"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (Qs. Al Mu'minun : 1)
Pernahkah saat kita melihat berbagai amalan orang lain kemudian terbesit rasa iri? Ketika teman kita senantiasa panjang dalam sujudnya, tak pernah sholat melainkan tepat setelah adzan berkumandang, tak pernah berhenti melakukan shaum sunah, infaq pun selalu banyak, atau ia begitu hebat dalam berdakwah. Pengorbanannya tak terhitung.
Atau saat membaca sirah Nabi dan para sahabat. Sungguh mata kita tak kuasa mengucurkan air lantaran rindu dan malu. Ketika Rasulullah sudah menyebutkan dalam hadits akan janji dan kabar gembira untuk para sahabat yang amat dicinta. Surga sudah menantikan kehadiran mereka. Para malaikat akan menyambut dengan suka ria. Kabar gembira yang tak akan mampu dikalahkan oleh sebesar apapun kenikmatan dunia. Namun, para sahabat pun tetap selalu menangis dalam sujud mereka. Tetap takut, dan tak sedikit pun bangga dengan kabar bahagia itu. Mereka tetap merendah dan merasa hina di hadapan Allah. Sebesar apapun pengorbanan jiwa, harta, dan apapun yang dimilikinya.
Lalu bagaimana kita? Manusia biasa. Yang tak pernah Rasulullah temui. Kita tak hidup bersamanya. Apalagi mendapat janji yang seolah sudah di depan mata. Kerinduan akan kampung yang sebenarnya seakan sirna. Putus asa. Tak pantas diri ini menggapainya. Mengingat amalan kita hanya biasa-biasa saja.
Rasulullah pernah bersabda : "Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat; barang siapa yang mengamalkannya, niscaya ia masuk surga. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Sesungguhnya telah beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) hingga akhir ayat kesembelian". Apa isi ayat tersebut?
"Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya" (Al Mu’minun: 2)
Khusyuk dalam sholat adalah perkara yang sangat berat. Saat bayang-bayang pekerjaan terus mengikuti, kita pasti akan berat untuk berlama-lama bermunajat kepada-Nya. Menghayati setiap makna bacaan sholat yang luar biasa. Membaca ayat tentang hari kiamat kemudian meneteslah air mata. Mendengarkan bacaan imam saat membaca ayat mengenai neraka kemudian terjatuhlah bulir-bulir yang hangat itu ke atas sajadah kita. Atau saat kabar gembira mengenai apa saja yang ada di jannah sedang dibaca. Semakin rindu, tak kuasa membayangkannya. Kemudian saat ruku, i'tidal, sujud dan semua gerakan kita mengetahui artinya. Dan kala sujud terkahir pun, kita menyampaikan segala harapan. Mengadu atas segala kesedihan.
"Dan orang-orang dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna."(Al Mu’minun: 3) Ini adalah suatu perkara yang cukup sulit pula. Dan pemuda sering terjebak di dalamnya. Terlena dengan berbagai fasilitas dan teknologi. Menghabiskan hari-hari dengan canda tawa. Berkelana kesana kemari tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Atau menghabiskan masa penantian di atas jalan kemaksiatan. Juga mencari hiburan secara berlebihan. Lupa akan hakikat kehidupan dan penciptaan. Seolah-seolah kematian hanya tiba saat telah lanjut usia. Perbincangan dan perbuatan yang sia-sia memang nampak membahagiakan. Sedangkan kebaikan yang dilakukan secara terus menerus memang sangat berat serta melelahkan. Bosan. Dan akan semakin sering terasingkan.
"Dan orang-orang yang menunaikan zakat".(Al Mu’minun: 4) Kewajiban ini jika kita amalkan tentu memiliki banyak manfaat. Selain untuk membersihkan harta yang kita miliki, pelaksanaan zakat juga akan memberikan kemudahan dan meringankan orang kurang mampu dalam memenuhi makanan pokok mereka.
"dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (Al Mu’minun: 5-7)
Menjaga kemaluan adalah dengan cara menjauhkan segala perbuatan yang menjerumuskan pada kemaksiatan besar, yaitu berzina. Hal yang terpenting adalah dengan menutup aurat secara sempurna saat kita keluar rumah. Jika perempuan maka harus dengan khimar yang menutupi hingga dada dan jilbab yang menggurung semua anggota badannya kecuali telapak tangan dan muka. Selain itu baik laki-laki maupun perempuan hendaknya senantiasa menjaga pandangan dimanapun ketika pada kondisi harus bertemu atau berpapasan. Juga yang senantiasa berhati-hati dengan budaya yang sekarang sudah merajalela, yaitu liwath, atau yang lebih dikenal dengan homoseksual.
"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.".(Al Mu’minun: 8)
Orang yang beruntung pun juga harus memiliki sifat yang amanah, yaitu apabila ia diberi kepercayaan dalam memegang suatu jabatan, tugas, atau suatu tanggungjawab maka ia akan berusaha sepenuhnya untuk menjalankan amanah itu dengan baik, tidak mencari-cari alasan untuk menelantarkan amanah yang telah dipikulkan. Sehingga orang yang memberikan amanah kepadanya akan merasa puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Begitu pula jika ia berjanji atau melakuan sebuah transaksi dengan orang lain, seperti pinjam meminjam, jual- beli, hutang-piutang, dan semacamnya, maka ia akan benar-benar menjaga, menepati, dan berhati- hati. Dan ini berkebalikan dengan sikap orang munafik sebagaimana yang Rasulullah katakan : "Ciri orang munafik ada tiga : Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia berkhianat"
"dan orang-orang yang memelihara salatnya". (Al Mu’minun: 9)
Ini adalah ciri-ciri orang yang beruntung yang terakhir yang disebutkan di dalam surah al-Mukminun. Memelihara sholat adalah saat kita senantiasa menjaga sholat kita dan tak pernah lalai sedikitpun, juga selalu melaksanakannya di awal waktu, tidak menunda dengan alasan pekerjaan yang bisa dihentikan. Saat adzan terdengar, kaki tak berat untuk segera menyambut panggilan Allah. Dan ini tidaklah mudah, apalagi bagi pemuda yang disibukkan dengan amalan yang sering bertabrakan dengan jadwal waktu sholat tiba. Padahal Ibnu Mas'ud pernah bertanya; "Wahai Rasulullah amal apakah yang paling disukai oleh Allah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Mengerjakan salat di dalam waktunya."Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, "Berjihad pada jalan Allah.”
Dalam surah ini pula Allah menyampaikan tentang ciri-ciri orang yang beruntung dengan diawali dengan sholat dan diakhiri pula dengan sholat. Hal ini menunjukkan keutamaan sholat diatas amalan-amalan yang lain.
Bahkan ketika Aisyah Radhiyallahu 'Anhā ditanya oleh beberapa sahabat : 'Bagaimanakah akhlak Rasulullah Saw.'?" Aisyah r.a. menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur'an. Kemudian Aisyah r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) sampai dengan firman-Nya: dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Kemudian Aisyah r.a. berkata, "Demikianlah akhlak Rasulullah Saw."
Dan pada ayat berikutnya, Allah memberikan sebuah janji kepada orang mukmin yang mau mengamalkan hal-hal diatas sehingga mendapat predikat orang yang beruntung :
"Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya" (Al Mu’minun: 10-11)
Dan surga firdaus adalah surga yang tertinggi yang pasti tak ada satu pun dari kita yang tak menginginkannya. Dan dalam mengamalkan semua hal di atas bukanlah perkara ringan.
Ketika harus senantiasa menjaga sholat tepat waktu, dab khusyuk dalam setiap gerakkan. Saat kita harus menjaga pandangan ketika aurat bertebaran dimana-mana. Saat kewajiban dan amanah banyak, namun kita harus melaksanakan semuanya.
Semoga kita tergolong dalam orang-orang yang beruntung, yang pantas mewarisi surga firdaus.
Wallahualam bish Showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar