Bismillah.
Adekku..
Ketahuilah bahwa keputusan-mu untuk berpisah dengan orang orang tercinta tidaklah mudah. Karena tak semua orang tua mampu berpisah jauh dengan anaknya. Kita dikirim jauh ke Negeri orang bukan untuk main-main. Mengubur dalam-dalam rasa was-was tentang Negeri ini adalah perkara berat. Semua itu demi masa depan Islam yang akan membawa kemuliaan bagi Kaum Muslimin di dunia dan akhirat ..
Adekku..
Tidak ada yang kebahagiaan yang akan kau raih jika dirimu hanya membayangkan sesuatu yang menyenangkan disini..
Adekku..
Sadarilah sebelum kau terkejut. Kuatkanlah sebelum tubuhmu shock dan menjadi lemah. Tancapkan tekad sedalam yang kau mampu. Canangkan target yang setinggi kau bisa.
Jangan kaget jika tiap pagi dan petang kau harus menempuh puluhan kilo meter, berjam-jam di atas bus tua yang sudah menjadi saksi puluhan generasi diatas kita. Klakson yang berisik karena saling berebut, dan macet yang membuat-mu tertidur dan lelah di atas kursi, atau bahkan berdiri.
Jangan kaget jika setiap hari kau harus berjalan ratusan meter untuk datang di berbagai taman surga.
Tak ada lagi sepeda atau motor yang bisa membawa-mu masuk ke jalan dan gank yang kau mau..
Jangan kaget jika setiap hari kaki mu harus naik dan turun ratusan anak tangga. Turun dari apartemen yang berlantai empat, naik lagi ke kampus yang berlantai lima, turun dan kau akan naik lagi di ruangan lain yang harus kembali dikejar di sore harinya.
Jangan kaget jika dalam sehari kau bisa menemukan belasan bahkan puluhan pengemis dan peminta minta. Mulai dari balita hingga tua renta.
Jangan terkejut jika kau harus menahan bau busuknya sampah yang tak pernah dipisah antara yang kering dan basah. Puluhan anjing kurus, kotor dan dekil pun akan menjadi sahabat di setiap perjalanan-mu. Bagaikan ayam dan kucing di negeri kita.
Jangan terkejut jika semakin hari tas-mu semakin berat, sepatu-mu mudah rusak, dan tubuhmu semakin kurus karena tenaga yang terkuras dari pagi hingga malam gelap.
Jangan sedih jika kau selalu melihat pertengkaran, teriakkan di tengah jalan yang membuat waktu-mu terbuang. Marah yang terus terluapkan karena hidup yang serba susah.
Negeri ini tak ada bedanya dengan negeri kita. Kehidupan keras, penuh persaingan dan amarah. Semua mencari segala cara untuk mengisi perut mereka. Tak lagi malu meminta kepada siapapun yang dilihatnya. Tak ada lagi segan untuk melampiaskan segala kebutuhan jasmani dan naluri dengan cara yang tak pantas dimilik oleh orang yang meyakini agama ini.
Jangan terkejut jika hampir setiap hari kau mendengar ada yang tertangkap razia, dilecehkan, atau kehilangan benda berharga. Itu sudah biasa. Nauzubillahi min dzalik.
Tapi ingatlah dek, dibalik panasnya suhu dan amarah yang terus meluap-luap, diantara kotornya dan gersangnya jalanan karena sedikit daun pepohonan, dibalik bau busuknya tumpukan sampah, di dalamnya ada mutiara yang berharga. Kecil namun harganya tak terkira. Kasat mata tetapi dapat merubah dunia.
Mutiara itu adalah warisan Nabi kita. Yang tersimpan rapi dalam dada-dada Ulama dan Masyayikh, yang tersusun indah dalam kitab-kitab turats, yang tersampaikan dengan begitu mengagumkan dalam halaqoh ilmu yang pagi hingga larut malam tiada henti, Ahad sampai Sabtu tak akan mengenal hari libur. Dan jarang sekali kau temukan tanggal merah.
Sekali lagi mutiara itu sangat kecil, banyak, namun berserakan tak karuan.
Adekku..
Jika kau tak tahan bau _semerbak_ sampah itu, dahaga yang setiap saat meraung, lapar yang harus tertahan, panas yang membuat tak nyaman, atau dingin yang menusuk tulang terdalam, dan berisiknya bisikkan berbagai godaan, marahnya orang orang yang mengais kehidupan di ibukota ini, kau tak akan mendapat mutiara itu.
Jangan pernah terbayang siapapun yang pulang dari Negeri ini selalu telah terisi jiwa-nya dengan sejuta ilmu dan taqwa, janganlah bayangkan gelar yang membuat nama seseorang semakin panjang menjamin kelayakan untuk menjadi teladan. Jangan bayangkan jika semua yang terlahir dari Universitas Islam tertua ini kelak bisa menjadi para pembela Islam yang mukhlis. Karena ada diantara mereka yang hanya mengharapkan kenikmatan dunia, menjual Agama dengan menjilat wajah penguasa yang banyak berdusta. Yang bermanis muka terhadap musuh Islam, namun justru menyudutkan para penegak kebenaran.
Jangan dikira yang belajar Islam jauh-jauh disini semua paham akan batas pergaulan, anti dengan ikhtilat bahkan khalwat. Sibuk dengan maksiat, padahal ilmu yang dimengerti dan dihafal begitu menakjubkan.
Adekku..
Tuliskan dalam buku harianmu apa yang ingin kau dapatkan di perantauan ini, agar tak akan ada hari yang terlewatkan tanpa ilmu baru. Tiada detik yang terbuang untuk senang-senang. Tiada lagi pikiran untuk mendekati yang syubhat bahkan keharaman. Kumpul-kumpul yang kurang ada manfaat dan bahkan menambah beban dosa. Tiada lagi cari-cari perhatian dan hanya ingin tenar di dumay. Tak ada lagi pelampiasan akibat rindu yang sulit tertahan. Tak ada lagi target serius hanya untuk menjelajahi rumah-rumah makan ASEAN yang memanjakan lidah. Walaupun bisa menghapus kerinduan masakan Nusantara ala dapur ibunda tercinta. Kenapa? karena satu porsinya bisa untuk membeli satu kitab yang jauh lebih menggoda. Lebih menggiurkan daripada sekedar membuat perut kenyang yang tak kan lama lapar kembali.
Bahkan kau hampir lupa dengan kata shoping dan refreshing untuk mengoleksi foto-foto penuh gaya, menghilangkan penat, karena kala itu hiburan dan rehat bagimu cukup dengan berganti satu kitab ke kitab lain untuk diselami, berganti dari satu talaqi ke talaqi lain untuk didengarkan, atau pergi maktabah untuk membeli kitab walau harus mengorek kantong yang dalam, atau uang jatah-mu jajan menjadi habis di awal bulan.
Tiada kata libur untuk menambah ilmu yang tak kan ada ujungnya, meskipun bangku kuliah sedang tanggal merah.
Tuliskan dek sedetail-detailnya apa yang ingin kau raih dalam samudra yang begitu luas ini. Biar kau tak tenggelam dalam kegelapan yang melenakan tanpa terasa kau hampir menyandang gelar.
Semua cabang ilmu Islam ada disini. Semua pertanyaan dan rasa penasaran yang terpendam akan terjawab disini.
Hingga suatu saat kau akan merasakan betapa kecil, hina dan lemahnya diri ini untuk mampu menguasai berbagai ilmu sebagaimana para sahabat dan generasi setelah mereka. Hingga kau merasakan betapa tak sanggup tubuh mungil ini untuk mengikuti belasan majelis dalam sehari. Betapa waktu itu seakan sempit dan kewajiban tak mampu terhitung. Betapa banyak ketertinggalan yang perlu dikejar tanpa peduli dengan waktu istirahat yang semakin sempit. Betapa banyak kitab yang perlu dibeli dan dimurajaah karena ingatan yang terbatas.
Dan yang terpenting betapa maksiat sekecil apapun harus kau hindari demi terjaganya benih ilmu yang sedang kau pupuk bersama siraman air mata keikhlasan. Karena ilmu adalah cahaya yang tak akan Allah berikan kepada orang yang suka bermaksiat. Karena tak ada yang mebuat kemampuan kita melejit, hafalan kita terjaga, dan ilmu kita senantiasa bertambah dan berkah selain jauhi maksiat dan segala hal yang berbau syubhat.
Adikku...
Semua ini hanya tamparan untuk diriku yang sering lalai, mudah terlena, dan gampang bosan.
Dan mungkin menjadi sedikit nasehat bagi kalian yang akan datang dalam jumlah lebih dari seribu atau bahkan dua kali lipatnya, sebelum kau terkejut sehingga terjatuh atau terseok-seok untuk bertahan bertahun-tahun disini.
Untuk kakak-ku..
Semoga Allah membalas mu dengan sejuta kebaikan di dunia dan akhirat. Rezeki melimpah untuk membeli kitab yang tak ada habisnya didamba-dambakan. Kau bukan siapa-siapaku sebelum ini. Tapi kau lah orang pertama kali yang memecutku dengan pecutan keras, sehingga tak membuatku mengatakan mustahil untuk mengejar semua ketertinggalan. Yang selalu membuatku malu dan bercermin betapa sedikitnya bekalku kesini tapi betapa banyak target yang kuharapkan. Walau harus berlari dan merangkak perpeluh keringat bercampur darah.
Teruslah pecut diri ini kak, hingga dahaga dan lapar itu sirna dengan Ridha-Nya atau mati di jalan-Nya.
Untuk ibuku tercinta..
Yang selalu membisikkan pada jiwa ku yang terkadang ragu "Nak, jangan pernah pelit untuk ilmu. Allah itu Maha Kaya.."
Untuk ayahku tersayang..
Yang telah mewariskan keberanian dalam setiap langkahku, walau aku harus berjalan sendiri dalam kegelapan walau harus menerima resiko pahit nan menakutkan dalam setiap keputusan.
Untuk kakak laki-laki ku yang selalu membuatku rindu..
Kau lah yang mendidik ku untuk selalu sabar, gigih dan serius dalam belajar, selalu berusaha dan memberikan yang maksimal dalam segala hal.
Semoga Allah mengumpulkan kita pada hari saat tak lagi bermanfaat harta dan anak keturunan kecuali mereka yang beriman dan bertaqwa.
Untuk guru guruku, para Ustadz dan Ustadzah, yang tak bisa disebut satu-persatu hanya Dia yang mampu membalas semua teladan, jasa dan keikhlasan yang kalian ajarkan pada kami. Doa doa kalian tak pernah putus kami harapakan hingga kapan pun itu.
#GoresanKerinduan
#TintaPenantian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar