Pages

Sabtu, 20 April 2024

Asma’ binti Umais, Pendamping 3 Lelaki Mulia


            Perempuan yang dikenal sebagai shahibu safinah, istri dari salah tiga sahabat Rasulullah saw, istri dua Khalifah dan dua syuhada.     Ketika perintah hijrah ke Habasyah turun, maka berangkatlah para sahabat yang memiliki kedudukan, juga keturunan bangsawan untuk mengamankan posisi mereka yang begitu penting dalam dakwah. Perjalanan hijrah itu tidaklah mudah, karena mereka harus menempuh perjalanan sangat jauh, dari Mekkah menuju laut Aden yang berada di wilayah Yaman. Kemudian mereka menyebrang laut dengan perahu.


Kala itu Ja’far pun ditunjuk sebagai ketua para sahabat yang menjadi delegasi hijrah ke sebuah negeri yang Raja yang adil tersebut. Namun kepergian mereka membuat kaum Quraish marah, sehingga mereka dikejar oleh utusan Quraish agar bisa memulangkan mereka.

Karena raja Najasyi adalah sosok yang bijak dan adil, maka ia terlebih dahulu mengajak dialog dari dua arah. Asma’ binti Umais sebagai istri sang ketua berusaha mendukung dan meyakinkan Ja’far agar tidak ragu menyampaikan kebenaran tentang Isa bin Maryam, sekalipun Nabi ini disembah oleh raja, para pembesar, dan rakyatnya. Dengan kecerdasan Ja’far, sebelum menjawab tantangan itu, ia membacakan surat Maryam, yang isinya begitu menggetarkan hati raja Najasyi. Perlindungan pun diberikan kepada mereka, kemudian sang Raja mengusir delegasi Quraish juga hadiah- hadiahnya untuk dibawa pulang. Bahkan setelah itu raja Najasyi juga masuk Islam, walaupun masih ia sembunyikan.

            Selama hampir 12 tahun, di negeri tersebut para sahabat terus bertahan dengan penuh kesulitan, ketidakpastian, kekurangan, juga ketidakstabilan.      Hingga pada tahun ke 7 hijriyah, Ja’far dan Asma’ pun menyusul hijrah ke Madinah. Ketika mereka tiba, karena kedekatan Asma dengan Hafshah binti Umar, maka Umar bin Khattab menyindir Asma’ karena ia dan suaminya sangat terlambat untuk berhijrah ke Madinah. Asma’ pun berusaha membela diri bahwa walaupun terlambat dalam hijrah ke Madinah, selama ini mereka telah menahan rasa sulit, sakit, duka, dan ketidakstabilan dimana semua itu dilakukan demi perjuangan, dan tidak ada tempat mengadu bagi mereka kecuali kepada Allah. Sedangkan para sahabat yang di Madinah berada di sisi Rasulullah dan bisa mengadu juga bertanya jika ada masalah.

Asma pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah, maka beliau pun membenarkan pembelaan Asma, membelanya dan mengatakan: “Sesungguhnya tidak ada yang berhak akan diriku dari kalian, karena mereka hijrah sekali sedangkan kalian dua kali”.

            Kedatangan mereka membuat Nabi sangat bahagia, selain ketika itu kaum muslimin baru saja mendapatkan kemenangan dalam perang Khaibar. Maka Rasulullah mengatakan: “Hari ini aku begitu bahagia, namun aku tidak tahu apakah bahagiaku ini karena kemenangan kaum muslimin atau karena kedatangan Ja’far”

            Tak lama dari tibanya mereka, seruan jihad pun datang kembali, dimana ketika itu kaum muslimin akan menghadapi 200.000 pasukan Romawi dengan gabungan pasukan Kristen Arab, juga dari Syam, sedangkan pasukan kaum muslimin hanya berjumlah 3000. Rasulullah menunjuk 3 panglima, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Ketiga panglima itu pun mematahuhi perintah Rasul sekalipun banyak hembusan dari kaum Yahudi yang mengatakan bahwa mereka pasti akan mati, karena seperti dalam agama mereka, jika seorang Nabi telah menyebutkan nama panglima berturut- turut, maka pasti semuanya akan gugur.

            Peperangan yang seolah tak seimbang itu menjadikan beberapa sahabat ragu dan ingin mengadu ke Rasulullah, namun Ja’far justru meyakinkan mereka bahwa apa yang Rasulullah putuskan pasti tidaklah salah. Maka di dalam medan itu Zaid pun gugur, dan panji dipegang oleh Ja’far yang kemudian mengalami 73 titik luka, tangan kanannya dipenggal, sehingga ia memegang panji dengan tangan kirinya, lalu ia pun dipenggal dan gugur syahid. Berikutnya panji dipegang Abdullah bin Rawahah hingga ia gugur, dan terkahir dipegang oleh Khalid bin Walid sampai ia berhasil membuat strategi yang menjadikan pasukan Romawi mundur.

            Rasulullah pun mengabarkan bahwa arwah Ja’far langsung dibawa burung menuju surga, dan kelak di surga kedua tangannya Allah ganti dengan kedua sayap, sehingga ia disebut ath-thayyar. Maka Rasulullah pun meminta para sahabiyah, tetangga Asma binti Umaie untuk memasak dan menghibur Asma binti Umair sebagai penghormatan kepadanya.

            Maka setelah gugurnya Ja’far, dan setelah masa iddahnya usai, Asma’ pun dinikahi oleh Abu Bakar yang darinya memiliki putra bernama Muhammad bin Abu Bakar. Dan setelah wafatnya Abu Bakar, Asma’ pun dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib. Suatu ketika kedua putra Asma yang bernama Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar bertikai, karena mereka saling membanggakan ayahnya dan mengatakan dirinya yang lebih mulia. Maka Ali pun memintanya untuk melerai mereka. Maka dengan cerdas Asma; mengatakan: “Kalau pemuda yang paling utama di dalam Islam maka Ja’far bin Abi Thalib, sedangkan orang tua yang paling utama di dalam Islam adalah Abu Bakar”. Mendengar itu Ali bin Abi Thalib bangga juga sedih, maka Asma pun menjawab: “Adapun engkau wahai Ali, engkau yang ketiga namun kamu yang paling bahagia”. Mendengar itu Ali pun tersenyum.

            Asma binti Umais juga pintu fiqh bagi para muslimah terkait muamalah istri dengan tamu- tamu yang datang. Dimana ketika Asma masih menjadi istri Abu Bakar, Asma didatangi saudara- saudara Ja’far dari Bani Hasyim. Dari sana Abu Bakar tidak menunjukkan ketidaksetujuannya. Maka dari sini ulama menggali hukum bahwa tamu- tamu yang datang kerumah harus dengan izin suami, dan istri tidak boleh menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya, sekalipun dari kalangam kerabatnya.

            Asma juga menjadi sosok sebab turunnya salah satu ayat, dimana ia bertanya kepada Rasulullah lantaran di dalam Al-Quran hanya menyebutkan keutamaan, pahala yang Allah berikan kepada mu’min, dan muslim  tanpa menyebutkan porsi khusus bagi mu’minah dan muslimah. Maka turunlah Al-Ahzab ayat 35 yang menjawab pertanyaannya tersebut.

            Inilah sosok Asma binti Umais, shahabiyah yang sangat taat sholihah, pemberani, pejuang yang tangguh, yang mendapatkan kemuliaan menjadi istri dari dua khalifah (Abu Bakar dan Ali) dan dua syahid (Ja’far dan Ali).

Wallahu a’lam bish showab.

           

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar