Pages

Minggu, 18 Februari 2024

Faktor Penghalang Jodoh

 PERTAMA: PSIKOLOGIS

Ketika Allah swt belum memberikan jodoh, padahal merasa sudah cukup secara persiapan, maka semua itu adalah bagian dari taqdir. Namun, ada hal yang harus difahami bahwa ada sejumlah penghalang faktor psikologis, yaitu:

Faktor internal:

1. Kriteria terlalu perfect: missal ada seorang laki yang tampan ingin perempuan yang cantik jelita diatas rata- rata, pendidikan S2, sholihah, hafidzah, keluarganya mapan, sehingga banyak perempuan yang minder dan tidak mau dengannya. Dalam hal ini, bukan berarti kita tidak boleh punya kriteria, akan tetapi justru kita harus punya, namun kita harus mengetahui kriteria yang harus benar-benar ada dan yang tidak harus ada. Adapun kriteria yang paling penting dan utama yang harus ada setidaknya ada tiga, yaitu sholih, bertanggung jawab, penyayang & akhlaknya baik. Adapun yang lainnya maka itu adalah bonus dari Allah, bukan tidak boleh tidak ada, yaitu misal kaya, rupawan, pendidikan tinggi. Jika Allah swt beri itu adalah suatu kenikmatan yang harus disyukuri, jika tidak maka harus diterima dengan ridho.

2. Kurangnya rasa percaya diri: dimana banyak kita temui orang yang baik- baik saja kondisi fisiknya, tapi merasa minder, insecrure, merasa tidak punya uang, tidak pintar, fisik kurang sempurna, sering sakit, dan lain- lain. Sehingga merasa dirinya tidak pantas untuk menikah dengan siapa- siapa, dan memandang orang lain terlalu sempurna. Akhirnya dia minder untuk bergaul dan berinteraksi dengan siapa- siapa.

Padahal bisa jadi sudah ada yang sholih kemudian dia tolak karena tidak percaya diri dengan fisiknya. Maka seharusnya dia berusaha untuk mempercantik diri, mengeluarkan inner beautynya, karena cantik itu relatif. Dan pada faktanya banyak pasangan yang mengalami dan merasa sama-sama saling minder, sehingga ketika sudah menikah akan mudah untuk dapat saling menerima.

3. Masalah ekonomi atau keuangan (terutama bagi laki-laki): Banyak yang merasa penghasilannya masih sedikit, merasa kurang jika untuk menikah, belum punya rumah, kendaraan, masih punya hutang, gaji yang hanya cukup untuk sendiri, sehingga ia takut ditolak dan dimarahi oleh calon mertuanya.

Maka seharusnya ia kembali mengokohkan keyakinan dan memohon kepada- Nya bahwa ia menikah karena Allah swt sehingga meminta untuk dicukupkan, dan dibukakan pintu- pintu rezekinya untuk mencukupi istri dan anak- anaknya. Karena yang menjamin rezeki hanyalah Allah swt, bukan atasan, bos atau customer. Apalagi jika menikah diniatkan untuk ibadah dan mendapatkan keberkahan. Maka yang dimaksimalkan adalah doa, dan ikhtiar untuk mencari nafkah, dan berusaha meyakinkan calon mertua untuk akan konsep rezeki.

4. Karir: Banyak orang yang mau menikah jika sudah lulus dulu S1, kemudian ingin lagi ketika sudah selesai S2, kemudian S3, ingin punya rumah, mobil, dll. Padahal menjalani keduanya adalah perkara yang mungkin bersamaan, tidak perlu untuk saling dibenturkan. Semuanya bisa berjalan beriringan, dan justru dengan menikah akan banyak keberkahan, menjadi ladang pahala, dan menjaga dari pergaulan bebas serta berbagai bentuk kemaksiatan.

5. Tanggung jawab: merasa minder tidak bisa menjadi istri atau suami yang baik ketika sudah menikah dengan tanggung jawab yang lebih berat dan banyak. Sehingga ingin berusaha santai menikmati masa muda, dengan teman- teman. Oleh karena itu jika seseoang terus berfikir merasa belum berani memikul tanggung jawab, ingin bebas, tidak ingin terkekang, merasa tidak bisa menjadi pasangan yang baik, maka itu semua akan menjadi penghalang jodoh.

6. Gagal move on: Ketika seseorang memiliki kisah cinta dengan seseorang, kemudian orang tersebut menikah dengan orang lain, kemudian tidak bertekad tidak mau menikah kecuali dengan orang tersebut. Maka rasa tersebut harus dihilangkan dan dibersihkan, juga harus mengikhaskan sosok yang dicintainya. Ia harus meyakini bahwa semua itu adalah taqdir dari Allah swt yang harus diterima dan dihadapi. Pada dasarnya ketika ia tidak bisa move on, tak lain juga akibat kesalahannya yang terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang. Maka ia hendaknya banyak berdoa move on, dan focus untuk mewujudkan kebahagiaan sendiri, melapangkan dan mengikhlaskan semua.

7. Merasa Kurang Persiapan: persiapan ilmu, belum bisa memasak, mengurus anak, dll. Maka solusinya harus dilatih dan terus menambah ilmu, dan jika suaminya membimbing maka harus siap untuk menaati. Namun tidak boleh mengandalkan pasangan karena tidak semua akan mendapatkan pasangan yang bisa membimbing dan memiliki ilmu yang cukup.

8. Menunggu jodoh dan tidak mau ikhtiar: Padahal layaknya rezeki, bahwa ada kewajiban untuk berusaha atau berikhtiar. Ikhtiar tersebut bisa dengan cara bergabung dengan komunitas, minta dikenalkan orangtua, guru, teman, dan yang lainnya.

Faktor Eksternal:

1.       Izin dari keluarga, seperti orangtua atau saudara: Ada orangtua yang masih berat ditinggal anaknya atau belum percaya jika anaknya bisa memikul amanah dan dapat menyelesaikan permasalahan keluarga, atau karena kakak yang belum menikah sehingga takut untuk melangkahinya. Maka perlu dibicarakan kepada orang tua, setidaknya 5 tahun sebelum target menikah, untuk meminta nasehat, dan mensinkronkan kriteria pasangan sehingga bisa sama.

2.       Pengalaman trauma perniakahan, seperti mendengar atau melihat langsung, atau merasakan langsung, seperti cerai atau kdrt dari keluarga saudara, tetangga, atau dia sendiri. Maka harus husnudzon kepada Allah swt, selama kita punya niat yang baik, beribadah dengan baik, berakhlak baik, berikhtiar baik, dan menyiapkan ilmu dengan baik, maka insya Allah swt akan memberikan orang yang baik.

3.       Takut kehilangan sahabat, terutama bagi orang yang suka jalan- jalan dan menghibur diri dengan teman- teman, dan khawatir nanti jika menikah menjadi dikekang. Maka harus dirubah mindsetnya bahwa suami adalah teman sejati dan partner hidup, bahkan selamanya, sehidup sesurga.

4.       Tidak banyak bergaul, seperti tidak banyak berteman, tidak aktif di komunitas, tidak aktif di sosial media, membatasi diri karena introfed. Dengan begitu akan sulit saling mengenal dengan orang. Maka ia harus melawan diri untuk keluar dari zona nyaman, harus belajar untuk mengendalikan itu, karena dengan bergaul ia akan bisa belajar bersosialisai, menghidupkan suasana ketika bersama orang lain, belajar mendengarkan orang lain, juga mengetahui kepripadian- kepribadian orang lain.

KEDUA: DOSA, MAKSIAT, & KEZALIMAN

Bisa jadi kita merasa sudah banyak membekali diri dengan ilmu pernikahan dan ilmu parenting, tapi jodoh belum juga datang atau datang tapi tidak sesuai dengan doa dan kriteria yang kita harapkan. Selain kita meyakini bahwa jodoh adalah bagian dari taqdir yang merupakan ketetapan-Nya dan diluar kuasa kita, akan tetapi kita juga perlu mewaspadai perkara- perakara yang dapat menghalanginya karena perbuatan kita sendiri, yaitu dosa, maksiat dan kezaliman. Contohnya adalah:

1.       Syirik yakni dengan menduakan Allah swt bahkan dalam hal yang Nampak remeh, seperti hanya focus mengejar pekerjaan, mementingkan orang yang lebih kita sayangi daripada Allah swt, suka menunda panggilan Allah. Maka bisa jadi Allah swt menunda- nunda terkabulnya doa- doa kita.

2.       Tidak taat pada orangtua, padahal ketaatan kepada orangtua akan memudahkan dan memberikan keberkahan kepadanya. Mungkin orangtua tetap mendoakan semua anak-anaknya dengan doa dan harapan yang sama, namun kepada anak yang lebih taat maka hati orangtua akan lebih dekat dengannya. Walaupun orangtua kita pernah melakukan kesalahan, atau ada syariat yang ditinggalkan, kita pun tetap harus menghormati. Karena ridho orangtua akan membuka pintu rezeki, termasuk jodoh dan keberkahan yang berlimpah.

3.       Dendam karena adanya kesalahan orang lain kepada kita. Maka harus dimaafkan sekalipun kita pernah dizalimi dan disakiti. Memaafkan tidak hanya di lisan tapi juga harus dari hati yang tulus. Karena dengan memaafkan maka Allah akan membuka pintu rezeki dan keberkahan, serta  ketika kita ikhlas memaafkan mereka kemudian meminta kepada Allah swt agar bisa kita jadikan wasilah tuk terkabulnya doa- doa kita, dan didekatkan rezeki kita.

4.       Rezeki yang tidak halal, seperti makanan yang masuk ke dapam tubuh kita, atau gaji yang tidak didapatkan dari cara yang melanggar syariat seperti riba, harus membuka aurat, atau di tempat atau waktu yang salah. Maka semua itu harus dilepas sekalipun mendapat gaji yang besar.

5.       Berzina, yang merupakan dosa besar, sangat merugikan dan hanyalah kesenangan sesaat. Layaknya orang yang puasa tapi melihat godaan air yang segar kemudian ingin meneguknya sehingga mendapatkan nikmat sesaat, tapi dia akan menyesal begitu lama. Maka begitu pula zina, yang tidak hanya merugikan orang yang melakukannya, tapi juga keluarganya, anaknya (jika ia hamil), juga orang- orang yang ada di sekitarnya, bahkan akan terus- menurus sampai puluhan tahun, bahkan anaknya juga bisa tertekan dan dikucilkan. Zina juga bisa mengahalangi terkabulnya doa, dan akan memberikan malapetaka yang terus- menerus kepada pelakunya.

Dari situ ia harus menutub aibnya, atau pun aib orang yang akan menjadi calonnya, berdoa, menangis dan meminta ampun, bertaubat taubatan nasuha. Focus membuka lembaran baru dan beribadah dengan sebaik- baiknya, dan meminta kepada Allah swt agar diberikan jodoh yang shalih, yang bisa membimbing lebih baik hingga ke surga-Nya.

Dan kita yang tidak pernah melakukan maka jangan sampai menilai orang karena masa lalunya. Aib dan kekurangan berbeda. Jika aib adalah perkara yang sudah berlalu dan tidak bisa dirubah. Adapun kekurangan maka ada potensi untuk dirubah, dan boleh disampaikan saat ta’aruf, missal malas mandi, tidak suka memasak, pelupa.

6.       Memutuskan tali silaturahim, baik kepada saudara ataupun teman. Sudah memaafkan tapi di dalam hati masih berat, baik di depannya tapi membicarakan di belakangnya, pada dasarnya belum memaafkan. Maka harus melapangkan hati untuk memaafkan semua kesalahannya.

Dari ke tujuh dosa tersebut, maka yang harus kita lakukan adalah:

ü  Bermuhasabah dimana dosa yang sering dilakukan

ü  Banyak istigfar, meminta ampun, taubat taubatan nasuha

ü  Memperbaiki diri

ü  Melawan hawa nafsu yang menjadi sebab terhalangnya dosa

ü  Birrul walidain, berbuat baik, taat kepadanya.

 

KETIGA: GANGGUAN GHAIB

Setan sudah berjanji untuk mengganggu manusia sampai hari kiamat, dari atas, bawah, samping sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Quran dan Hadits. Gangguan tersebut akan membuat orang berbuat dosa, maksiat dan kezaliman, juga menanamkan pemikiran- pemikiran yang buruk, dan lemah. Allah swt berfirman:

ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ

“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (Qs. Al- A’raf: 17)

Mengapa setan melakukan semua itu?

1. Karena memang itu tugasnya, dan dia sudah berjanji untuk mengganggu anak keturunan Adam.

2. Karena menikah adalah ibadah, karena bagian dari sunah Nabi. Ibadah yang menutup pintu zina dan menjadi ladang pahala. Maka setan tidak menyukai itu, dan akan terus berusaha merusak hubungan yang halal itu. Gangguan setan bisa terlihat macam- macam, seperti mengalami kegagalan terus dalam mendapat jodoh, rezeki, sakit yang tidak kunjung sembuh padahal sudah dinyatakan tidak ada apa- apa oleh dokter, rasa benci kepada orang lain, dibenci oleh orang lain, pemikiran yang buruk, pemikiran dibuat susah menerima orang yang baru, gagal move on, pemikiran yang bertentangan dengan syariat. seseorang nampak buruk di hadapan orang lain, atau selalu memandang buruk akan wajah orang lain.

Di dalam Al baqoroh ayat 275, yakni ayat tentang riba telah menunjukkan bahwasannya setan bisa merasuki manusia. Maka penyakit jiwa, mental, psikologis juga bisa disebabkan oleh gangguan jin atau setan. Sebagaimana di dalam hadits bahwa setan mengalir dalam aliran darah manusia.

Gangguan tersebut bisa berbentuk:

§  Gangguan kasat, baik yang umum yakni perbuatan- perbuatan maksiat, dosa, kezaliman yang dilakukan manusia, juga pemikiran yang buruk yang semua itu bisa menjadi celah masuknya setan ke dalam kehidupan manusia. Atau perbuatan yang khusus dimana manusia melakukan ritual- ritual yang ada perjanjian dengan jin kafir untuk kerjasama dengan setan, seperti pelet, dan pesugihan.

§  Gangguan nasab, perjanjian yang dilakukan orang tua, leluhur, atau kakak nenek untuk melakukan perjanjian dengan jin dengan ritual- ritual menggunakan benda- benda. Bagaikan hutang yang bisa diwariskan ke anak, maka seperti itulah dampak dari gangguan setan yang memang sudah diajak kerjasama. Dan jin kafir tersebut memang senang memberikan kenikmatan sesaat dan ajakan kerjasama. Dengan seperti itulah setan bisa merusak keluarga anak keturunan orang tersebut.

§  Sihir yang didasari rasa kebencian atau rasa suka yang begitu dalam. Bisa jadi karena sangat mencintai seseorang, maka disihir agar dia tidak suka dan menikah dengan siapapun, atau agar dia cerai dengan pasangannya, atau karena benci kepada seseorang maka dia menyihirnya, baik karena masalah bisnis, persaingan usaha, jodoh, kesehatan, dan lain- lain.

Dampak dari gangguan tersebut bisa berupa fisik seperti suka dibuat malas dan berpenampilan kotor, atau visual seperti tampilan yang tidak enak dilihat orang atau melihat orang lain buruk, atau berupa gangguan dalam bentuk selain fisik, yang menyelesaikannya tidak bisa menggunakan ikhtiar duniawi, namun harus dengan wirid, dzikir, doa dan ruqyah syariyah.

Berdasarkan dalil- dalil hadits yang ada, maka ruqyah ada dua jenis, yaitu ruqyah yang syar'i dan yang bathil, yaitu yang mengandung kesyririkan. Adapun ruqyah syar’i maka hal itu merupakan bentuk tabaruk dan tawasul kepada Allah, untuk mendapatkan kesembuhan melalui zikir, doa dan al Quran.

Di dalam Surat Al- Isra' Allah swt berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. Al- Isra: 82)

Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini menjadi dalil bahwa Al Quran bisa menyembuhkan dua jenis penyakit, yaitu:

1. Penyakit hati berupa keraguan dan kebodohan.

2. Penyakit jasmani atau sakit fisik.

Ibnu Hajar Al- Astqalani mengatakan syarat ruqyah syar’iyah ada tiga, yaitu:

1. Dengan menggunakan firman- firman, nama- nama atau sifat- sifat Allah

2. Menggunakan bahasa Arab atau bahasa yang maknanya bisa dipahami manusia

3. Meyakini bahwa yang bisa menjadikan ruqyah berpengaruh adalah Allah bukan zat ruqyah itu sendiri.

Maka apabila ketiga syarat ini tidak terpenuhi, maka ruqyah tidak dikatakan ruqyah syari.

Wallahu a’lam bish showab

Resume materi kajian pra nikah (materi ke 3)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar