Pages

Selasa, 23 April 2024

Ratu Kalinyamat, Mujahidah dari Jepara

 

            Ratu Kalinyamat yang memiliki nama kecil Ratna Kencana adalah salah satu putri dari Sultan Trenggono atau Sultan Mu’min, salah satu Sultan Demak yang ketika itu berkuasa pada tahun 1521 hingga 1549.

Ia menikah dengan Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, yang kemudian setelah pernikahannya mereka berdua diberi otonomi luas terhadap Pelabuhan Jepara yang kala itu menjadi pelabuhan yang sangat maju, ramai, juga terdapat angkatan laut yang sangat kuat, juga pelabuhan terpenting di wilayah Nusantara bagian Barat. Walaupun sebelum masa itu pelabuhan Jepara juga sudah menjadi pangkalan armada laut yang dipimpin oleh salah seorang paman dari Ratna Kencana, yang dikenal sebagai Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor. Pati Unus juga telah berhasil menggempur Malaka sebanyak dua kali yang kala itu dikuasai oleh Portugis. Ketika itu ia juga memiliki kapal perang yang sangat besar yang jauh lebih besar dan kuat dibandingkan kapal Portugis. Pamannya juga termasuk penguasa yang pertama kali mengusir Portugis di Malaka, bahkan mendahului Aceh. Tak hanya itu, Pati Unus juga berhasil menyatukan beberapa pasukan dari berbagai kesultanan untuk menyerang Portugis, seperti Bugis, Banjar, Cirebon, Banten, Palembang, dan Jambi.


            Pada masa kepemimpinannya, mertua dari Ratu Kalinyamat, -julukan bagi Ratna Kencana- diangkat menjadi perdana Menteri. Dimana ketika itu ia memiliki keahlian dalam bidang ukir kayu, sehingga di Jepara berkembang seni ini, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat. Apabila di masa Hindu, ukir- ukiran itu berbentuk makhluk- makhluk hidup, maka saat itulah ukiran dirubah menjadi bentuk tanaman dan pepohonan saja.

            Pangeran Kalinyamat dan Ratu Kalinyamat, sepasang suami istri yang sangat kompak dan saling mendukung satu sama lain. Jika istrinya adalah sosok yang pandai berduel dan bertarung, maka suaminya adalah ahli administrasi yang berhasil memajukan perdagangan di Jepara ketika itu.

            Suatu ketika pada tahun 1546, terjadi konflik dan ketidakstabilan di Kesultanan Demak. Kala itu kakak laki- laki dari Ratu Kencana yang bernama Raden Prawoto, diangkat menjadi pengganti Sultan Trenggono yang wafat. Namun karena terjadi konflik di dalam kesultanan Demak, maka tak lama Pangeran Prawoto pun dibunuh, sehingga Ratu Kalinyamat dan suaminya ke Sultan Kudus untuk menuntut keadilan, karena ketika itu kris yang digunakan untuk membunuh kakaknya ada disana. Namun Sunan Kudus membela Aryo Penangsang sang pembunuh kakaknya karena itu bagian dari qisas, dimana dulu kakaknya pernah membunuh ayah dari Aryo Penangsang yang merupakan pamannya.

            Mereka pun kecewa dan kembali ke Jepara, namun di tengah perjalanan mereka diserang dan Pangeran Kalinyamat pun terbunuh oleh suruhan dari Aryo Panangsang. Karena khawatir urusannya akan diikut campuri mereka, maka Ratu Kalinyamat pun membawa jenazah suaminya hingga dimakamkan di Mantingan. Sedangkan Arya Panangsang mengambil alih kepemimpinan Demak. Namun Ratu Kalinyamat terus berusaha menyingkirkan Aryo Penangsang agar konflik itu selesai dan Demak dalam kondisi stabil kembali.

            Maka ia pun memtuskan untuk bekerjasama dengan kakak iparnya yang bernama Adipati Hadiwijoyo dari Pajang, dalam rangka membunuh Aryo Panangsang. Setelah berhasil maka Adipati Hadiwijoyo pun diangkat menjadi Sultan Demak, namun pusat kotanya dipindahkan di Pajang (Surakarta).

            Setelah kepemimpinannya itu, maka Ratu Kalinyamat diberi otoritas untuk mengatur daerah pesisir, mulai dari Jepara, Demak, hingga Kudus. Dari otoritas itu ia mengendalikan perdagangan sehingga wilayah tersebut menjadi kaya raya, dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan pamannya, Pati Unus dan suaminya untuk melawan Portugis di Malaka.

            Pada tahun 1550, Sulthan Ali Mughalid Syah dari Aceh mengajukan proposal kerjasama ke Ratu Kalinyamat untuk melawan Portugis di Malaka. Maka ia pun mengirimkan 200 kapal untuk membantu persekutuan pasukan Melayu, Aceh dan Jawa. Dimana ketika perlawanan itu terjadi, dan pasukan Melayu dan Aceh kalah, namun pasukan Jawa masih bertahan. Maka pasukan Jawa pun berhasil merompak kapal- kapal Portugis, sehingga menjadikan pelabuhan Malaka ditakuti dan semakin sepi.

            Pada tahun 1565 Ratu Kalinyamat mengirimkan armadanya ke Hitu, Ambon untuk membantu kesultanan disana menghadapi Portugis, yang akhirnya bisa membuat  armada Portugis hancur. Keberhasilannya mengirimkan armada ke Ambon, -sedangkan jarak antara Jepara ke Ambon sangatlah jauh-, menunjukkan bahwa Ratu Kalinyamat memiliki hubungan yang sangat baik dengan berbagai kesultanan yang dilewati oleh armada tersebut.

            Pada tahun 1573, Sultan Alaudin dari Aceh untuk meminta kerjasama yang kedua kali. Maka Ratu Kalinyamat pun mengirim 15000 pasukan untuk melawan. Namun karena sempat terjadi konflik, maka pasukan tersebut terlambat sampai di Malaka, dimana pasukan sekutu dari Melayu sudah mundur. Akhirnya pasukan yang sudah dikirim tersebut tetap maju di Malaka, walaupun dua pertiga dari jumlah pasukan itu gugur sebagai syahid, sedangkan sisanya kembali lagi ke Jepara.

            Kedigdayaan Ratu yang luar biasa ini membuat Portugis menyebutnya sebagai mawar laut utara, dimana namanya harum di pesisir laut utara. Selain itu juga ia dijuluki oleh Portugis sebagai: “Rainha de Japora Senora Federica Grani Gededame (seorang Ratu Jepara yang sangat pemberani lagi tangguh, juga seorang perempuan yang kaya raya, bijaksansa dan mulia)”

            Tak hanya itu saja kiprahnya, namun ketiga putra angkatnya (karena ia tidak punya putra kandung), yang merupakan pangeran- pangeran pun juga ia didik. Ketiga putra itu adalah Pangeran Rangga Jumena yang tak lain adik bungsunya sendiri dimana ayahnya telah wafat ketika ia masih kecil, kemudian kelak ia menjadi Bupati Madiun dan mertua dari Panembahan Senopati Raja I Mataram, Arya Pangiri yang merupakan keponakannya, juga Pangeran Arya Jepara, anak dari saudarinya dimana saudarinya tersebut dinikahi oleh Raja Banten, yaitu Maulana Hasanuddin.

            Inilah sosok Ratu Kalinyamat, seorang mujahidah, pemimpin, laksamana, juga pendidik para pangeran.

Wallahu a’lam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar