Pages

Selasa, 20 Februari 2024

Membuka Pintu Jodoh

 Akhlak Adalah Kunci

1.     Akhlak kita kepada Allah swt:

§  Yakni memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah swt, tidak hanya menuntut ini dan itu kepada Allah swt tapi tidak memperbaiki diri. Maka harus mulai dari ibadah yang diperbaiki, menambah ilmu, meminta petunjuk kepada-Nya, mendekat kepada-Nya.

§  Senantiasa meminta petunjuk kepada Allah swt dalam segala urusan, karena Allah swt sangat senang jika hambanya senantiasa mendekat dan meminta kepada-Nya, dan sebaliknya jika kita tidak meminta kepada Allah swt artinya kita sombong. Bahkan dalam keseharian kita, dalam hal- hal kecil kita senantiasa melibatkan Allah.

2.     Akhlak kita kepada orang tua:

ü Taat dan patuh pada perintah orang tua kita dalam kebaikan, bukan dalam keburukan seperti menyuruh untuk pacaran, melepas jilbab. Maka dalam kondisi tersebut, kita harus menasehati orangtua dengan baik tanpa mengguruinya. Termasuk dalam masalah jodoh, sehingga harus ada komunikasi dengan orangtua.

ü Menyayangi orangtua setulus mungkin, dan memberikan yang terbaik. Sebelum menikah harus menomor satukan orangtua. Adapun setelah menikah kondisi akan berbeda kecuali pada anak laki- laki. Maka penting untuk mencari laki- laki yang shalih dimana setelah menikah, dia tidak akan menghalangi istrinya untuk menaati orangtua atau menjauhkan darinya dari mereka.  

ü Menjalin komunikasi dengan baik dengan orangtua, termasuk dalam pernikahan, bahkan bisa dimulai dari lima tahun sebelumnya. Karena walaupun kita sudah dewasa atau sudah diatas 20 tahun banyak orangtua yang tetap menganggap anaknya adalah anak kecil di matanya.  

ü Menujukkan kepada orangtua bahwa kita sudah dewasa, mandiri dan sanggup menjadi orangtua.

3.     Akhlak terhadap diri sendiri:

·     Berfirikir positif dalam menilai diri, tidak perlu menilai fisik diri sehingga sulit menerima dirinya sendiri. Tidak perlu minder dengan hal- hal sepele, karena fisik adalah ketetapan dari Allah swt dan setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, bisa jadi ada yang fisiknya goodlooking namun akhlaknya kurang, dan sebaliknya. Maka, selama bisa diperbaiki dengan cara yang syar’i, maka tidak apa, seperti menggunakan skincare dan behel. Begitu pula dalam hal akhlak maka jelas itu bisa untuk diperbaiki. Maka harus focus dengan kelebihan kita, bukan dengan kekurangan kita. Dan kita juga tidak boleh menyepelekan hak yang dibutuhkan tubuh kita, seperti memerhatikan pakaian yang kita pakai yang rapi, bersih, dan sesuai, juga rajin menjaga kebersihan diri, yang semua itu bisa memancarkan inner beuty seorang perempuan, terlebih lagi laki- laki adalah makhluk visual yang melakukan penilaian pertama kali adalah pada fisik. Tidak perlu dengan sesuatu yang mahal, yang penting syar’i dan rapi.

·     Menjaga pola hidup yang sehat, makan yang teratur, istirahat yang teratur, dan menjaga kebersihan diri dan badan, mengelola pemikiran dari hal- hal yang negative, dan harus focus pada kelebihan saja, dan apabila ada kekurangan, jika bisa diperbaiki maka diperbaiki jika tidak maka cukup untuk disyukuri.

4.     Akhlak kepada sekitar dan lingkungan:

§  Menjaga akhlak kepada teman, tetangga, saudara, atau siapapun yang ada dalam lingkup pergaulan kita, tanpa membeda- bedakan.

§  Membatasi pergaulan kita dengan lawan jenis dengan cara tidak menspesialkan seseorang, atau ada perasaan dari mereka bahwa kita memberikan perhatikan yang lebih, bukan dengan memblokir atau tidak berkomunikasi sama sekali, karena pada dasarnya perempuan pasti akan membutuhkan laki- laki dalam muamalah, sehingga harus tetap menjaga komunikasi yang baik, namun tidak dalam hal-hal yang bersifat pribadi.

Keberkahan di dalam Rumah Tangga

            Berkah adalah bertambahnya kebaikan dan kenikmatan, tidak selalu dalam harta, bisa bertambahnya kesehatan, bertambah sholihnya pasangan, anak dan keluarga. Factor yang bisa menambah keberkahan dalam rumah tangga sebagai berikut:

1.     Do’a dan ridho dari orangtua kita

2.     Jalan yang lurus menuju pernikahan, proses yang sesuai dengan syariat sampai menikah.

3.     Niat yang lurus menuju pernikahan semata- mata mencari ridha Allah swt, bukan hanya sekeder ingin, atau agar tidak dikatakan ini dan itu oleh orang lain, atau sekedar karena cinta, atau ingin mencari kebahagiaan, sedangkan di dalam pernikahan pasti banyak sekali ujiannya. Jika dalam pernikahan niat lurus karena Allah swt, maka ujian yang berat akan bisa untuk dihadapi dan menjadikannya tetap bertahan, sehingga kelak Allah swt akan memberikan balasan baik yang berlimpah di sisi-Nya.

4.     Memakan makanan yang halal dan mencari pekerjaan yang halal walaupun tidak banyak atau berlimpah, atau mewah. Jika selalu mencari sumber yang halal maka akan menghasilkan kehidupan yang tenang, sakinah, mawaddah, warahmah.

Taaruf & Ikhtiar Jodoh

            Definisi ta’aruf adalah dari bahasa arab yang artinya saling mengenal, bukan hanya dengan dua orang yang bersangkutan, namun dengan disaksikan atau dengan perantara orang ketiga baik orangtua, keluarga, atapun yang lainnya.

            Adapun tunangan tidak ada istilahnya di dalam Islam, namun dari orang barat. Tunangan ada yang difahami sebagai proses tukar cincin yang disaksikan keluarga untuk menuju ke jenjang yang lebih serius, namun sebelum lamaran. Ada juga yang memaknainya setelah lamaran. Namun sebagai muslim, maka seharusnya adat ini tidak perlu kita gunakan.

            Adapun lamaran maka dilakukan setelah ta’aruf setelah ada kecocokan antara keduanya. Maka ketika seorang laki- laki melamar seorang perempuan, maka lamaran tersebut akan mengikatnya, dan perempuan tersebut tidak boleh menerima lamaran orang lain, juga tidak boleh ada khalwat baik secara langsung atau di sosial media. Dan harus ada itikad baik untuk menikah.

            Adapun dalam proses ta’aruf maka harus memiliki niat baik sejak awal dan sudah siap menikah, juga orangtua sudah memberikan izin untuk menikah. Selama proses tersebut harus tetap menjaga akhlak yang baik, namun tidak memberikan informasi- informasi yang dibaluti dengan kebohongan yang tidak sesuai fakta, namun harus dengan menyebutkan kelebihan dan kekurangan satu sama lain, namun bukan berarti menunjukkan segala hal apalagi aib yang justru harus ditutup rapat.

            Jika kedua belah pihak sudah merasa cocok, walaupun belum ada rasa cinta, maka kita bisa menyampaikan kepada kedua orangtua, untuk ke proses berikutnya, yaitu lamaran. Setelah ada lamaran dari pihak keluarga laki- laki, maka dari pihak perempuan bergantaian untuk mengunjungi keluarga laki- laki untuk membicarakan akad, walimah dan mahar.

            Adapun hal- hal yang bersifat sensitive dan kontroversi juga perlu dibahas di dalam ta’aruf, dimana hal tersebut bisa menyebabkan konflik, seperti masalah poligami (bagaimana pandangan laki- laki tersebut, apakah ada keinginan untuk poligami), saling menukar CV, dan mengajukan pertanyaan yang ingin diketahui, seperti apakah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga saja, terkait pemikiran, tempat tinggal setelah menikah, madzhab. Hal- hal tersebut perlu ditanyakan agar tidak menjadi boomerang setelah menikah.

            Selama proses ta’aruf selalu istikharah dan membaca doa istikharah, karena meilbatkan Allah swt sangat penting apalagi dalam perkara yang besar.  Dan tidak perlu mnyampaikan aib di dalam proses tersebut, walaupun memiliki masa lalu yang sangat buruk, selama sudah bertaubat, hijrah, dan menutupinya dengan kebaikan- kebaikan, maka pantas dan mudah saja bagi Allah swt untuk memberikan yang  jauh lebih baik, karena seseorang tidak bisa merubah masa lalu dan fokus memperbaiki masa depan. Dan jika terjadi sesuatu setelah pernikahan, misalnya ditanya oleh pasangan terkait keperawanan, maka tidak perlu dijawab dengan jujur dan lebih baik untuk berbohong. Naudzu billahi min dzalik.

            Adapun ikhtiar bagaimana menjemput jodoh, banyak perempuan yang setelah hijrah dia benar- benar membatasi dirinya dari lawan jenis sampai tidak melakukan komunikasi sama sekali, padahal seharusnya yang dia lakukan itu adalah memahami batasan, walaupun tetap ada komunikasi akan tetapi tidak boleh bawa perasaan atau membicarakan hal- hal yang bersifat pribadi yang tidak ada kepentingan sama sekali. Maka untuk ikhtiar tersebut, setidaknya ada empat cara:

1.     Berusaha sendiri dengan bergaung dengan komunitas, atau organisasi dimana ingin mendapatkan jodoh orang yang berada di komunitas tersebut misalnya. Kemudian jika perempuan maka bisa dengan megajukan diri langsung untuk mengajak ta’aruf dengan syarat sudah mengetahui informasi kesiapan dia untuk menikah, rencana menikah, dan sudah ada atau tidaknya calon. Atau bisa dengan dengan meminta tolong guru atau penanggung jawab di komunitas tersebut untuk menanyakan. Adapun jika laki- laki maka biasanya dengan nekat, langsung mengajak orang yang ada ia memiliki kecenderungan terhadapnya.

2.     Meminta bantuan kepada guru, murabi, pembimbing yang kita belajar kepadanya untuk dicarikan. 

3.     Meminta kepada keluarga atau orangtua dengan komunikasi dan menjelaskan kriteria yang kita inginkan, atau minta dihubungkan dengan sepupu, baik yang jauh ataupun yang dekat. Untuk menghindari adanya resiko jika tidak saling suka, sehingga ketika bertemu saat kumpul keluarga akan ada rasa kurang enak, maka perlu perantara orangtua.

4.     Mengikuti program ta’aruf online, yang memang komunitas tersebut dibuat dengan tujuan untuk menjodohkan membernya yang serius menuju ke jenjang pernikahan. Namun ini harus menjadi opsi terakhir setelah melakukan usaha- usaha sebelumnya, dan harus sangat berhati- hati karena perkenalan online tidak selalu sesuai dengan fakta, dan jangan sampai terperangkap dengan kedok penipuan di social media. Karena untuk menilai seseorang jangan dari social media atau dari orang yang tidak kenal darinya, namun dari orang- orang yang ada di sekitarnya, dan sering berinteraksi dengannya.

Inilah resume materi ke 4 dari kelas pra nikah, semoga bermanfaat. 

Wallahu a’lam bish showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar