Pages

Minggu, 03 Januari 2016

Kedudukan dan Keajaiban Do’a dalam Islam


     Banyak dari kita yang belum memahami hakikat berdo’a yang sebenarnya. Tak jarang pula yang justru menyalahkan apa yang sudah terjadi pada kita padahal kita sudah berdo’a sepanjang hari, bahkan setiap saat. Kekecewaan yang muncul pun juga membuat kita banyak bersuudzon dengan yang Allah Swt berikan kepada kita.
      Bentuk kekecewaan itu pun juga beragam. Ada yang ketika akan menghadapi sebuah perlombaan, kemudian ia sudah berdo’a dan belajar dengan sungguh-sungguh, namun ternyata tetap kalah dan gagal. Keinginannya untuk unggul atau menang tak tercapai. Dari sanalah banyak yang kemudian “marah” terhadap yang Allah berikan. Karena merasa do’a tersebut sia-sia karena tidak dikabulkan, maka ia tak mau berdo’a lagi.
     Atau ketika melihat teman atau orang yang sudah sangat dekat dengan kita mendapatkan kemenangan. Ia lebih sukses dari kita. Ia selalu mendapat keberuntungan dan hidupnya dilimpahi harta yang senantiasa lebih dari cukup. Sedangkan ia jarang sekali berdo’a atau bahkan ia bukan seorang Muslim. Maka, munculah perasaan iri. Dan yang membahayakan adalah apabila beranggapan Allah Swt “tidak adil”. Dia justru memberikan kenikmatan kepada orang-orang yang bahkan tak beriman kepadanya.
     Namun, justru ketika do’a permohonan itu sudah dikabulkan, banyak diantara kita yang justru mengingkari kenikmatan tersebut. Ketika kemenagnan sudah diraih, kesuksesan sudah di tangan kita. Kebahagiaan pun telah mewarnai setiap hembusan nafas, kemudian kita lalai dan lupa bahwa segala yang kita dapatkan tidak luput dari Kemurahan Sang Pencipta. Semua yang kita miliki tetaplah milik-Nya. Harta, ilmu, kedudukan, rumah, anak, atau bahkan sekedar udara yang kita hirup semua adalah pemberian-Nya. Dari sanalah, banyak yang merasa sombong, tidak bersyukur, bahkan tidak mau berdo’a lagi. Mengganggap do’a sudah tak ia butuhkan lagi.
      Lalu, bagaimana sesungguhnya Islam memberi penjelasan terkait do’a yang sering disalah pahami ini? Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa memutus hubungan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara tiga hal : dikabulkan, ditangguhkan hingga harikiamat , atau dijauhkan dari suatu keburukan musibah yang serupa” (Hr.Ahmad). Dari sana kita dapat mengetahui bahwa kita tidak perlu risau, takut, atau bahkan tak yakin bahwa do’a itu pasti dikabulkan oleh-Nya. Memang, bentuk pengabulannya pun tidak selalu sama dengan apa yang kita harapkan. Jika kita berdo’a, namun tak kunjung terwujud, maka do’a tersebut Allah tunda pengabulannya.
      Kemungkinan kedua adalah Allah Swt mengabulkan dengan bentuk lain. Kita dijauhkan dari keburukan, rasa sedih atau bahkan musibah. Artinya Allah Swt tetap berlaku Adil dan Pemurah kepada setiap hamba-Nya. Atau jika keduanya tidak didapatkan, maka ada kemungkinan yang ketiga yaitu, Allah Swt mengabulkannya di akhirat. Semisal, kita ingin tempat tinggal yang nyaman dan indah, namun hingga Allah menjemput ajal kita, tak kunjung pula dikabulkan. Maka tak menutup kemungkinan bahwa Allah Swt akan mengabulkannya di akhirat kelak. Dengan rumah yang jauh lebih istimewa, indah dan mewah. Begitu pula jika berharap memiliki keturunan yang banyak dan kenikmatan yang lainnya.
     Agar do’a kita semakin didengar oleh-Nya, ada waktu-waktu tertentu yang bisa kita gunakan. Waktu-waktu mustajab itu adalah setiap sholat fardhu, antara adzan dan iqamah, ketika hujan turun, akhir waktu dari waktu Ashar di hari Jum’at, dan sepertiga malam terkahir.
      Dan yang terpenting, kita pun juga harus memahami kedudukan berdo’a itu sendiri di dalam Islam. Pertama, tujuan dari berdo’a adalah ibadah kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam surah Al-Baqoroh ayat 186 : “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Maka, permohonan yang kita lakukan setiap hari itu jangan sampai merubah tujuan kita yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah Swt, karena berdo’a adalah kewajiban kita sebagai Makhluq yang lemah.
    Bahkan, Allah Swt pun juga sangat senang apabila hamba-Nya memohon segala sesuatu kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda : “Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang bila dimintai sesuatu” (Hr.Tirmidzi).
     Oleh karena itu, doa juga merupakan intisari ibadah. Ia merupakan aktifitas ibadah yang paling agung. Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas ra : “Do’a itu adalahnya otaknya (intisari) ibadah”. Rasulullah saw juga bersabda : “tidak ada sesuatu yang mulia di hadapan Allah, selain doa” (Hr. Ibnu Majjah dan Abu Hurairah).
     Kedua, selain untuk memenuhi kewajiban, berdo’a adalah salah satu bentuk ketundukkan kita kepada-Nya. Karena kita adalah makhluq terbatas yang banyak membutuhkan pertolongan, dan senantiasa Allah Swt beri cobaan dalam kehidupan. Selain itu kita juga tidak tahu bagaimana kehidupan yang akan kita jalani setelah kehidupan di dunia ini. Kehidupan yang kekal itu apakah memberikan kebahagiaan kepada kita di Jannah-Nya, atau di dalam panasnya siksa api neraka.
Ketiga, kita pun harus faham bahwa ‘do’a’ adalah bukanlah satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bukan berarti manusia yang harus mempertahankan hidup dengan sandang, pangan dan papan dapat terpenuhi dengan hanya berdo’a. Atau ketika ditimpa musibah, manusia hanya berharap keselamatan dari Allah Swt hanya dengan berdo’a setiap saat. Karena tanpa usaha, do’a pun akan menjadi sia-sia.
     Keempat, berdo’a tidak bisa mengubah sesuatu yang dalam kategori ilmu Allah Swt. Apa yang dimaksud ilmu Allah Swt disini? Yaitu, qodho’ Allah Swt yang ada diluar kekuasaan manusia. Semisal, Allah Swt sudah menetapkan tanggal kelahiran dan jenis kelamin adik kita. Namun, dengan do’a yang sungguh-sungguh sekalipun, apabila Dia sudah menetapkannya maka tidak dapat lagi dirubah. Begitu pula terkait masalah jodoh, kematian, dan rezeki semua itu sudah Allah Swt tentukan kepada setiap manusia. Dan semuanya memiliki takdir yang berbeda-benda pula. Kita hanya bisa berdo’a agar senantiasa diberikan yang terbaik bagi kehidupan kita.
     Selain itu, do’a juga tidak dapat mencabut Qadar Allah Swt. Semisal, pisau yang tajam dapat digunakan untuk memotong daging sapi. Namun, karena penyalahgunaan maka, pisau pun juga dapat membunuh orang. Maka, tidak bisa apabila dengan do’a pisau tersebut menjadi tidak sakit dan tidak dapat melukai atau membunuh orang apabila ditusukkan ke leher atau perut seseorang. Do’a tidak dapat merubah qadar Allah Swt yang sudah pasti dan lazim terjadi.
      Dan yan terakhir, do’a juga tidak dapat merubah hukum sebab-akibat. Semisal ketika kita lapar kita hanya berdo’a kepada Allah Swt agar diberi kekenyangan, tanpa makan makanan sedikitpun. Hal itu penyalahan hukum sebab-akibat, karena akibat lapar hanya bisa dihilangkan dengan mengisi perut dengan makanan. Begitu pula ketika seseorang ugal-ugalan dan tidak hati-hati ketika berkendara, namun ia berdo’a agar diberikan keselamatan. Maka, hal itu sulit membuatnya selamat. Dan disaat seseorang ingin meraih kesuksesan di masa depan, namun hari-harinya hanya diiisi dengan bermalas-malasan, tidak belajar, tanpa usaha maka itu pun mustahil terjadi. Karena do’a memang bukanlah pengubah hukum sebab-akibat.
       Lalu, apakah doa kita hanya untuk ditunda pengabulannya dan dikabulkan dengan perkara lain? Maka, jika ada yang beranggapan seperti itu, maka perlu ditinjau kembali akan pemahamannya terkait hakikat berdoa. Do’a adalah ibadah wajib bagi seorang hamba kepada Allah Swt yang waktunya tidak ditentukan layaknya sholat fardhu. Do’a dapat dilakukan kapan dan dimana saja. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al-A’raf ; 56)
        Untuk mendapat contoh doa-doa yang baik, kita dapat melihat di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Di dalam Al-Qur’an seperti pada ayat-ayat terakhir surah Al-Baqoroh, pada surah Ali Imran ayat 8 dan 9.  Dan masih banyak lagi pada hadits-hadits Nabi, seperti yang diajarkan usai sholat-sholat sunnah. Namun, tiada salah apabila kita memohon doa kepada-Nya dengan bahasa keseharian kita. Tentu dengan pilihan kata yang ahsan, penuh rasa takut dan harapan yang besar. Karena sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Wallahu a’lam bish showab

  

1 komentar:

  1. KINI DEWALOTTO MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU ^-^
    WWW.DEWA-LOTTO.NAME
    WA : +855 88 876 5575

    BalasHapus