Pages

Senin, 11 September 2017

Hampa Tanpanya

"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (Qs. Al-Isra' : 82)

Dalam lingkungan yang sangat buruk seperti saat ini, banyak pemuda yang lebih mudah terbawa dalam kebiasaan negatif daripada positif. Lebih mudah terlena dengan kesenangan yang nampak di depan mata, daripada kebahagiaan yang berpahala. Pemuda saat ini pun kebanyakan lebih mudah terbawa oleh arus budaya-budaya kaum jahiliyah. Mulai dari apa yang mereka dengarkan, lakukan, dan mereka banggakan.

Banyak yang sudah gandrung dengan lagu-lagu sekuler yang dipasarkan oleh negara barat. Satu hari tanpa mendengarkannya serasa sunyi dan sepi. Tak hanya pada lagu yang mereka ciptakan, namun juga para pembuat lagu-lagu tersebut pun tak jarang menjadi idola kehidupan. Menjadi patokan kesuksesan. Menjadi impian untuk dapat dipertemukan.

Demi menghibur diri pun tak sedikit yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar menonton film yang berpuluh-puluh episode. Pun waktu shopping demi fashion dan tampilan tubuh adalah bagian yang sangat diperhatikan. Itulah beberapa gambaran yang merupakan pelarian untuk membuang masalah dan kesedihan.

Apakah seperti itu sebagai seorang pemuda Muslim?
Jika surga adalah tempat yang sangat dirindukan bagi kita, tak sepatutnya kita mengikuti arus yang justru menjauhkan kita dari ridha-Nya.

Rasa sedih, duka, galau, air mata, dan masalah yang silih berganti itu pasti. Tapi bagaimana cara menyikapi adalah pilihan kita.

Dunia ini sebentar. Maka kesenangan dan kesedihan pun juga pasti tak kan lama. Ia akan terus berganti.

Kita bisa melihat kebersihan hati kita saat kita sedang sendiri. Apa yang kita pikirkan saat sunyi dan sendiri itu? Meneteskah air mata kita karena takut pada-Nya? Atau justru memikirkan perkara perkara untuk memenuhi nafsu kita?

Kemudian saat kita berada pada majelis. Apakah kita bisa menghayati? Mengambil ilmu dan faedah darinya? Walau kadang nampak majelis biasa atau remeh, jika kita menghormati apa yang disampaikan dalam majelis tersebut, maka kita akan mendapat pelajaran penting walau kecil.

Terkahir saat kita membaca Al Quran. Apakah kita tahan untuk berlama-lama dengannya? Atau justru berat untuk menikmati setiap ayat-Nya?

Inilah yang seharusnya berbeda antara pemuda muslim sejati dangan pemuda pengekor budaya barat. Sudah saatnya kita kembali pada Al Quran dalam segala kondisi dan situasi. Termasuk bagi siapapun yang sedang membutuhkan hiburan. Untuk sekedar menghasilkan sebuah senyuman, melupakan kejenuhan, atau menyeka air mata.

Ingatlah bahwa Al Quran itu Allah turunkan tak lain tuk menjadi obat dan rahmat bagi siapa yang yakin. Jika kita mampu mendekat sedekat-dekatnya, maka akan banyak sekali keajaiban dan hiburan disana. Menghayati tiap ayatnya, membaca terjemahnya, juga memahami tafsirnya tak lagi menjadi perkara yang berat bagi siapa yang sudah dekat dan cinta pada kalam Sang Pemilik Hati ini.

Akan menjadi masalah, kegalauan dan merasa tak tenang saat satu hari saja tak dimulai dengan membacanya. Hari menjadi hampa jika mulut tak basah dengan kalam-Nya yang mulia itu. Sekalipun sibuk dan sakit, ia akan selalu ingin mengisi rongga hati. Ia akan menjadi bekal pengokoh dalam diri.

Wallahua'lam Bish Showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar