Ia
adalah seorang muslimah yang berasal dari keluarga saudagar dan pengusaha kaya
raya dari wilayah Koirouan, Tunisia, yang lahir pada awal abad 9 M. Meski dari
keluarga pengusaha, bukan berarti perhatian keluargnya akan pendidikan menjadi
rendah. Tentu hal ini karena Islam memiliki cara pandang terhadap perniagaan,
bisnis dan usaha dengan pandangan yang baik. Dimana dengan dorongan iman dan
pemahaman Islam, harta yang dimilikinya akan menjadi wasilah untuk berkontribusi
sebesar- besarnya dalam perjuangan.
Fathimah
Al Fihri dan saudarinya, Maryam Al-Fihri pun mewarisi harta yang begitu banyak
dari ayahnya dan mereka pun juga dinikahkan oleh ayahnya dengan dua pengusaha
besar di masa tersebut.
Di kota Fes, Maroko Fathimah mewakafkan
hartanya yang tidak sedikit untuk membangun Universitas, yang kemudian menjadi
Universitas tertua kedua di dunia-setelah Jamiah Zaituniyah di Tunisia,- yang
hingga hari ini masih eksis-. Universitas Qarawiyin yang diambil dari nama
wilayah dimana Fathimah Al-Fihri lahir itu melahirkan berbagai ulama,
cendekiawan, pemikir, ilmuwan yang memiliki karya dan kontribusi pada
perkembangan tsaqofah Islam dan ilmu pengetahuan yang tersebar di dunia hingga
hari ini. Diantaranya ada Ibnu Khaldun sang bapak ilmu sosiologi, Imam Ibnu
Bahjah, Al Idrisi ahli peta dunia, bahkan juga ada dari kalangan non muslim,
yang kemudian menjadi paus yang dikenal dengan Sylvester II.
Jami’ah
Qarawiyin sejak awal didirikan membuka diri bagi siapapun, dimana ketika itu
Eropa masih di masa kegelapannya, sehingga tidak ada perguruan tinggi kecuali
harus di bawah kendali dan standarisasi dari para gerejawan. Sehingga di Jamiah
Qarawiyin ini banyak dari kalangan orang- orang Yahudi, Nashrani yang belajar bahasa
Arab, al- quran, juga berbagai ilmu lainnya.
Kata
al-Kuliah, yang juga dipakai oleh bahasa kita hingga hari ini pun juga
pertama kali dicetuskan olehnya. Kata tersebut bermakna menyeluruh, dan
universal dimana pembelajaran di Universitas memang bersifat menyeluruh dan
universal. Selain itu juga terdapat peninggalan yang diinisiasi olehnya hingga
hari ini yaitu yang kita kenal sebagai toga wisuda. Dimana filosofi toga adalah
persegi yang merupakan simbol bagi ka’bah. Para lulusan dari Jami’ah tersebut
selain diberi jubah juga dikenakan toga yang diletakkan di atas imamah, hal
itu dalam rangka menunjukkan penghormatan kepada para lulusan dari institusi
peradaban Islam yang bergengsi, sehingga dapat membedakan dari institusi pendidikan lainnya,
yang biasanya hanya diberi imamah (sorban) saja. Inisiasi tersebut pun
tersebar dan diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di wilayah Islam lain
seperti Al Azhar di Mesir, Madrasah Nidzamiyah di Iraq, Universitas Cordoba di
Andalusaia, bahkan juga perguruan tinggi di Barat seperti Universitas kepausan
di Italia, dan juga Universitas Salamanca di Spanyol.
Dari
sini kita mengetahui bagaimana besarnya kontribusi yang ia berikan dalam bidang
pendidikan, yang hingga hari ini kontribusi tersebut masih menjadi standarisasi
perguruan tinggi dan pendidikan tinggi. Dari sini juga kita tahu bahwa
perempuan juga bisa memiliki peran besar, tidak hanya dengan menggapai
pendidikan tinggi, namun juga menjadi pencetus lahirnya intitusi yang bisa
menjadi pusat pembelajaran umat.
Jika
Fathimah Al Fihri mewakafkan sebuah institusi pendidikan yang besar di Maroko
hingga ketika itu kota Fes menjadi pusat peradaban di Afirka, yang dijuluki
sebagai Baghdad-nya Afrika, dan Athena-nya Afrika, maka saudarinya yang bernama
Maryam Al-Fihri telah mewakafkan dua masjid di Andaluisa. Dimana masjid ketika
itu tak hanya tempat untuk sholat, melainkan berupa kompleks yang terdiri dari
madrasah, mustasyfa (rumah sakit), suq (pasar), juga dapur umum.
Wallahu
a’la bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar