Pages

Selasa, 23 April 2024

Laksamana Malahayati, Panglima Inong Balee

 

            Pada tahun 1457- 1910, Kesultanan Aceh sedang digempur oleh pasukan VOC Belanda. Pada masa itu kaum muslimin yang dipimpin oleh para panglima dari kesultanan Aceh terus melawan penjajahan tersebut.

            Laksamana Malahayati adalah salah satu panglima angkatan laut Kesultanan Aceh. Ia adalah putri dari Mahmud Syah, yang sebelumnya juga termasuk panglima angkatan laut. Kakek dari ayahnya yang bernama Muhammad Said Syah pun memegang jabatan yang sama di masa sebelumnya. Meskipun ia adalah pangeran Sultan, namun ia lebih memilih mengabdi dalam militer, dan tidak menjabat sebagai penguasa. Adapun di masa kakeknya, ketika itu Aceh sedang menghadapi Portugis yang sedang menguasai selat Malaka.

            Malahayati yang dididik dari kecil dalam keluarga mujahid, dan militer, maka pada usia mudanya, sebelum ia menikah ia telah mendapat kedudukan sebagai pemimpin para pasukan pengawal istana dalam, yang terdiri dari para perempuan. Kemudian ia menikah juga dengan sosok panglima militer angkatan laut, yang bernama Zainul Abidin Syah.

Karena prestasi dan sifat amanahnya, Sultan Saidul Mukammil Riayat Syah mengangakatnya menjadi kepala pengelola istana dan juga kepala intelejen yang mematai informasi politik juga militer dari pihak musuh. Dan ketika melihat kemampuan yang luar biasa, jabatannya ditambah menjadi kepala protokol istana. Maka, ketika ada tamu- tamu negara dari berbagai wilayah yang hendak bertemu dengan Sultan, ialah yang bertugas melakukan screening kepada mereka, baik para pejabat, para kongsi dagang, ataupun rakyat biasa. Ia pun juga sering dimintai pendapatnya oleh Sultan Iskandar Muda.    

Begitulah kedudukan, pengalaman Malahayati yang menunjukkan begitu besar kemampuan yang dimilikinya. Maka, ketika suaminya Laksamana Zainal Abidin Syah wafat, maka sultan Iskandar Muda pun tak ragu untuk mengangkatnya menjadi Laksamana yang seutuhnya, yang mempimpin pasukan angkatan laut.

            Sejak masa Sultan Saidul Mukammil, kisah kepahlawanannya begitu luar biasa ketika ia ditunjuk untuk memimpin pasukan inong balee (janda- janda syuhada’) yang juga sudah memiliki kemampuan bertarung, untuk menghadap Cornelis De Houtman dari Belanda, yang telah berhasil mengambil rempah- rempah dari wilayah Timur Jawa, seperti Tuban, Gresik, Bali sebanyak empat kapak, kemudian mereka melewati Aceh dan berusaha untuk memonopoli perdagangan disana. Kemudian memaksa para rakyat untuk membeli rempah- rempah dari mereka. Maka ia pun menghadap kepada Cornelis dan terjadi duel di atas kapal, hingga akhirnya Malahayati berhasil menikam jantungnya hingga ia tewas. Tak hanya itu, ia pun berhasil menangkap adik Cornelis yang bernama Ferderick De Hutman yang kemudian dibawa ke hadapan Sultan. Akhirnya karena tertawan, mereka pun berusaha menebusnya. Kemudian Sultan memberi syarat agar dua kapal rempah tersebut diambil oleh Sultan.

            Di masa Sultan Iskandar Muda memegang kepemimpinan angkatan laut, ia pun bersama Sultan memimpin pasukan untuk menghadapi kekuatan Portugis di Malaka, hingga melemah dan akhirnya mundur. Dimana ketika itu keinginan Portugis untuk menguasai wilayah di Banten dan Jawa pun akhirnya gagal. Tak hanya menghadapi Portugis, ia juga berhasil menghadapi pasukan dari Spanyol dan Belanda.

            Begitulah sosok Malahayati, yang memiliki peran dan keahlian luar biasa dalam berbagai bidang, mulai dari memimpin protokol istana, memimpin kesatuan pasukan, ahli inelejen, ahli duel dan pertarungan, juga ahli negoisasi.

            Dari sosoknya kita semakin faham bahwa Islam sangat menempatkan posisi terhormat kepada para perempuan, yang dengan potensi serta keahliannya ia dapat membela Islam dan kaum muslimin. Walaupun Islam tetap menjunjung tinggi kehormatan, dan kemuliaan perempuan yang harus senantiasa dijaga.

Wallahu a’lam bish showab

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar