Pada
tahun 1457- 1910, Kesultanan Aceh sedang digempur oleh pasukan VOC Belanda. Pada
masa itu kaum muslimin yang dipimpin oleh para panglima dari kesultanan Aceh
terus melawan penjajahan tersebut.
Laksamana
Malahayati adalah salah satu panglima angkatan laut Kesultanan Aceh. Ia adalah
putri dari Mahmud Syah, yang sebelumnya juga termasuk panglima angkatan laut.
Kakek dari ayahnya yang bernama Muhammad Said Syah pun memegang jabatan yang
sama di masa sebelumnya. Meskipun ia adalah pangeran Sultan, namun ia lebih
memilih mengabdi dalam militer, dan tidak menjabat sebagai penguasa. Adapun di
masa kakeknya, ketika itu Aceh sedang menghadapi Portugis yang sedang menguasai
selat Malaka.
Malahayati
yang dididik dari kecil dalam keluarga mujahid, dan militer, maka pada usia
mudanya, sebelum ia menikah ia telah mendapat kedudukan sebagai pemimpin para
pasukan pengawal istana dalam, yang terdiri dari para perempuan. Kemudian ia
menikah juga dengan sosok panglima militer angkatan laut, yang bernama Zainul
Abidin Syah.
Karena prestasi dan sifat amanahnya, Sultan
Saidul Mukammil Riayat Syah mengangakatnya menjadi kepala pengelola istana dan
juga kepala intelejen yang mematai informasi politik juga militer dari pihak
musuh. Dan ketika melihat kemampuan yang luar biasa, jabatannya ditambah
menjadi kepala protokol istana. Maka, ketika ada tamu- tamu negara dari
berbagai wilayah yang hendak bertemu dengan Sultan, ialah yang bertugas
melakukan screening kepada mereka, baik para pejabat, para kongsi dagang,
ataupun rakyat biasa. Ia pun juga sering dimintai pendapatnya oleh Sultan
Iskandar Muda.
Begitulah kedudukan, pengalaman Malahayati
yang menunjukkan begitu besar kemampuan yang dimilikinya. Maka, ketika suaminya
Laksamana Zainal Abidin Syah wafat, maka sultan Iskandar Muda pun tak ragu
untuk mengangkatnya menjadi Laksamana yang seutuhnya, yang mempimpin pasukan
angkatan laut.
Sejak
masa Sultan Saidul Mukammil, kisah kepahlawanannya begitu luar biasa ketika ia
ditunjuk untuk memimpin pasukan inong balee (janda- janda syuhada’) yang
juga sudah memiliki kemampuan bertarung, untuk menghadap Cornelis De Houtman
dari Belanda, yang telah berhasil mengambil rempah- rempah dari wilayah Timur
Jawa, seperti Tuban, Gresik, Bali sebanyak empat kapak, kemudian mereka
melewati Aceh dan berusaha untuk memonopoli perdagangan disana. Kemudian
memaksa para rakyat untuk membeli rempah- rempah dari mereka. Maka ia pun
menghadap kepada Cornelis dan terjadi duel di atas kapal, hingga akhirnya
Malahayati berhasil menikam jantungnya hingga ia tewas. Tak hanya itu, ia pun
berhasil menangkap adik Cornelis yang bernama Ferderick De Hutman yang kemudian
dibawa ke hadapan Sultan. Akhirnya karena tertawan, mereka pun berusaha
menebusnya. Kemudian Sultan memberi syarat agar dua kapal rempah tersebut
diambil oleh Sultan.
Di
masa Sultan Iskandar Muda memegang kepemimpinan angkatan laut, ia pun bersama
Sultan memimpin pasukan untuk menghadapi kekuatan Portugis di Malaka, hingga
melemah dan akhirnya mundur. Dimana ketika itu keinginan Portugis untuk
menguasai wilayah di Banten dan Jawa pun akhirnya gagal. Tak hanya menghadapi
Portugis, ia juga berhasil menghadapi pasukan dari Spanyol dan Belanda.
Begitulah
sosok Malahayati, yang memiliki peran dan keahlian luar biasa dalam berbagai
bidang, mulai dari memimpin protokol istana, memimpin kesatuan pasukan, ahli
inelejen, ahli duel dan pertarungan, juga ahli negoisasi.
Dari
sosoknya kita semakin faham bahwa Islam sangat menempatkan posisi terhormat
kepada para perempuan, yang dengan potensi serta keahliannya ia dapat membela
Islam dan kaum muslimin. Walaupun Islam tetap menjunjung tinggi kehormatan, dan
kemuliaan perempuan yang harus senantiasa dijaga.
Wallahu a’lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar