Pages

Minggu, 21 April 2024

Zubaidah, Sang Ratu Dermawan

 

            Kita mengenal sosok Khaizuran sebagai ibu yang mampu melahirkan sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid, yang memiliki kecerdasan dan peran yang luar biasa, sehingga di masa kepemimpinannya, Khilafah Abasyiyah berada di puncak kejayaan. Adapun  Zubaidah adalah istri dari Harun Ar-Rasyid, yang mana merupakan sepupunya baik dari jalur ayahnya yaitu Khalifah Al-Mahdi juga ibunya, Khaizuran.


            Zubaidah juga bisa dikatakan sebagai pemegang rekor kedua pertalian Khalifah setelah Fathimah binti Abdul Malik, dimana kakek, suami, putra kandung, putra tiri juga sepupunya adalah Khalifah. Ia sosok yang cerdas, berilmu luas, sholihah, kaya raya, dimana dengan semua potensi tersebut ia gunakan untuk mendampingi suami, serta putra- putranya ketika menjabat Kekhilafahan pada masa itu. Ia sering dilibatkan untuk dalam diskusi oleh Harun Ar- Rasyid untuk membicarakan masalah- masalah negara, begitu juga oleh putra- putranya yang kemudian melanjutkan kepemimpinan.

            Masa Harun Ar- Rasyid adalah masa dimana para ulama mendapatkan perhatian yang sangat besar, dimana mereka sangat dihormati, didengarkan, dan diterima pendapat- pendapatnya. Bahkan Harun Ar-Rasyid berhasil menjadikan murid Imam Abu Hanifah yaitu Imam Abu Yusuf untuk menjadi qadhi qudhat, begitu pula murid Abu Hanifah lainnya yaitu Muhammad bin Hasan Asy- Syaibani yang  diangkat sebagai penasehatnya, yang mana di masa kakeknya yaitu Abu Ja’far Al-Manshur tidak berhasil menjadikan para ulama mau menjabat di pemerintahan, karena di masa tersebut kedudukan ulama layaknya stempel kebijakan negara. Adapun Harun Ar- Rasyid ia adalah sosok yang selalu mendengarkan dan menangis karena nasehat para ulama. Bahkan ketika ia menghadapi suatu masalah dengan istrinya, maka Imam Syafi’i diminta untuk berfatwa bagaimana penyelesainnya.

Di masanya pula wilayah Islam semakin meluas, mulai dari wilayah Afrika (Al Jazair, dan Tunisa) hingga wilayah timur yang perbatasan dengan sungai sin di India dan dinasti Tang di Tiongkok. Di masanya pula, Baghdad menjadi kota terbesar dan terpadat yang mencapai 3-5 juta penduduk, disana dibangun benteng untuk pertahanan yang begitu tebal hingga berlapis tujuh, dimana bagian atas dari dinding terluarnya saja bisa dilewati oleh empat kereta secara bersamaan. Benteng ini menjadi pertahanan yang begitu kuat dari serangan apapun. Di masanya pula, lahir para ulama dan ilmuwan yang sangat terkenal dengan penemuan dan kontribusinya.

Zubaidah memiliki 100 dayang- dayang yang mengikutinya kemana pun, yang semuanya adalah para hafidzah al-Quran, dimana ia sering memberikan hadiah besar kepada mereka apabila bisa membacakan al quran dengan baik saat diminta. Adapun Harun, ia sering memberikan hadiah kepada para penyair yang bisa membuat syair yang indah, diantaranya adalah Farasdhak.

Zubaidah juga memiliki kecintaan terhadap berbagai hewan, dimana hewan- hewan tersebut didatangkan dari berbagai wilayah seperti Tiongkok, India, Afrika, mulai dari merak, gajah, harimau dengan berbagai jenisnya, monyet, yang semuanya diletakkan di taman- taman yang mengelilingi istana.

Selain mengurus dan mendidik putranya yaitu Al -Amin, ia juga mendidik putra tirinya yaitu Al-Ma’mun, dimana keduanya sangat dekat sejak kecil. Walau ketika besar terdapat perselisihan diantara mereka, sehingga seolah kekuatan di Abasyiyah ketika itu terpecah menjadi dua, dimana Al-Amin didukung oleh kaum muslimin di Arab, sedangkan Al-Ma’mun didukung oleh kaum muslimin di Turki. Sehingga meskipun  pada akhrinya Al-Amin terbunuh dan Al-Ma’mun yang memimpin, akan tetapi Zubaidah terus berada disisinya untuk tetap memberi nasehat- nasehat dengan bijaksana, juga memuliakannya sebagaimana ia memuliakan Al-Amin yang merupakan anak kandungnya sendiri.

Zubaidah yang memiliki nama asli Sukainah adalah sosok yang sangat dermawan, peduli dan memiliki semangat tinggi dalam melakukan amal jariyah. Dimasa kepemipinan suaminya, ia adalah sosok yang sering melaksanakan ibadah haji, kemudian pada haji yang kelima dia menyadari bahwa rute untuk ibadah haji dari Iraq ke Hijaz sangatlah sulit, karena sangat berbatu dan padang pasir. Maka ia pun mencetuskan solusi dengan membangun jalan yang menghubungkan dua wilayah tersebut melalui kota Kufah dan Bashrah, ia pun menginfakkan hartanya hingga dua juta dinar. Degan jalan itu maka kereta, dan tunggangan bisa lewat dengan mudah. Ia juga membangun mata air dan penampungan air hujan di berbagai titik, agar para musafir dan kafilah bisa mendapatkan minum dengan mudah.

Selain itu ia memiliki proyek lain di Arofah yang dikenal dengan mata air zubaidah dimana ketika itu ia memerintahkan agar sumur zam- zam digali lebih dalam karena ketika persediaan air kala itu sangatlah kecil, begitu juga mata air Hunain yang kemudian ia perintahkan untuk dialirkan ke Mekkah melalui selokan- selokan besar yang kemudian dibangunnya. Semua itu ia lakukan tak lain dalam rangka untuk melayani para tamu Allah swt yang beribadah.

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa potensi yang Allah swt berikan kepada kita berupa kecerdasan, ilmu, kedudukan, juga harta sudah seharusnya dijadikan wasilah untuk terus melakukan amal kebaikan, dimana manfatannya tak hanya untuk diri sendiri atau keluarga, namun untuk seluruh umat Islam dan manusia secara umum, dengan begitu akan ada pahala jariyah yang besar bagi kita.

Wallahu a’lam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar