Pages

Jumat, 05 Juni 2015

Keajaiban-Nya Kepada Seorang Ibu


                Di suatu malam yang gelap. Seorang ibu sedang berusaha menidurkan buah hatinya yang baru saja berumur sekitar 3 bulan itu. Malam itu, listrik sedang padam dan seorang penjaga terhebat keluarga sederhana itu, yaitu seorang ayah sedang bertugas di luar kota. Suasana serasa mencekam, ketika seorang anak perempuan yang merupakan kakak dari 2 adik itu ingin segera memejamkan mata untuk beristirahat. Rasa dingin yang mengusik tulang, ditambah kegelapan malam yang menyelimuti Desa yang masih ditaburi sawah dan kebun yang hijaunya senantiasa menyegarkan mata.
                Bunyi kodok terdengar begitu kompak, mengingat disebelah kanan dan belakang rumah itu, sawah membentang luas. Lilin batangan menyala dengan sinar redupnya diatas rak lemari kayu untuk menyimpan pakaian si bayi. Ditempelkan pada sebuah cangkir keramik mungil yang dibalik agar mendapat bagian yang datar. Entah karena apa, akhirnya anak perempuan yang baru berumur 10 tahun itu terlelap disebelah adik bayinya yang dia nanti-nantikan cukup lama. Menyelimuti dirinya sendiri dengan sehelai kain yang tak lepas dari tubuhnya setiap malam.
                “Bu, temani aku tidur disini!”, pinta seorang anak keduanya yang masih berumur 7 tahun. Ia memberanikan diri tidur di kamar belakang, yang akhirnya tetap ingin didampingi.
“Iya nak. Nanti kalau adikmu sudah tertidur ibu akan kesana menemanimu”, kata ibunya sedikit berteriak dari kamar sebelah. Setelah sang bayi itu terlelap, sang ibu kemudian beranjak untuk memenuhi janjinya. Di kamar yang berada disebelah kamar sang bayi, ia mendekati anak keduanya, kemudian memeluknya hangat. Dan mungkin karena kelelahan dengan aktivitas sehariannya, tak lama sang ibu pun tertidur nyenyak di sisi anak laki-lakinya itu.
                Malam terus bergulir, bintang-bintang masih memenuhi langit-langit bumi. Bulan masih bersinar dengan cerahnya. Tiba-tiba suara teriakan yang samar-samar muncul dari kamar sebelah. Kamar dimana sang bayi dan kakak perempuannya berada. Mengagetkan.
                “Panas...panas..panas!“, teriakan itu berulang kali. Teriakan yang muncul dari mulut anak perempuannya. Rupanya, dia tidak sepenuhnya terbangun dari tidur. Mungkin setengah tubuh dan fikirannya melayang jauh entah kemana. Teriakkan seakan minta tolong itu keluar dari mulutnya dikarenakan hawa panas yang merambat disekujur badannya. Dia berdiri menjauh. Memojokkan dirinya di sudut kamar yang masih berada diatas kasur. Mencari perlindungan, dan berusaha menyelamatkan diri dari ketidaknyamanan itu. Matanya pun masih belum terbuka sempurna.
                “Aaaa..panas..panas. Ibu..panas!”, teriaknya untuk kesekian kalinya.
                Entah bisikan apa dan siapa. Sang ibu terbangun, dan denagn sigap ia sudah berada di dalam ruangan kamar dimana bayi masih dalam keadaan yang nyenyak.
“Innalillahi.. Ya Allah anakku!” Seribu keterkejutan membuatnya tak berfikir panjang. Setelah ia menyelamatkan bayinya dengan memindahkannya di kamar sebelah, ia berlari sekuat tenaganya menuju jamban dalam kegelapan tanpa nyalanya lampu sedikitpun. Meraih sebuah ember berukuran besar, yang berisi air penuh.
Siapapun akan yakin, bahwa tidak mungkin seseorang mengangkat air sebanyak itu dengan tangannya sendiri. Itu sebuah kemustahilan. Tapi, dsisi lain, semua orang pasti sudah mengerti pula, kekuatan seorang ibu demi menyelamatkan malaikat kecilnya takkan terkalahkan dengan hewan sebuas apapun. Apapun yang terlihat mustahil, bisa terjadi olehnya. Demi anaknya, segala jerih payah mau ia lakukan. Deminya, harta benda mau ia korbankan. Deminya pula, nyawa pun dengan mudah ia relakan.
Sehingga dengan kekuatan diluar dugaan itu, sang ibu berlari kembali ke kamar. Dengan cekatannya, ia mengguyur semua air itu ke lemari kayu. Tak bersisa. Hingga benda merah yang berkobar itu musnah tak nampak lagi. Seketika itu pula, anak perempuannya tersadarkan dari mimpi bercampur kenyataan buruk yang masih terngiang dibenaknya.
Ketika ia terbangun, ia melihat lilin diatas cangkir yang terbalik itu rupanya sudah tak nampak lagi. Hanya menyisakan abu, dinding diatas lemari yang ternodai warna hitam memanjang keatas, dan gosong yang hampir menyelimuti rak pertama dan kedua lemari yang menyimpan segala macam pakaian adik tercintanya itu. Ia memeluk ibunya dengan genggaman yang erat. Tak ingin terlepas, demi harapan tak ingin terulang kembali peristiwa mengagetkan itu.
Dan di peristiwa itu, sebuah keajaiban yang lain tanpa disadari juga telah terjadi. Bayi yang tidur sangat dekat dengan kobaran api di lemari kayu itu tak sedikitpun terusik. Matanya masih terpejam sempurna, dan tubuhnya pun tak bergerak-gerak sedikitpun dengan maksud mencari perlindungan. Mungkin Yang Maha Kuasa memang memiliki rencana lain. Menyelamtkan si bayi tercinta yang sudah dianantikan oleh keluarganya sekian lama itu. 

# Kisah ini dikutip dari sebuah kenyataan. Cerita ini bukanlah khayalan, atapun fiktif belaka yang mengandung kebohongan.                                                                    
# Semoga Allah mendengar dan mengabulkan segala yang diharapkan sang ibu untuk anak-anak tercintanya. Semoga pula segala do’a diijabah oleh-Nya, dan segala pengorbanannya dibalas dengan Jannah yang ia dambakan.  Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar