Pages

Minggu, 21 April 2024

Fathimah Al-Fihri, Pembangun Universitas

 

            Ia adalah seorang muslimah yang berasal dari keluarga saudagar dan pengusaha kaya raya dari wilayah Koirouan, Tunisia, yang lahir pada awal abad 9 M. Meski dari keluarga pengusaha, bukan berarti perhatian keluargnya akan pendidikan menjadi rendah. Tentu hal ini karena Islam memiliki cara pandang terhadap perniagaan, bisnis dan usaha dengan pandangan yang baik. Dimana dengan dorongan iman dan pemahaman Islam, harta yang dimilikinya akan menjadi wasilah untuk berkontribusi sebesar- besarnya dalam perjuangan.

            Fathimah Al Fihri dan saudarinya, Maryam Al-Fihri pun mewarisi harta yang begitu banyak dari ayahnya dan mereka pun juga dinikahkan oleh ayahnya dengan dua pengusaha besar di masa tersebut.

Di kota Fes, Maroko Fathimah mewakafkan hartanya yang tidak sedikit untuk membangun Universitas, yang kemudian menjadi Universitas tertua kedua di dunia-setelah Jamiah Zaituniyah di Tunisia,- yang hingga hari ini masih eksis-. Universitas Qarawiyin yang diambil dari nama wilayah dimana Fathimah Al-Fihri lahir itu melahirkan berbagai ulama, cendekiawan, pemikir, ilmuwan yang memiliki karya dan kontribusi pada perkembangan tsaqofah Islam dan ilmu pengetahuan yang tersebar di dunia hingga hari ini. Diantaranya ada Ibnu Khaldun sang bapak ilmu sosiologi, Imam Ibnu Bahjah, Al Idrisi ahli peta dunia, bahkan juga ada dari kalangan non muslim, yang kemudian menjadi paus yang dikenal dengan Sylvester II.

            Jami’ah Qarawiyin sejak awal didirikan membuka diri bagi siapapun, dimana ketika itu Eropa masih di masa kegelapannya, sehingga tidak ada perguruan tinggi kecuali harus di bawah kendali dan standarisasi dari para gerejawan. Sehingga di Jamiah Qarawiyin ini banyak dari kalangan orang- orang Yahudi, Nashrani yang belajar bahasa Arab, al- quran, juga berbagai ilmu lainnya.

            Kata al-Kuliah, yang juga dipakai oleh bahasa kita hingga hari ini pun juga pertama kali dicetuskan olehnya. Kata tersebut bermakna menyeluruh, dan universal dimana pembelajaran di Universitas memang bersifat menyeluruh dan universal. Selain itu juga terdapat peninggalan yang diinisiasi olehnya hingga hari ini yaitu yang kita kenal sebagai toga wisuda. Dimana filosofi toga adalah persegi yang merupakan simbol bagi ka’bah. Para lulusan dari Jami’ah tersebut selain diberi jubah juga dikenakan toga yang diletakkan di atas imamah, hal itu dalam rangka menunjukkan penghormatan kepada para lulusan dari institusi peradaban Islam yang bergengsi, sehingga dapat  membedakan dari institusi pendidikan lainnya, yang biasanya hanya diberi imamah (sorban) saja. Inisiasi tersebut pun tersebar dan diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di wilayah Islam lain seperti Al Azhar di Mesir, Madrasah Nidzamiyah di Iraq, Universitas Cordoba di Andalusaia, bahkan juga perguruan tinggi di Barat seperti Universitas kepausan di Italia, dan juga Universitas Salamanca di Spanyol.

            Dari sini kita mengetahui bagaimana besarnya kontribusi yang ia berikan dalam bidang pendidikan, yang hingga hari ini kontribusi tersebut masih menjadi standarisasi perguruan tinggi dan pendidikan tinggi. Dari sini juga kita tahu bahwa perempuan juga bisa memiliki peran besar, tidak hanya dengan menggapai pendidikan tinggi, namun juga menjadi pencetus lahirnya intitusi yang bisa menjadi pusat pembelajaran umat.

            Jika Fathimah Al Fihri mewakafkan sebuah institusi pendidikan yang besar di Maroko hingga ketika itu kota Fes menjadi pusat peradaban di Afirka, yang dijuluki sebagai Baghdad-nya Afrika, dan Athena-nya Afrika, maka saudarinya yang bernama Maryam Al-Fihri telah mewakafkan dua masjid di Andaluisa. Dimana masjid ketika itu tak hanya tempat untuk sholat, melainkan berupa kompleks yang terdiri dari madrasah, mustasyfa (rumah sakit), suq (pasar), juga dapur umum.   

            Wallahu a’la bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar