Perempuan
yang dikenal sebagai shahibu safinah, istri dari salah tiga sahabat Rasulullah
saw, istri dua Khalifah dan dua syuhada. Ketika
perintah hijrah ke Habasyah turun, maka berangkatlah para sahabat yang memiliki
kedudukan, juga keturunan bangsawan untuk mengamankan posisi mereka yang begitu
penting dalam dakwah. Perjalanan hijrah itu tidaklah mudah, karena mereka harus
menempuh perjalanan sangat jauh, dari Mekkah menuju laut Aden yang berada di wilayah
Yaman. Kemudian mereka menyebrang laut dengan perahu.
Kala itu Ja’far pun ditunjuk sebagai ketua
para sahabat yang menjadi delegasi hijrah ke sebuah negeri yang Raja yang adil
tersebut. Namun kepergian mereka membuat kaum Quraish marah, sehingga mereka
dikejar oleh utusan Quraish agar bisa memulangkan mereka.
Karena raja Najasyi adalah sosok yang bijak
dan adil, maka ia terlebih dahulu mengajak dialog dari dua arah. Asma’ binti
Umais sebagai istri sang ketua berusaha mendukung dan meyakinkan Ja’far agar
tidak ragu menyampaikan kebenaran tentang Isa bin Maryam, sekalipun Nabi ini
disembah oleh raja, para pembesar, dan rakyatnya. Dengan kecerdasan Ja’far, sebelum
menjawab tantangan itu, ia membacakan surat Maryam, yang isinya begitu
menggetarkan hati raja Najasyi. Perlindungan pun diberikan kepada mereka, kemudian
sang Raja mengusir delegasi Quraish juga hadiah- hadiahnya untuk dibawa pulang.
Bahkan setelah itu raja Najasyi juga masuk Islam, walaupun masih ia
sembunyikan.
Selama
hampir 12 tahun, di negeri tersebut para sahabat terus bertahan dengan penuh
kesulitan, ketidakpastian, kekurangan, juga ketidakstabilan. Hingga pada tahun ke 7 hijriyah, Ja’far
dan Asma’ pun menyusul hijrah ke Madinah. Ketika mereka tiba, karena kedekatan
Asma dengan Hafshah binti Umar, maka Umar bin Khattab menyindir Asma’ karena ia
dan suaminya sangat terlambat untuk berhijrah ke Madinah. Asma’ pun berusaha
membela diri bahwa walaupun terlambat dalam hijrah ke Madinah, selama ini mereka
telah menahan rasa sulit, sakit, duka, dan ketidakstabilan dimana semua itu
dilakukan demi perjuangan, dan tidak ada tempat mengadu bagi mereka kecuali kepada
Allah. Sedangkan para sahabat yang di Madinah berada di sisi Rasulullah dan
bisa mengadu juga bertanya jika ada masalah.
Asma pun mengadukan hal itu kepada
Rasulullah, maka beliau pun membenarkan pembelaan Asma, membelanya dan
mengatakan: “Sesungguhnya tidak ada yang berhak akan diriku dari kalian,
karena mereka hijrah sekali sedangkan kalian dua kali”.
Kedatangan mereka membuat Nabi sangat
bahagia, selain ketika itu kaum muslimin baru saja mendapatkan kemenangan dalam
perang Khaibar. Maka Rasulullah mengatakan: “Hari ini aku begitu bahagia,
namun aku tidak tahu apakah bahagiaku ini karena kemenangan kaum muslimin atau
karena kedatangan Ja’far”
Tak lama dari tibanya mereka, seruan jihad
pun datang kembali, dimana ketika itu kaum muslimin akan menghadapi 200.000
pasukan Romawi dengan gabungan pasukan Kristen Arab, juga dari Syam, sedangkan
pasukan kaum muslimin hanya berjumlah 3000. Rasulullah menunjuk 3 panglima,
yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.
Ketiga panglima itu pun mematahuhi perintah Rasul sekalipun banyak hembusan
dari kaum Yahudi yang mengatakan bahwa mereka pasti akan mati, karena seperti
dalam agama mereka, jika seorang Nabi telah menyebutkan nama panglima berturut-
turut, maka pasti semuanya akan gugur.
Peperangan yang seolah tak seimbang
itu menjadikan beberapa sahabat ragu dan ingin mengadu ke Rasulullah, namun
Ja’far justru meyakinkan mereka bahwa apa yang Rasulullah putuskan pasti
tidaklah salah. Maka di dalam medan itu Zaid pun gugur, dan panji dipegang oleh
Ja’far yang kemudian mengalami 73 titik luka, tangan kanannya dipenggal,
sehingga ia memegang panji dengan tangan kirinya, lalu ia pun dipenggal dan
gugur syahid. Berikutnya panji dipegang Abdullah bin Rawahah hingga ia gugur,
dan terkahir dipegang oleh Khalid bin Walid sampai ia berhasil membuat strategi
yang menjadikan pasukan Romawi mundur.
Rasulullah
pun mengabarkan bahwa arwah Ja’far langsung dibawa burung menuju surga, dan
kelak di surga kedua tangannya Allah ganti dengan kedua sayap, sehingga
ia disebut ath-thayyar. Maka Rasulullah pun meminta para sahabiyah,
tetangga Asma binti Umaie untuk memasak dan menghibur Asma binti Umair sebagai
penghormatan kepadanya.
Maka
setelah gugurnya Ja’far, dan setelah masa iddahnya usai, Asma’ pun dinikahi
oleh Abu Bakar yang darinya memiliki putra bernama Muhammad bin Abu Bakar. Dan
setelah wafatnya Abu Bakar, Asma’ pun dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib. Suatu
ketika kedua putra Asma yang bernama Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu
Bakar bertikai, karena mereka saling membanggakan ayahnya dan mengatakan dirinya
yang lebih mulia. Maka Ali pun memintanya untuk melerai mereka. Maka dengan
cerdas Asma; mengatakan: “Kalau pemuda yang paling utama di dalam Islam maka
Ja’far bin Abi Thalib, sedangkan orang tua yang paling utama di dalam Islam
adalah Abu Bakar”. Mendengar itu Ali bin Abi Thalib bangga juga sedih, maka
Asma pun menjawab: “Adapun engkau wahai Ali, engkau yang ketiga namun kamu
yang paling bahagia”. Mendengar itu Ali pun tersenyum.
Asma
binti Umais juga pintu fiqh bagi para muslimah terkait muamalah istri dengan
tamu- tamu yang datang. Dimana ketika Asma masih menjadi istri Abu Bakar, Asma
didatangi saudara- saudara Ja’far dari Bani Hasyim. Dari sana Abu Bakar tidak menunjukkan
ketidaksetujuannya. Maka dari sini ulama menggali hukum bahwa tamu- tamu yang
datang kerumah harus dengan izin suami, dan istri tidak boleh menerima tamu
yang tidak disukai oleh suaminya, sekalipun dari kalangam kerabatnya.
Asma
juga menjadi sosok sebab turunnya salah satu ayat, dimana ia bertanya kepada
Rasulullah lantaran di dalam Al-Quran hanya menyebutkan keutamaan, pahala yang
Allah berikan kepada mu’min, dan muslim tanpa
menyebutkan porsi khusus bagi mu’minah dan muslimah. Maka turunlah Al-Ahzab
ayat 35 yang menjawab pertanyaannya tersebut.
Inilah
sosok Asma binti Umais, shahabiyah yang sangat taat sholihah, pemberani,
pejuang yang tangguh, yang mendapatkan kemuliaan menjadi istri dari dua
khalifah (Abu Bakar dan Ali) dan dua syahid (Ja’far dan Ali).
Wallahu a’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar