Pages

Minggu, 03 Januari 2016

Generasi Hancur, Bangsa Terkubur


    Sudah menjadi fakta lazim, bahwa jumlah remaja di Indonesia sangatlah banyak. Lebih dari setengah jumlah penduduk Negeri ini diduduki oleh usia remaja. Menurut data BKKBN jumlah remaja di Indonesia setara dengan 13 kali jumlah penduduk di Singapura. Artimya penduduk usia remaja di Nrgeri ini benar-banar mendominasi segala usia penduduk Indonesia. Maka, sudah dapat dipastikan pula generasi penerus Bangsa ini akan dipegang oleh banyak orang. Jadi, tidak perlu dirisaukan kepada tangan siapa Pemerintahan Bangsa ini akan dilanjutkan. Disana puluhan bahkan ratusan juta generasi akan siap memegang tombak penentu arah kehidupan rakyat Bangsa ini di masa mendatang.
    Belum lagi, fasilitas pendidikan di zaman ini sudah sangat mendukung. Sekolah-sekolah Negri sudah merabah hingga pelosok-pelosok Desa. Biaya Sekolah Negeri pun sangat rendah, sehingga bisa dijangkau oleh kalangan bawah. Apalagi Perguruan Tinggi saat ini pun menjamur. Baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta berlomba-lomba meningkatkan kualitasnya. Beasiswa bagi pelajar-pelajar yang berprestasi di berbagai bidang pun juga melimpah ruah. Mulai program Sarjana hingga Doktor. Maka, tak heran lagi jika gelar saat ini sangat mudah untuk diraih.
Fakta Terpuruknya Generasi Islam
    Namun, apakah dengan jumlah generasi yang sangat banyak itu, nasib bangsa akan terjamin baik? Apakah ketika pendidikan bukanlah barang mewah lagi, semua itu benar-benar mampu mencetak generasi calon pemimpin yang cerdas dan bertaqwa?
     Sayang, seribu sayang. Semua itu hanya fakta sebatas data, namun tidak akan membawa kabar baik untuk Bangsa kita. Fakta-fakta yang terlihat melegakan hati dan membanggakan jiwa ini telah tertutup rapat oleh sejuta fakta-fakta buruk. Seolah tak ada harapan, tak ada gunanya semua data itu. Kenyataan miris nan mengecewakan itu tak henti-hentinya terjadi pada generasi yang dinantikan itu.
Menurut data BKKBN 2014, dari 237 juta jumlah warga Indonesia, 147 jutanya telah melakukan pergaulan bebas.  Yang melakukannya pun bervariasi, dan yang lebih mencengangkan adalah yang melakukan itu mayoritas juga oleh para remaja yang masih berumur belasan tahun. 4,38 persen dilakukan oleh anak usia 10-14 tahun. 41,8 persennya oleh remaja usia 14-19 tahun dan sisanya yaitu 53,82 persen dilakukan oleh  remaja usia 19-24 tahun. Dan pergaulan bebas itu pun bermacam-macam pula bentuknya. Mulai dari pacaran, seks bebas hingga hamil, aborsi, dan lain sebagainya. Pada tahun 2014 saja, 800.000 remaja juga telah melakukan aborsi janin yang merupakan hasil hubungan di luar nikah.
    Pada tahun 2015 ini saja juga terjadi peristiwa yang semakin membuat nasib bangsa ini kian terambang di masa depan. Usai Ujian Nasional SMP-SMA kemarin, para pelajar merayakannya dengan pesta seks. Banyak dari mereka yang berani menyewa kamar di hotel untuk melakukan perkara bejat itu bersama pasangan-pasangan yang tak halal. Mereka pun juga banyak yang merayakan dengan pesta bikini. Tanpa rasa ragu dan malu.
    Tak hanya itu. Di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Islam di Indonesia, 70 persen Mahasiswinya sudah tidak perawan lagi. Data ini didapatkan atas investigasi kepada salah satu Mahasiswa yang telah melakukan perbuatan semacam itu dengan beberapa Mahasiswi di kampusnya. Sungguh miris.
Itu hanya di salah satu Kampus dan hanya di kalangan Mahasiswa. Belum di wilayah pelajar SMA, SMP, bahkan SD pun jug sudah banyak yang melakukan dan menjadi korban pergaulan bebas. Yogyakarta saja, yang merupakan Kota pelajar juga sudah menduduki peringkat ketiga setelah Jakarta dan Bali karena pelajarnya banyak yang melakukan seks bebas. Bahkan yang melakukannya pun tak sedikit dari kalangan pelajar SMP dan SD. Demi mendapatkan kepuasaan hawa nafsu sekejap. Demi itu, mereka rela untuk menyisihkan uang saku mereka untuk membayar wanita tua yang dapat memuaskan nafsunya.
Itu hanya sekilas fakta saja. Masih banyak fakta lain yang membuat rasa khawatir dan takut akan masa depan ini. Di berbagai Kota-koa besar lainnya juga lebih tak masuk akal lagi.
Dampak Bagi Generasi
    Dengan fakta yang begitu mengerikan, dampak yang lebih mengerikan pun juga menimpa mereka. Karena seks bebas yang dilakukan tanpa henti, dan bergonta ganti pasangan itu menyebabkan penyakit ganas pun menyerang mereka. Virus HIV sudah dialami oleh lebih dari 47.157 jiwa, dan 21.770 jiwa juga sudah terserang penyakit Aids.
    Tak hanya virus dan penyakit ganas yang belum ditemukan obatnya itu. Masa depan mereka pun menjadi tak jelas, hancur bahkan tak sedikit yang berakhir pada bunuh diri lantaran tak tahu langkah apa yang harus mereka lakukan karena hal itu. Karena sudah terlanjur hamil diluar nikah, mereka pun terpaksa berhenti sekolah. Berhenti karena dikeluarkan oleh pihak sekolah, atau karena tak tahan menanggung rasa malu. Dengan begitu, mereka pun akan menjadi individu yang tak berilmu dan memiliki masa depan suram. Dan karena mereka tak berpendidikan, maka anak-anak mereka pun akan lebih tak terdidik lagi. Dan akan terjadi siklus buruk semacam itu.
    Maka, sempurna sudah. Generasi ini akan benar-benar rusak, dan pemimpin yang didambakan sudah tiada lagi. Kerusakan akan terus menjadi-jadi.
Upaya Pemerintah
    Melihat kondisi yang kian hari kian terpuruk ini, Pemerintah pun sudah mengagendakan solusi juga sudah disebarluaskan ke sekolah-sekolah. Namun, solusi itu sama sekali tak dapat menyelesaikan akar permasalahan yang terjadi, justru menambah permasalahan semakin bertambah dan rumit. Solusi yang diberikan bukan dalam rangka menghilangkan tradisi pergaulan bebas di kalangan para pelajar. Akan tetapi, solusi yang dimaksudkan hanya untuk meminimalisir tersebarnya virus HIV/AIDS, dan masih membolehkan terjadinya pacaran.
    Solusi tersebut sering disebut dengan proogram ABCD. A, yaitu ‘Abstinence’, yang bermakna larangan melakukan seks. Tetapi boleh pacaran, ciuman, dan pelukan. B, yaitu ‘Be Faitfull’, yang bermakna setia pada pasangan, jangan berganti-ganti. C, yaitu ‘Condom’, yang dimaksudkan apabila sudah tidak bisa setia dengan satu pasangan, maka boleh berpindah pada pasangan yang lain asalkan menggunakan condom. Dan yang terakhir adalah D, yaitu ‘no use Drug’ yang bermakna tidak boleh mabuk dan menggunakan narkoba, karena berdampak untuk melakukan perbuatan yang lebih parah lagi.
    Dan yang lebih mengejutkan, solusi yang justru menjerumuskan itu telah disebarkan di banyak sekolah, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Padahal, solusi tersebut sangatlah jelas tidak dapat menuntaskan permasalahan yang sudah sangat kompleks ini. Solusi yang diberikan Pemerintah seolah-olah membolehkan pacaran. Namun, jika tidak dapat ditahan boleh hingga melakukan hubungan seks bebas. Dan parahnya lagi bergantian pasangan pun tidak dilarang dengan tegas, namun justru diberi jalan. Apabila seseorang sudah tidak tahan untuk melakukan hubungan semacam itu kepada pasangan yang lain, maka boleh saja asalkan menggunakan condom.
    Lalu, itukah yang dinamankan solusi?
Analisa Penyebab Masalah
    Dari sekian fakta mirisnya tragedi yang setiap harinya pasti remaja melakukannya, pasti ada penyebab yang mendorong mereka melakukan itu tanpa segan-segan. Dan yang jelas, perbuatan itu semakin menjadi-jadi.
    Ada dua penyebab yang menjadi pendorong kejadian tersebut kian menjamur. Pertama, faktor internal, yaitu lemahnya pemahaman Iman dan Islam di masyarakat. Baik, remajanya itu sendiri, orang tua yang membesarkan mereka, para guru di sekolah yang mendidik mereka, masyarakat yang mereka hidup di tengah-tengahnya, juga Pemerintah yang memimpin jalan kehidupan di Negeri ini. Namun, yang paling dominan adalah faktor orang tua dan sekolah. Orang tua, dimana para remaja seharusnya banyak menghabiskan waktu di rumah bersama mereka. Sekolah, dimana mereka menuntut ilmu sejak pagi hingga siang atau sore hari dan dilakukannya selama belasan bahkan puluhan tahun.
    Faktor lemahnya pemahaman Iman dan Islam terutama pada orang tua, membuat anak-anak mereka tidak terbentengi dengan kuat. Para orang tua tersebut tidak memiliki pegangan erat terhadap Islam, sehingga mereka tidak mendidik anak-anak mereka pula untuk berteguh pada hukum Allah. Peraturan yang dibuat oleh Sang Pencipta yang sebenarnya mampu melindungi mereka dari perbuatan keji nan hina itu mereka lupakan dan mereka tinggalkan begitu saja. Sehingga, mudah sekali bagi mereka untuk terbawa oleh zaman yang sudah meninggalkan hukum Islam ini pula.
    Selain itu, di sekolah pula mereka hanya mendapatkan pelajaran Agama Islam sangat terbatas. Dalam waktu satu minggu, yang terdiri dari dari puluhan jam pelajaran, pelajaran Agama Islama hanya diberikan 2 jam pelajaran saja. Terlebih, pelajaran Agama Islam yang diberikan juga hanya mencakup Ibadah Mahdhoh saja. Hanya seputar Wudhu, Sholat, Puasa, Zakat, Haji, dan Hari besar dalam Islam. Tak lebih dari itu. Mulai jenjang Sekolah Dasar, bahkan hingga Sekolah Menengah Atas. Sehingga mereka tidak pernah mengerti bahwa Islam pun juga mengatur perkara-perkara yang lain, dan sangatlah kompleks, termasuk sistem pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
    Kedua, faktor eksternal, yaitu adanya perubahan budaya menuju dunia maya. Hari ini, gadget adalah benda wajib yang harus dimiliki para generasi di abad 21. Tanpa gadget, hidup mereka seolah hampa tanpa rasa dan mereka sangatlah ketinggalan zaman. Media atau dunia maya jauh lebih digemari oleh para remaja. Maka, banyak dari mereka yang akhirnya tak mengenal dunia nyata yang mereka benar-benar hidup di dalamnya.
    Dampak media ini sudah sangat tampak jelas. Apalagi jumlah handphone yang ada di Indonesia jauh lebih banyak dibanding jumlah penduduknya yang berjumalah sekitar 237 juta. Hal itu menunjukkan bahwa, handphone dan gadget saat ini sudah menjadi salah satu kebutuahan pokok, dan bahkan harus dimiliki lebih dari satu. Terlebih, penggunaannya pun tak jarang menyalahgunakan. Dengan adanya internet yang jangkauannya sangat luas, mereka pun bisa mendapat informasi dari belahan dunia lain dalam hitungan detik. Mereka pun juga dapat saling berkomunikasi, dan dapat mendapatkan hiburan dengan sangat mudah. Banyaknya para generasi yang kecanduan menggunakan internet, layanan facebook, twitter, gambar dan kartun di google juga video-video serta film-film akhirnya Indonesia pun menduduki peringkat kedua setelah Amerika sebagai pengguna internet terbanyak.
    Dengan bebasnya gambar-gambar, video, dan film vulgar yang masuk di Internet dan banyaknya pula penggunanya dari kalangan remaja, maka semakin bertambah buruklah generasi ini. Dari sana banyak hal yang mampu merangsang atau memancing naluri eksistensi diri dan naluri melestarikan jenis yang pasti setiap insan memilikinya. Naluri eksistensi diri yaitu seperti ingin diperhatikan, ingin selalu terkenal, ingin foto wajahnya dikenal semua orang, ingin dipuji, atau bahkan curhat dan marah-marah, semuanya dapat dilampiaskan di dunia maya. Tanpa batas, keraguan, dan adanya larangan sedikitpun. Begitu pula naluri melestarikan jenis. Disana mereka dapat berkomunikasi dengan lawan jenis yang bahkan tak dikenal sekalipun sebelumnya. Tak luput pula dari gambar, video, dan film pornografi yang sangat mudah mereka akses. Semua itu akan sangat mudah untuk diikuti oleh mereka.
    Dari sanalah generasi ini kian hari kian hancur, bukan berprestasi dan bangkit untuk meraih kesuksesan. Mereka tidak terdidik oleh Islam melalui mulut-mulut dan tangan-tangan orang tua mereka, namun hari-hari mereka dididik oleh media yang sangat vulgar dan melenakan.

 Upaya Kita Sebagai Muslim

    Jika memang kondisi keluarga sudah tidak mampu membentengi diri. Jika faktanya, sekolah dan para guru tidak mampu kita andalkan. Jika memang peraturan di Negeri ini justru membuka pintu kemudahan untuk kemaksiatan dengan tidak diterapkan hukum Islam.
Maka, jika memang kita tidak ingin menjadi generasi yang hancur. Generasi yang masa depannya terambang. Generasi yang terjebak dalam jurang kemaksiatan. Seharusnya, ada jalan lain yang kita tempuh untuk meyelamatkan diri kita dari bahaya pergaulan bebas tersebut. Ada suatu langkah baru yang tepat dan dapat menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.
   Pertama, untuk menjauhkan diri kita dari perbuatan maksiat yang selalu ada di sekitar kita, maka harus ada sesuatu yang membentengi. Dengan kajian-kajian Islam secara rutin, maka hal tersebut dapat melindungi kita. Apalagi, sebagai seorang manusia pasti keimanan kita akan mengalami naik turun, sehingga dengan adanya kajian Islam secara rutin, kita akan senantiasa diingatkan pula secara rutin pada aktifitas kebaikan dan senantiasa menjauhi kemaksiatan.
    Kedua, berkumpul bersama orang-orang Sholih. Seringkali, ketika kita sudah merasa faham dan teringat untuk selalu menjauhi kemaksiatan tersebut. Namun seringkali pula kita lalai, atau bahkan hampir terjerumus. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan kita berteman dengan orang-orang yang salah. Teman-teman yang belum mampu menahan diri dan menggunakan waktunya untuk kebaikan. Mereka yang bisa membawa kita pada amalan mubah, makruh, bahkan haram. Seperti mengobrol tanpa henti, membicarakan orang lain (ghibah), menonton film tak berfaedah dan video artis-artis, menghafal lagu-lagu tak bermakna, kebanyakan tidur, dan lain sebagainya. Oleh karenya, penting bagi kita untuk lebih memilih teman yang dapat membawa kita menuju kebaikan.
     Ketiga, banyak menambah amalan Sunnah. Untuk semakin memperkuat iman, maka tidak ada ruginya jika kita terus memperbanyak amalan sunah, seperti sholat rawatib, puasa senin-kamis, membaca dan menghafal Al-Qur’an. Dan sebelum memperbanyak amalan-amalan Sunah tersebut, perlu pula bagi kita untuk memperbaiki amalan wajib kita, terutama sholat fardhu. Karena Allah swt telah berfirman dalam Kalam-Nya : “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Maka, apabila sholat kita sempurna dan diterima Allah, maka kita pun akan terjaga dari perbuatan yang keji. Selain memperbaiki yang wajib dan memperbanyak yang sunnah, kita pun juga harus menjauhi yang mubah. Karena banyak perkara mubah yang justru dapat menjerumuskan. Seperti menonton televisi secara berlebihan, mendengar dan menghafalkan lagu yang melalailkan, membicarakan artis, dan semacamnya. Allah swt pun juga telah mengingatkan kepada kita di dalam Surah Al-‘Ashr.
      Keempat, beramar ma’ruf nahi munkar. Tiga perkara diatas merupakan benteng yang harus kita bangun setiap saat untuk menyelamatkan diri sendiri. Namun, tidak cukup sampai disini. Kita juga perlu menyelamatkan teman-teman kita. Mereka pun adalah generasi yang akan memegang estafet kepemimpinan di Negeri ini, bersama kita. Karena kita butuh kekuatan yang besar untuk menyelamatkan Umat di masa depan. Dalam Surah Ali Imran ayat 110, Allah swt berfirman bahwa kita sebagai seorang Muslim adalah Umat terbaik yang harus mengajak kepada kebaikan (ma’ruf) dan mencegah dari keburukan (munkar). Maka, itulah kewajiban kita untuk mengajak teman-teman agar mereka pun tak terjebak dalam kubangan syaitan.
Wallahu a’lamu bish showab.


“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al-‘Ashr)

1 komentar:

  1. KINI DEWALOTTO MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU ^-^
    WWW.DEWA-LOTTO.NAME
    WA : +855 88 876 5575

    BalasHapus