"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar" (Qs. Al-'ankabut : 45).
Khusyuk dalam sholat bukanlah perkara yang mudah. Tidak semua orang mampu. Terkadang orang meneteskan air mata dalam bacaan sholat karena memang ia faham apa yang sedang ia baca. Namun kebanyakan orang menangis dalam sholat nya bukan karena takut kepada Allah, atau sedang mengingat dosa nya yang banyak, juga bukan pula karena rasa takut nya jika itu sujud terakhir yang ia laksanakan dihadapan Allah. Tangisan itu karena ada masalah yang sedang dialami. Bukannya salah, namun seharusnya hal ini menjadi muhasabah. Apakah kita mengingat Allah hingga berjatuhan buliran kesedihan itu saat ketika ditimpa kesedihan dan cobaan?
Lalu, di saat ujian itu sirna, nafas terasa berhembus tanpa halangan, senyum terurai di setiap kegiatan, sholat pun hanya menjadi formalitas, kebiasaan, rutinitas sehari lima kali. Sholat bukanlah kebutuhan kita lagi.
Lalu, sudah seberapa yakin sholat kita diterima jika khusyuk saja tidak?
Kekhusyukkan saat kita bermunajat kepada- Nya bisa kita lihat, pertama apakah dalam setiap gerakkan dan bacaan kita sudah mampu menghayati, atau hanya dibaca karena telah hafal di luar kepala.
Kedua, apakah dalam sholat kita melupakan segala urusan dunia kita? Urusan yang senantiasa mengejar tanpa henti, sehingga saat bertemu dan berbicara dengan Rabb kita menjadi lupa.
Dan yang terakhir, sebagaimana yang Allah katakan : "Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar" (Qs. Al-'ankabut : 45). Kita harus pandai menilai bagaiamana kondisi sholat kita selama ini? Seberapa pengaruh sholat kita dalam keseharian kira? Jangan sampai sholat hanya rutinitas atau formalitas saja karena kita muslim dan telah baligh. Tapi apa yang kita perbuat dan aktivitas kita di luar sholat tak sedikitpun menggambarkan efek dari sholat kita yang 17 rakaat tiap harinya. Belum lagi jika ditambah sholat sholat sunnah.
Tak sedikit pula, diantara kita yang masih berani melakukan maksiat. Sholat jalan, pacaran mengiringi. Sholat terus, ghibah pun tak pernah berhenti. Gunjing sana gunjing sini. Atau bahkan aurat tak ditutup kecuali saat bersujud di hadapan Rabb saja. Sholat jalan, umbar foto narsis di berbagai media juga dilakukan setiap hari.
Khusyuk tidaknya sholat kita bisa dilihat efeknya di hari-hari kita. Apakah waktu kita hanya dihabiskan untuk yang bermanfaat, atau disisipi satu dua maksiat. Baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Jika kita fikirkan, bagaimana mungkin seseorang ketika sholat yaitu waktu dimana benar-benar berbicara dengan Allah saja kita merasa Allah tak melihat kita, apalagi jika diluar sholat dia pasti akan merasa Allah semakin jauh.
Wallahu a'lam bish Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar