Pages

Jumat, 19 September 2014

The Motivation of Lawu Mountainering


My Mind Mapping...


Memang, kami belum pernah sekalipun melakukan pendakian gunung. Sudah sejak lama

rencana pendakian ini dibicarakan. Berawal dari gunung Sundoro di Temanggung, kemudian sejak

lama pula rencana pendakian gunung Lawu selalu dibatalkan. Berbagai alasan membuat rencana itu

selalu tidak jadi dieksekusi. Mulai dari tidak adanya persetujuan dari beberapa pihak guru, fisik

kami yang belum kuat, hingga hasrat euforia kami yang belum dapat dikendalikan, dan ditambah

lagi tidak seluruh santri memiliki keinginan dan mental yang kuat untuk melakukan pendakian ini.

Tetapi, disisi lain saya sangat berharap perencanaan ini tak lagi ditunda. Walaupun,

pendakian gunung belum pernah saya rasakan, tetapi bagaiamanapun sedikit-banyak manfaat sudah

mampu saya peroleh mangingat adventure sering kami lakukan. Longmarch yang menguras tenaga,

menyusuri pantai-pantai dan karang-karang yang menguji mental, bahkan pendakian bukit yang

cukup tinggi pun setidaknya kami mengalaminya. Dan yang jelas tak hanya satu atau dua kali saja.

Dari sanalah saya memahami manfaat apa yang saya dapatkan. Dampak positif yang menurut saya

sedikit merubah sikap dan cara pandang terhadap beberapa hal dalam keseharian.

Memang, dan tak semudah dan secepat itu dampak positif dari berbagai adventure itu dapat

dirasakan. Ketika hal semacam itu semakin sering dilakuakan dan tantangan yang diberikan

semakin meningkat, maka dari sanalah manfaatnya mulai bermunculan dan dapat dirasakan.

Bagi saya sendiri, banyak manfaat yang mulai saya rasakan setelah banyak melakukan

adventure, terutama longmarch dan pendakian. Mental saya yang dahulu masih belum kuat, masih

mudah mengeluh, serta berfikir tidak mampu sebelum mencoba sudah memulai terkikis. Keluhan

saat mendapat tantangan layaknya ketika menempuh perjalanan jauh dan benar-benar melelahkan

kini sudah menghilang. Yang selalu terfikirkan saat ini keyakinan bahwa “aku pasti bisa”.

Tak hanya mengasah mental saja, satu hal yang sangat bermanfaat adalah dapat menahan

emosi serta senantiasa sabar. Ketika terik matahari siang yang begitu menyengat, disaat kaki sudah

sangat berat tuk dilangkahkan, ketika punggung seakan sudah tak mampu menggendong beban,

serta dilengkapi kegerahan akibat keringat yang mengucur kian deras. Hal itulah yang menantang

kesabarandan mampu mengandalkan emosi pada diri. Sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-
hari pun hal tersebut terasa kegunannya ketika harus menghadapi berbagai tantangan.

Selain itu pula, ketika di malam hari kami harus menembus kegelapan, mencengkeram

kesunyian, dan terkadaang pula tak selalu dalam kebersmaan, rasa takut di fikiran kami sering

menjadi-jadi. Bayangan yang seharusnya tidak ada itu telah kami buktikan setelah kesunyian

berhasil ditaklukkan. Tidak ada makhluk-makhluk yang awalnya terbayangkan. Dari sanlah ketika

saya harus berhadapan dengan kegelapan, kesunyian, serta kesendirian, keberaniansaya juga lebih

meningkat dan dapat terbuktikan daripada sebelumnya.

Dan yang tak kalah bermanfaatnya adalah kepekaan terhadap orang lain, terutama sesama

teman, juga dapat meningkat. Disaat perjalanan jauh, tanjakan serta turunan yang kian banyak,

tampaklah fisik juga mental kami yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang bisa

berjalan sangat cepat seperti tanpa beban, ada yang bisa konstan, ada pula yang tertinggal begitu

jauh di belakang. Dari sana kami berlatih tuk senantiasa memikirkan orang lain dan tak bersikap

egois. Ketika seorang teman memiliki fisik yang kuat tetapi mental yang begitu cemen, maka kami

dilatih untuk memberinya support serta teriakan penyemangat. Disaat seseorang kawan memiliki

mental yang kuat, namun fisiknya tak mendukung, sehingga membuatnnya mudah sakit bahkan

pingsan, disanalah kami dilatih untuk selalu siap menolongnya. Memeberi bantuan dengan apa yang

kita mampu. Tidak meninggalkannya dalam jarak nan jauh dibelakang.

disana kita pun memperoleh sebuah pembiasaan untuk selalu bersyukur dengan nikmat Allah dan

kamipun semakin yakin bahwa suatu saat apa yang kita inginkan akan menjadi kenyataan ketika

kami mau bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Apalagi jika kami disuguhi dengan

keindahan alam seperti di hamparan pantai, di atas puncak bukit, hingga di hutan yang begitu sejuk.

Keindahan itu mengingatkan kembali bahwa Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya mealaui

berbagai cipataan beserta potensinya di alam. Dan memberi peringatan kepada kami pula bahwa

betapa pentingnya menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak

merusak ekosistem, serta berbagai cara harus kami lakukan untuk menjaga semuanya.

teraplikasikan dalam diri saya. Ketika kam hidup bersama dalam satu rumah, kepekaan, kepedulian,

serta rasa kasih sayang antar satu dengan yang lain sangatlah dibutuhkan dalam membangun

keutuhan. Dalam hampir setiap aktivitas, kami pun akan terbiasa untuk selalu memikirkan serta

mendahulukan orang lain daripada diri sendiri.

banyak diperoleh. Pendakian gunung bukanlah bentuk pelampiasan hasrat tanpa guna. Bukan pula

bentuk euforia yang berakhir pada keburukan. Pendakian gunung Lawu adalah salah satu cara

pembentukan karakter yang baik, suatu bentuk aktivitas belajar di alam bebas, juga suatu

pembentukan suatu sikap kecintaan kita terhadap alam yang diciptakan oleh Allah SWT.

Lalu, yang terakhir adalah ketika kami sudah mencapai tujuan yang kita nanti-nantikan,

Sehingga dari situ saya merasa berbagai manfaat tersebut dengan sendirinya dapat

Maka dari itu, pendakian gunung yang pertama kali ini, saya harap manfaat bisa jauh lebih

banyak diperoleh. Pendakian gunung bukanlah bentuk pelampiasan hasrat tanpa guna. Bukan pula

bentuk euforia yang berakhir pada keburukan. Pendakian gunung Lawu adalah salah satu cara

pembentukan karakter yang baik, suatu bentuk aktivitas belajar di alam bebas, juga suatu

pembentukan suatu sikap kecintaan kita terhadap alam yang diciptakan oleh Allah SWT.


Created by : Qonita Fairuz Salsabila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar