Kita
mengenal sosok Khaizuran sebagai ibu yang mampu melahirkan sosok Khalifah Harun
Ar-Rasyid, yang memiliki kecerdasan dan peran yang luar biasa, sehingga di masa
kepemimpinannya, Khilafah Abasyiyah berada di puncak kejayaan. Adapun Zubaidah adalah istri dari Harun Ar-Rasyid,
yang mana merupakan sepupunya baik dari jalur ayahnya yaitu Khalifah Al-Mahdi juga
ibunya, Khaizuran.
Zubaidah
juga bisa dikatakan sebagai pemegang rekor kedua pertalian Khalifah setelah
Fathimah binti Abdul Malik, dimana kakek, suami, putra kandung, putra tiri juga
sepupunya adalah Khalifah. Ia sosok yang cerdas, berilmu luas, sholihah, kaya
raya, dimana dengan semua potensi tersebut ia gunakan untuk mendampingi suami,
serta putra- putranya ketika menjabat Kekhilafahan pada masa itu. Ia sering dilibatkan
untuk dalam diskusi oleh Harun Ar- Rasyid untuk membicarakan masalah- masalah
negara, begitu juga oleh putra- putranya yang kemudian melanjutkan
kepemimpinan.
Masa
Harun Ar- Rasyid adalah masa dimana para ulama mendapatkan perhatian yang
sangat besar, dimana mereka sangat dihormati, didengarkan, dan diterima
pendapat- pendapatnya. Bahkan Harun Ar-Rasyid berhasil menjadikan murid Imam
Abu Hanifah yaitu Imam Abu Yusuf untuk menjadi qadhi qudhat, begitu pula
murid Abu Hanifah lainnya yaitu Muhammad bin Hasan Asy- Syaibani yang diangkat sebagai penasehatnya, yang mana di
masa kakeknya yaitu Abu Ja’far Al-Manshur tidak berhasil menjadikan para ulama
mau menjabat di pemerintahan, karena di masa tersebut kedudukan ulama layaknya
stempel kebijakan negara. Adapun Harun Ar- Rasyid ia adalah sosok yang selalu
mendengarkan dan menangis karena nasehat para ulama. Bahkan ketika ia
menghadapi suatu masalah dengan istrinya, maka Imam Syafi’i diminta untuk
berfatwa bagaimana penyelesainnya.
Di masanya pula wilayah Islam semakin meluas,
mulai dari wilayah Afrika (Al Jazair, dan Tunisa) hingga wilayah timur yang perbatasan
dengan sungai sin di India dan dinasti Tang di Tiongkok. Di masanya pula,
Baghdad menjadi kota terbesar dan terpadat yang mencapai 3-5 juta penduduk,
disana dibangun benteng untuk pertahanan yang begitu tebal hingga berlapis
tujuh, dimana bagian atas dari dinding terluarnya saja bisa dilewati oleh empat
kereta secara bersamaan. Benteng ini menjadi pertahanan yang begitu kuat dari
serangan apapun. Di masanya pula, lahir para ulama dan ilmuwan yang sangat
terkenal dengan penemuan dan kontribusinya.
Zubaidah memiliki 100 dayang- dayang yang
mengikutinya kemana pun, yang semuanya adalah para hafidzah al-Quran, dimana ia
sering memberikan hadiah besar kepada mereka apabila bisa membacakan al quran
dengan baik saat diminta. Adapun Harun, ia sering memberikan hadiah kepada para
penyair yang bisa membuat syair yang indah, diantaranya adalah Farasdhak.
Zubaidah juga memiliki kecintaan terhadap berbagai
hewan, dimana hewan- hewan tersebut didatangkan dari berbagai wilayah seperti
Tiongkok, India, Afrika, mulai dari merak, gajah, harimau dengan berbagai
jenisnya, monyet, yang semuanya diletakkan di taman- taman yang mengelilingi
istana.
Selain mengurus dan mendidik putranya yaitu
Al -Amin, ia juga mendidik putra tirinya yaitu Al-Ma’mun, dimana keduanya
sangat dekat sejak kecil. Walau ketika besar terdapat perselisihan diantara
mereka, sehingga seolah kekuatan di Abasyiyah ketika itu terpecah menjadi dua,
dimana Al-Amin didukung oleh kaum muslimin di Arab, sedangkan Al-Ma’mun
didukung oleh kaum muslimin di Turki. Sehingga meskipun pada akhrinya Al-Amin terbunuh dan Al-Ma’mun
yang memimpin, akan tetapi Zubaidah terus berada disisinya untuk tetap memberi
nasehat- nasehat dengan bijaksana, juga memuliakannya sebagaimana ia memuliakan
Al-Amin yang merupakan anak kandungnya sendiri.
Zubaidah yang memiliki nama asli Sukainah
adalah sosok yang sangat dermawan, peduli dan memiliki semangat tinggi dalam
melakukan amal jariyah. Dimasa kepemipinan suaminya, ia adalah sosok yang
sering melaksanakan ibadah haji, kemudian pada haji yang kelima dia menyadari
bahwa rute untuk ibadah haji dari Iraq ke Hijaz sangatlah sulit, karena sangat
berbatu dan padang pasir. Maka ia pun mencetuskan solusi dengan membangun jalan
yang menghubungkan dua wilayah tersebut melalui kota Kufah dan Bashrah, ia pun
menginfakkan hartanya hingga dua juta dinar. Degan jalan itu maka kereta, dan
tunggangan bisa lewat dengan mudah. Ia juga membangun mata air dan penampungan
air hujan di berbagai titik, agar para musafir dan kafilah bisa mendapatkan
minum dengan mudah.
Selain itu ia memiliki proyek lain di
Arofah yang dikenal dengan mata air zubaidah dimana ketika itu ia memerintahkan
agar sumur zam- zam digali lebih dalam karena ketika persediaan air kala itu
sangatlah kecil, begitu juga mata air Hunain yang kemudian ia perintahkan untuk
dialirkan ke Mekkah melalui selokan- selokan besar yang kemudian dibangunnya.
Semua itu ia lakukan tak lain dalam rangka untuk melayani para tamu Allah swt
yang beribadah.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa
potensi yang Allah swt berikan kepada kita berupa kecerdasan, ilmu, kedudukan,
juga harta sudah seharusnya dijadikan wasilah untuk terus melakukan amal
kebaikan, dimana manfatannya tak hanya untuk diri sendiri atau keluarga, namun
untuk seluruh umat Islam dan manusia secara umum, dengan begitu akan ada pahala
jariyah yang besar bagi kita.
Wallahu a’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar