan
aktivitas sehariannya, tak lama sang ibu pun tertidur nyenyak di sisi anak
laki-lakinya itu.
Malam
terus bergulir, bintang-bintang masih memenuhi langit-langit bumi. Bulan masih
bersinar dengan cerahnya. Tiba-tiba suara teriakan yang samar-samar muncul dari
kamar sebelah. Kamar dimana sang bayi dan kakak perempuannya berada.
Mengagetkan.
“Panas...panas..panas!“,
teriakan itu berulang kali. Teriakan yang muncul dari mulut anak perempuannya.
Rupanya, dia tidak sepenuhnya terbangun dari tidur. Mungkin setengah tubuh dan
fikirannya melayang jauh entah kemana. Teriakkan seakan minta tolong itu keluar
dari mulutnya dikarenakan hawa panas yang merambat disekujur badannya. Dia
berdiri menjauh. Memojokkan dirinya di sudut kamar yang masih berada diatas
kasur. Mencari perlindungan, dan berusaha menyelamatkan diri dari
ketidaknyamanan itu. Matanya pun masih belum terbuka sempurna.
“Aaaa..panas..panas.
Ibu..panas!”, teriaknya untuk kesekian kalinya.
Entah
bisikan apa dan siapa. Sang ibu terbangun, dan denagn sigap ia sudah berada di
dalam ruangan kamar dimana bayi masih dalam keadaan yang nyenyak.
“Innalillahi.. Ya Allah anakku!” Seribu
keterkejutan membuatnya tak berfikir panjang. Setelah ia menyelamatkan bayinya
dengan memindahkannya di kamar sebelah, ia berlari sekuat tenaganya menuju
jamban dalam kegelapan tanpa nyalanya lampu sedikitpun. Meraih sebuah ember
berukuran besar, yang berisi air penuh.
Siapapun akan
yakin, bahwa tidak mungkin seseorang mengangkat air sebanyak itu dengan tangannya
sendiri. Itu sebuah kemustahilan. Tapi, dsisi lain, semua orang pasti sudah
mengerti pula, kekuatan seorang ibu demi menyelamatkan malaikat kecilnya takkan
terkalahkan dengan hewan sebuas apapun. Apapun yang terlihat mustahil, bisa
terjadi olehnya. Demi anaknya, segala jerih payah mau ia lakukan. Deminya,
harta benda mau ia korbankan. Deminya pula, nyawa pun dengan mudah ia relakan.
Sehingga
dengan kekuatan diluar dugaan itu, sang ibu berlari kembali ke kamar. Dengan
cekatannya, ia mengguyur semua air itu ke lemari kayu. Tak bersisa. Hingga benda
merah yang berkobar itu musnah tak nampak lagi. Seketika itu pula, anak
perempuannya tersadarkan dari mimpi bercampur kenyataan buruk yang masih
terngiang dibenaknya.
Ketika ia
terbangun, ia melihat lilin diatas cangkir yang terbalik itu rupanya sudah tak
nampak lagi. Hanya menyisakan abu, dinding diatas lemari yang ternodai warna
hitam memanjang keatas, dan gosong yang hampir menyelimuti rak pertama dan
kedua lemari yang menyimpan segala macam pakaian adik tercintanya itu. Ia
memeluk ibunya dengan genggaman yang erat. Tak ingin terlepas, demi harapan tak
ingin terulang kembali peristiwa mengagetkan itu.
Dan di
peristiwa itu, sebuah keajaiban yang lain tanpa disadari juga telah terjadi.
Bayi yang tidur sangat dekat dengan kobaran api di lemari kayu itu tak
sedikitpun terusik. Matanya masih terpejam sempurna, dan tubuhnya pun tak
bergerak-gerak sedikitpun dengan maksud mencari perlindungan. Mungkin Yang Maha
Kuasa memang memiliki rencana lain. Menyelamtkan si bayi tercinta yang sudah
dianantikan oleh keluarganya sekian lama itu.
# Kisah ini dikutip dari
sebuah kenyataan. Cerita ini bukanlah khayalan, atapun fiktif belaka yang
mengandung kebohongan.
# Semoga Allah mendengar dan mengabulkan
segala yang diharapkan sang ibu untuk anak-anak tercintanya. Semoga pula segala
do’a diijabah oleh-Nya, dan segala pengorbanannya dibalas dengan Jannah yang ia
dambakan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar