Makna kepemimpinan..
Kepemimpinan adalah kata lain dari Leadership. Kepemimpinan dapat didefinisikan dengan
sebuah action dari seseorang untuk mempeengaruhi orang lain, baik perorangan ataupun
kelompok manusia untuk meraih sebuah tujuan yang ingin diraihnya. Kepemimpinan bisa
tertanam pada seseorang dengan sangat luas, tanpa harus terpengaruh ketentuan dan aturan
organisasi atau kelompok. Seseorang yang telah memiliki leadership atau kepemimpinan, dia
akan berusaha keras untuk meraih tujuan yang ingin dicpainya dengan cara apapun itu. Dia akan
berusaha mengajak, mengarahkan, serta mempengaruhi orang lain yang dia butuhkan untuk
meraih tujuan tertentu.
Islam dalam memandang kepemimpinan...
Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna diantara makhluq-
makhluq-Nya yang lain, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4. Selain itu
Allahjuga telahmemberi amanah kepada manusia, bahwa merekalah yang dijadikan khalifah di
muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qur’an Surah Al-Baqoroh ayat 30. Dari ayat
tersebut, dapat diketahui bahwa manusia memiliki tugas yang wajib untuk dilaksanakan, yaitu
menggali potensi kepemimpinannya yang mana telah diberikan Allah kepada manusia. Kemudian
dari potenssi tersebut, manusia ditujukan untuk senantiasa memberikan pelayanan dan
pemgabdian yang hanya diniatkan karena Allah, yaitu dengan cara memainkan peranannya
dengan benar sebgai pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
Rasulullah juga bersabda dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya akan kepemimpinannya. Imam
a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya
akan kepeminpinannya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi ahli bait (keluarga)nya
dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Wanita/istri adalah pemimpin terhadap rumah
tangga dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin
terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian
adlah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya ” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dari hadits tersebut, dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluq Allah yang
dilahirkan dengan potensi kepemimpinan. Maka, kepemimpinan bagi seluruh manusia adalah
sebuah kepastian, bukan pilihan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Kemampuan
itu harus digali dan dimanfaatkan oleh manusia seperti dengan apa yang telah Allah perintahkan.
Dan dalam mengasah kemampuan kepemimpinan itu, manusia wajib mengikuti ketetapan dan
semua aturan yang telah Allah buat. Dan dalam menjalankan hal ini, niat yang tertanam pada
seseorang hanya karena Allah semata. Manusia wajib menjalankan kepemimpinannya serta
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinannya. Seseorang yang menjadi pemimpin Negara,
maka bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang ibu bertanggung jawab atas
rumah tangga dan anak-anaknya. Ayah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anbggota keluarganya. Guru bertanggung jawab atas pendidikan murid-muridnya. Seorang ketua
kelompok bertanggung jawab atas seluruh anggotanya, dan sebagainya.
Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan Mohammad Natsir..
“Manusia adalah makhluk ijtima’i, atau social being. Ia tidak bisa hidup sendiri-sendirian.
Potensinya sebagai social being hanya bisa berkembang maju bila ia hidup dalam ikatan satu
susunan jamaah yang teratur. Tak ada hidup berjamaah yang teratur itu tanpa kepemimpinan.
Kepemimpinan atau Leaadership adalah kemestian atau must- kata orang sekarang- dalam tiap-
tiap hidup berjamaah.”
Menurut Muhammad Natsir, kepemimpinan sangatlah dibutuhkan manusia dalam
kehidupan. Manusia adalah makhluk sosial, yang mana tidak akan bisa hidup tanpa ada orang
lain. Manusia tidak akan bisa menyendiri dan jauh dari kelompok manusia. Oleh karena itu,
kepemimpinan sangat dibutuhkan didalam kehidupan.
Bagi mohammad Natsir, kepemimpinan tidaklah berkuasa penuh atas bawahannya.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sebuah amanah yang Allah berikan kepada manusia.
Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus dijaga dan dilaksanakan sesuai ketetapan. Dan
Allah memberikan amanah ini memiliki batas waktu tertentu. Oleh karena itu, pemimpin yang
tepat adalah ketika dia mau melepaskan kepemimpinannya atau melepaskan amanahanya untuk
diberikan pada generasi berikutnya.
Menurut Muhammad Natsir,merupakan suatu pengertian yang salah ketika kebanyakan
orang menganggap pemimpin yang hebat adalah yang berpengaruh sangat besar terhadap
kehidupan rakyatnya, sehingga segala kebutuhan rakyat bergantung kepadanya. Pemimpin
yang selalu dirindukan, karena tanpa kehadirannya keadaan menjadi kacau. Pemimpin yang
dikultuskan karena kehilangannya hanya akan mengakibatkan kegalauan rakyat. Muhammad
Natsir menyatkan dengan tegas bahwa pemimpin hebat bukanlah semacam itu. Pemimpin sejati
adalah yang mampu menularkan kepemimpinan kepada oorang lain, sehingga ketiadaannya tidak
akan berakibat buruk bagi masyarakat.
Demikian sekilas makna kepemimpinan menurut Muhammad Natsir. Kepemimpinan
adalah sebuah amanah yang diberikan oleh Allah. Memimpin berarti melaksanaklan amanah
sebaik-baiknya. Karena sebagaimana sabda Rasul bahwa setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya di akhirat kelak.
Pembentukan jiwa kepemimpinan Mohammad Natsir..
Mohammad Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1908, atau bertepatan dengan tanggal 17
Jumadil Akhir 1326 H. Terlahir di jembatan Berukir, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra
Barat. Ibunya bernama Khadijah dan ayahnya Mohammad Idris Sutan Saripodo. Di tempat
kelahirannya itu, Mohammad Natsir mulai bersosialisasi dengan berbagai pihak, dalam organisasi
sekolah juga organisasi keagamaan. Awal pertama kali Mohammad Natsir bersekolah adalah
disebuah sekolah Belanda dan disertai belajar Agama pada para Ulama. Diawal usia remajanya,
dia memasuki sekolah partikelir Hollandsch Inlandsche School (HIS) Adabiah di Pajang.
Kehidupan Mohammad Natsir di HIS inilah membuatnya menjadi sosok yang luar biasa.
Walaupun hanya beberapa bulan menuntut ilmu disana, Natsir remaja mulai memiliki pandangan
hidup yang sangatlah positif yang mampu menjadikannya sosok yang memiliki kepribadian yang
tangguh. Setiap hari dia harus memasak nasi, mencuci pakaian sendiri, mencari kayu bakar di
pantai. Tetapi menurutnya, dengan begitu dia memahami bahwa letak kebahagiaan tidak hanya
pada kemewahan saja. Dari sinilah Mohammad Natsir mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadipinya tanpa harus mengandalkan orang lain disekitarnya. Dan
Mohammad Natsir pun telah menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Setelah belajar disana beberapa bulan, Mohammad Natsir dipindahkan oleh ayahnya ke HIS
Pemerintah di Solok. Disana ia dapat langsung duduk di OI atas pertimbangan kepintarannya.
Selain belajar di HIS, Natsir belajar di Madrasah Diniyah setiap sorenya kepada Tuanku Muda
Amin. Kepadanya Mohammad Natsir belajar Bahasa Arab dan mempelajari hukum Fiqh dan
dilanjutkan mengaji Al-Qur’an disetiap malamnya.
Selain belajar, Mohammad Natsir juga mengajar sebagai guru bantu kelas 1 pada sekolah
yang sama. Pada usia kurang lebih 14 tahun, beliau telah tamat dari HIS dan Madrasah Diniyah.
Atas ajakan kakaknya, Mohammad Natsir masuk Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO) di Padang
dan mulai aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu ia masuk anggota
Pandu Nationale Islamietische Pavinderij, sebuah organisasi sejenis pramuka pada saat ini,
dari perkumpulan Jong Islamieten Bond (JIB) Padang yang diketuai oleh Sanusi Pane. Menurut
Mohammad Natsir, perkumpulan dalam sebuah organisasai adalah suatu pendidikan pelengkap
yang tidak didapat di sekolah. Dari sanalah beliau dapat memahami akan pentingnya hidup
bermasyarakat. Oleh karenanya munculah bibit-bibit kepemimpinan di dalam jiwa Mohammad
Setelah menununtut ilmu di Padang, Mohammad Natsir melanjutkan sekolahnya
ke Algememe Midelbore School (AMS) Afdelling A di Bandung. Di Kota inilah, bermula
sejarah panjang perjuangannya. Tak hanya dalam dunia pendidikan, beliau pun sudah mulai
berkecimpung dalam gerakan politik serta da’wah. Beliau belajar Islam dari berbagai pihak dan
bertemu dengan tokoh-tokoh yang mampu mempengaruhi alam pemikirannya. Mohammad
Natsir bertemu dengan Ahmad Hassan, yaitu pendiri Persis. Selain itu, dia juga bertemu dengan
Haji Agus Salim serta Syekh Syurkati, pendiri Al-Irsyad. Sedangkan, tokoh-tokoh yang secara tidak
langsungb membentuk pribadi dan pemikirinnya adalah Amir Ayakib Arselan (Syria), seorang
pemikir kenamaan yang dideportasi dari negaranya, di bidang pemikiran politik, Mohammad Ali,
seorang seorang ahli tafsir Al-Qur’an, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha di bidang agama.
Mohammad Natsir sebagai seorang ayah dalam keluarga..
Bagi Muhammad Natsir, pendidikan kepemimpinan wajib ditempuh dengan tiga metode
yang sangatlah penting. Pertama adalah pendidikan di dalam rumah yang dibentuk oleh orang
tua, kemudian pendidikan di sekolah yag diajarkan oleh para guru, dan yang terakhir adalah
pendidikan di lingkungan masyarakat.
Oleh karenanya selain Mohammad Natsir sangat terkenal dalam dunia pendidikan di
berbagai Lemabaga pendidikan, beliau pun tak luput mengajarkan pendidikan yang begitu
penting kepada anak-anaknya. Melalaui sikap dan perilaku kesehariannya dia telah memberikan
ketauladanan kepada para anknya tersebut. Mohammad natsir adalah seseorang yang dikenal
dengan kesabaran serta kedisiplinannya dalam menjalani semua aktivitasnya. Beliau tak pernah
luput dari kebiasaan baiknya yaitu selalu membaca buku disetiap ada kesempatan. Pembiasaan
itu pun juga beliau lengkapi dengan menulis ringkasan atau hikmah yang diperoleh setelah setiap
menamatkan satu buku. Kebiasaan itu sangatlah mudah membentuk pembiasaan pada anaknya
Selain itu pula, Mohammad Natsir dikenal sebagai seorang yang sangat penyabar dan tidak
pernah marah terhadap siapapun, termasuk kepada para anaknya. Bahkan dalam sebuah cerita,
Mohammad Natsir hanya mengetuk pintu kamar mandi ketika salah satu anaknya menyanyi di
kamar mandi dengan suara yang lantang. Beliau juga sudah sangat akrab dengan hidup dalam
kesederhanaan, sekalipun beliau dikenal sebagai politisi ulung dan pejabat pemerintahan yang
kedudukannya bisa dibilang cukup tinggi. Bahkan dalam satu riwayat, selama beliau menjadi
perdana menteri, jas yang dimilikinya hanya dua dan itupun sudah tak sempurna lagi.
Beliau pun sangat disenangi para anak-anaknya karena perilakunya yang senantiasa
memberikan kebebasan pada ank-anaknya dalam memilih potensi mereka masing-masing.
Mohammad Natsir tidak pernah memaksakan kehendaknya agar mereka bisa mewarisi potensi
beliau. Seorang Mohammad Natsir tidak menginginkan bakat yang dimiliki oleh anak-anaknya
menjadi terpendam dan hilang karena pemaksaan yang diinginkan oleh ayahnya.
Dengan berbagai sikap dan perilakunya itu, maka Mohammad Natsir telah berhasil
menjadikan anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kehebatan menonjol layaknya
ayah mereka. Walaupun ke-enam anak beliau tidak ada satupun yang mengikuti langkahnya,
namun kepiwaian serta kecerdasan mereka tak dapat diragukan lagi.
Kepemimpinan Mohammad Natsir dalam berbagai organisasi yang diikutinya..
Sejak belajar di AMS Bandung, Mohammad Natsir mulai tertarik dengan Pergerakan Islam
dan belajar politik di JIB (Jong Islamieted Bond), sebuah organisasi pemuda Islam yang
anggotanya adalah pelajar-pelajar bumi putra yang bersekolah di sekolah Belanda. Organisasi ini
mendapat pengaruh intelektual dari Haji Agus Salim. Diapun juga bergaul dengan tokoh-tokoh
Nasional, seperti Hatta, Prawoto Mangunsaswito, Yusuf Wibisono, Tjokroaminoto, dan
Muhammad Roem. Selama dia mengikuti JIB, dia sering berdisikusi dengan kawan-kawan
seusianya. Dari organisasi kepolitikan ini, tampaklah kepemimpinann Mohammad Natsir atas
pengalaman-pengalamannya dalam berorganisasi dimasa remajanya. Kepribadiannya yang
berbeda dari yang lain serta kemampuannnya yang menonjol mengantarkannya menduduki kursi
sebagai ketua JIB kala itu. Kemampuannya dalam mengurus kepentingan anggota, dapat
bekerjasama dalam meraih tujuan organisasinya, serta kecerdasan berpolitiknya terbukti ketikaa
dia mampu meraih Meester in de Rechten (MR).
Tak terhenti pada JIB ini saja. Usai belajar di AMS Bandung, beliau tidak melanjutkan kuliah,
akan tetapi mengajar di salah satu MULO di Bandung. Dalam melakukan pengajaran ini,
tampaklah kemabali sifat kepemimpinan Mohammad Natsir yang begitu hebat ini. Kepekaan
serta kepeduliannya terhadap ritme pendidikan kala itu, membuat Mohammad Natsir berani
mendirikan Lemabaga Pendidikan Islam, atau yang sering disebut Pendis. Lembaga Pendis ini
merupakan suatu bentuk pendidikan modern yang mengkombinasikan kurikulum pendidikan
umum dengan pendidikan pesantren. Dengan mendirikan Lembaga ini, beliau beliau berharap
pendidikan pada masa itu dapat mengalami perubahan. Kurangnya pendidikan Agama di dalam
sekolah umum, bisa dilengkapi dengan adanya Lembaga ini.
Dengan diberdirikannya Lembaga ini, nampaklah salah satu prinsip kepemimipinan yang
sangat dikedepankan olehnya. Menurutnya, kepemmpinan yang hakiki adalah ketika dia mampu
menciptakan kader pemimpin dari generasi yang berikutnya. Bukan seseorang yang dikenal hebat
dalam memimpin suatu kelompok atau organisasi pada masanya saja, tanpa mengajarkan atau
menularkan kehebatan dirinya kepada orang lain.
Baginya, “Maju atau mundurnya salah satu Kaum bergantung sebagian besar kepada
pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka itu.” Menuruntnya sekolah
adalah suatu Lemabaga yang harus mampu mencetak pemimpin yang amanah, adil, dan menjadi
kebanggaan Ummat Islam. Oleh karenanya, rasa semangat Mohammmad Natsir dalam mendidik
terutama menularkan kepemimpinannya serta mengajarkan pendidikan Islam benar-benar
tercapai ketika dia mendirikan Pendis ini. Dengan melakukan pengajaran di Lemabaga ni, dia juga
telah menerapkan salah satu metode pendidikan yang dibentuk melalui sekolah, selain di rumah
dan di masyarakat.
Pada tahun 1932 Masehi, ketika usainya masih cukup belia, beliau te;ah menjabat
sebagai Direktur Pendis selam sepuluh tahun lamanya. Seiring berjalannya waktu, Lembaga
tersebut berkembang di berbagai Daerah di Jawa Barat dan Jakarta.
Kemudian pada tahun 1938 Masehi, Mohammad Natsir yang telah menjadi seorang bapak
bagi dua orang anak itu mulai aktif di bidang politik dengan mendaftarkan dirinya menjadi
anggota Partai Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Dan atas dasar kecerdasannya, Mohammad
Natsir kembali menduduki ketua sebuah organisasi untuk yang kesekian kalinya, setelah 2 tahun
menjadi anggota. Pada waktu itu pula, beliau bekerja di pemerintahan sebagai Kepala Biro
Pendidikan Kodya Bandung hingga tahun 1945 dan merangkap Sekretasis Sekolah Tinggi (STI) di
Pada tahun yang sama di bulan November berdirilah Majelis Syura Muslimin Indonesia
(Masyumi) yang merupakan pengganti MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), suatu badan federisasi
organisasi sosial dan organisasi politik Islam bentukan Jepang.
Dalam Partai Masyumi, yang merupakan gabungan partai-partai Islam di kontituante, yang
secara sungguh-sungguh memperjuangkan Islam sebagai Dasar Negara. Mohammad Natsir
beserta teman seperjuangannya dipartai ini adalah pemimpin Islam yang senantiasa
memperjuangkan Islam sebagai Dasar Negara. Para pemimpin di organisasi ini, terutama
Muhammad Natsir memiliki kepribadian yang utuh serta karakter jiwa kepemimpinan yang tinggi,
serta memiliki keunggulan berpolitik yang tiada tanding. Mohammad Natsir selalu berpegang
teguh terhadap Islam yang dia yakini dan memperjuangkan dengan segala kemampuan yang ia
miliki serta tak pernah sedikitipun bergeser pada prinsip lain.
Sebagai seorang ketua, dia pun berperan banyak dalam sejarah Masyumi. Organisasi
berprinsip Islam ini dipandang buruk bagi Presiden kala itu, yaitu Soekarno. Bagi Bung Karno,
organisasi Islam ini menentang prinsip yang Negara yang dibawa dan ingin diembannya. Walau
pada awalnya Natsir dan Soekarno sering berdiskusi masalah kenegaraan, tetapi sejak tahun 1955
yang mewujudkan demokrasi terpimpin setelah sebelumnya membubarkan Konstituante.
Soekarno adalah seorang penganut Komunisme yang juga tak jarang diperdebatkan oleh
pejabat-pejabat dan berbagai pihak yang lain. Bahkan dalam pidato-pidato yang dibacakan
Mohammad Natsir, dia sering sekali menyebut-nyebut dan memuji-muji Gadjah Mada, tanpa
pernah membanggakan Ulama-ulama dan tokoh-tokoh Islam ternama.
Selama memperjuangkan Komunis, Natsir sering membantah argumen yang salah tersebut.
Beliau mengungkapkan sejumlah dalil hukum Islam yang menyebut komunisme bertentangan
dengan Al-Qur’an dan Hadits. “Jadi, apakah mungkin minyak dan air dipersatukan meskipun
digodok dan diaduk-aduk,” katanya. Beliau meminta kader Masyumi agar waspada terhadap
politik “menyodorkan tangan” yang palsu dari komunis.
Perdebatan-perdebatan ini dilakukan Mohammad natsir demi mempersatukan Ummat dan
membela Agama Islam, dan inilahh bukti kepiwaian beliau sebagai pemimpin Islam. Dan
perdebatan ini berakhir ketika PRRI menjadi alasan bagi Soekarno dan para petualang di lingkaran
kekuasaanya untuk memenjarakan Natsir dan Partai Masyumi punjuga dibubarkan. Tetapi
kekerasan kepala Soekarno pada tahun sekitar 1965 itu, membuatnya semakin tidak disukai oleh
berbagai pihak. Dan karena tak mau mendengarkan nasehat dari para sahabatnya, seperti Natsir,
Hatta, dan Syahrir, dia pun diturunkan dari jabatannya sebagai Presiden RI pada tahun 1966.
Turunnya Soekarno dari jabatannya sebagai kepala Negara juga merupakan akhir dari
berdirinya Orde Lama, yang kemudian diganti dengan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Pada orde ini, Muhammad Natsir dibebaskan dari penjara, namun tidak berarti keadaan beliau
membaik. Justru, di Orde ini beliau tidak mendapatkan kedudukan dalam kursi pemerintahan
sedikitpun. Maka sejak saat itu, Natsir berhenti berjuang lewat proses politik kepartaian. Beliau
dan kawan-kawan seperjuangnnya pun mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Dan hingga akhir hayatnya, di Organisasi inilah beliau menjalankan kiprah pengabdian untuk
Ummat dan bangsanya.
Mohammad Natsir sebagai Menteri Negara yang amanah..
Pada tahun 1945, yaitu pada awal kemerdekaan Indonesia, Mohammad Natsir tampil
menjadi seorang politisi dan pemimpin Negara seperti yang diungkapkan Herbert Feith “ Natsir
adalah salah seorang Menteri dan perdana Menteri yang terkenal sebagai administrator yang
berbakat yang pernah berkuasa sesudah Indonesia merdeka.”
Tak lama sesudah Indonesia merdeka, ia dipercaya menjadi anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP). Kemudian pada tahun 1946, ketika Perdana Menteri Sutan Syahrir
memerlukan bantuan serta dukungan dari Islam dalam kabinetnya, maka ia memutuskan
Mohammad Natsir agar menjadi Menteri Penerangan. Dalam pengangkatan Mohammad Natsir
ini, tidak ada pihak yang membantah karena ketidaksetujuan. Bahkan, Bung Karno yang pada
tahun 1930 sempat bertikai dengan Mohammad Natsir pun tidak menghalanginya untuk diangkat
menjadi seorang Menteri Penerangan. “His is de man”, “Dialah orangnya”, ungkap Bung Karno.
Hal yang menarik selama Muhammad Natsir menjadi Menteri Penerangan adalah
kesederhanaan beliau dalam menjalani kehidupan. “Pandailah-pandailah mensyukuri nikmat
yang ada”, begitu prinsip yang diajarkan kepada anaknya.
Ketika beliau telah diangkat menjadi Menteri Penerangan, tak jarang beliau beserta
keluarganya menumpang rumah dari suatu tempat ketempal lain. Pernah merka tinggal seadanya
di rumah milik sahabat Mohammad Natsir, Prawoto Mangkusaswito, di Kampung Bali, tanah
Abang, Jakarta Pusat. Pernah pula, ketika pusat pemerintahan pindah ke Yogyakarta,keluarga
Mohammad Natsir menumpang di Pavilium milik Haji Agus Salim di Jalan Gereja Theresia,
sekarang Jalan H. Agus Salim.
Dan periode menumpang ini berakhir pada tahun 1946. Ketka Mohammad Natsir diberi
rumah tanpa perabotan oleh Pemerintah selama beliau menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Tetapi, Mohammad Natsir pun hanya mengisi rumah itu dengan perabotan-perabotan bekas
Begitu pula ketika beliau diangkat menjadi Perdana Menteri ke-5 RI periode 1950-1951.
Saat itu keluarga Natsir menempati rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat.
Natsir menempati rumah ini dengan alasan karena menurut Pemerintahan tudaklah cocok
seorang Pemimpin Pemerintahan hidup dirumah yang sempit dan kusam. Walau begitu,.
Kesederhanaan tetap melekat pada jiwa Mohammad Natsir. Semua fasilitas yang disediakan tidak
pernah membuatnya lalai dan merasa tinggi hati. Anak pertamanya saja, yang duduk di bangku
kelas II SMP masih tetap menggunakan sepeda untuk bersekolah. Begitupula dengan adik-adik
dari anak pertama beliau. Mereka tetap diantar-jemput dengan menggunkan mobil DeSoto yang
dibeli Mohammad Natsir dengan uangnya sendiri. Istrinya pun masih tetap berbelanja di pasar
dan memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Bahkan diakhir jabatannya, Mohammad Natsir menolak uang yang diberikan oleh
sekretarisnya yang ia katakan sebagai sisa dana taktis, dan saldonya pun masih cukup banyak.
Beliaupun meninggalkan mobil dinasnya di Istana Presiden diakhir jabatannya tersebut.
Kemudian beliau pulang dengan berboncengan sepeda dengan mantan sopirnya.
Begitulah kesederhanaan Mohammad Natsir selama menjadi pemimpin negara. Dalam
pandangannya, tak ada sedikitpun kata bahwa Pemimpin Negara identik dengan kemewahan dan
kekayaan. Kepemimpinan dalah suatu amanah yang diberikan-Nya dan harus
dipertanggungjawabkan. Tak hanya kepada rakyat yang dipimpinnya, dan terhadap dewan yang
melantiknya, namun pertanggungjawaban tertinggi dari seorang pemimpin adalah kepada Allah
SWT. Maka memegang harta terutama harta milik Negara adalah suatu tanggung jawab yang
tidaklah ringan pertanggungjawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar