Pages

Jumat, 19 September 2014

The Motivation of Lawu Mountainering


My Mind Mapping...


Memang, kami belum pernah sekalipun melakukan pendakian gunung. Sudah sejak lama

rencana pendakian ini dibicarakan. Berawal dari gunung Sundoro di Temanggung, kemudian sejak

lama pula rencana pendakian gunung Lawu selalu dibatalkan. Berbagai alasan membuat rencana itu

selalu tidak jadi dieksekusi. Mulai dari tidak adanya persetujuan dari beberapa pihak guru, fisik

kami yang belum kuat, hingga hasrat euforia kami yang belum dapat dikendalikan, dan ditambah

lagi tidak seluruh santri memiliki keinginan dan mental yang kuat untuk melakukan pendakian ini.

Tetapi, disisi lain saya sangat berharap perencanaan ini tak lagi ditunda. Walaupun,

pendakian gunung belum pernah saya rasakan, tetapi bagaiamanapun sedikit-banyak manfaat sudah

mampu saya peroleh mangingat adventure sering kami lakukan. Longmarch yang menguras tenaga,

menyusuri pantai-pantai dan karang-karang yang menguji mental, bahkan pendakian bukit yang

cukup tinggi pun setidaknya kami mengalaminya. Dan yang jelas tak hanya satu atau dua kali saja.

Dari sanalah saya memahami manfaat apa yang saya dapatkan. Dampak positif yang menurut saya

sedikit merubah sikap dan cara pandang terhadap beberapa hal dalam keseharian.

Memang, dan tak semudah dan secepat itu dampak positif dari berbagai adventure itu dapat

dirasakan. Ketika hal semacam itu semakin sering dilakuakan dan tantangan yang diberikan

semakin meningkat, maka dari sanalah manfaatnya mulai bermunculan dan dapat dirasakan.

Bagi saya sendiri, banyak manfaat yang mulai saya rasakan setelah banyak melakukan

adventure, terutama longmarch dan pendakian. Mental saya yang dahulu masih belum kuat, masih

mudah mengeluh, serta berfikir tidak mampu sebelum mencoba sudah memulai terkikis. Keluhan

saat mendapat tantangan layaknya ketika menempuh perjalanan jauh dan benar-benar melelahkan

kini sudah menghilang. Yang selalu terfikirkan saat ini keyakinan bahwa “aku pasti bisa”.

Tak hanya mengasah mental saja, satu hal yang sangat bermanfaat adalah dapat menahan

emosi serta senantiasa sabar. Ketika terik matahari siang yang begitu menyengat, disaat kaki sudah

sangat berat tuk dilangkahkan, ketika punggung seakan sudah tak mampu menggendong beban,

serta dilengkapi kegerahan akibat keringat yang mengucur kian deras. Hal itulah yang menantang

kesabarandan mampu mengandalkan emosi pada diri. Sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-
hari pun hal tersebut terasa kegunannya ketika harus menghadapi berbagai tantangan.

Selain itu pula, ketika di malam hari kami harus menembus kegelapan, mencengkeram

kesunyian, dan terkadaang pula tak selalu dalam kebersmaan, rasa takut di fikiran kami sering

menjadi-jadi. Bayangan yang seharusnya tidak ada itu telah kami buktikan setelah kesunyian

berhasil ditaklukkan. Tidak ada makhluk-makhluk yang awalnya terbayangkan. Dari sanlah ketika

saya harus berhadapan dengan kegelapan, kesunyian, serta kesendirian, keberaniansaya juga lebih

meningkat dan dapat terbuktikan daripada sebelumnya.

Dan yang tak kalah bermanfaatnya adalah kepekaan terhadap orang lain, terutama sesama

teman, juga dapat meningkat. Disaat perjalanan jauh, tanjakan serta turunan yang kian banyak,

tampaklah fisik juga mental kami yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang bisa

berjalan sangat cepat seperti tanpa beban, ada yang bisa konstan, ada pula yang tertinggal begitu

jauh di belakang. Dari sana kami berlatih tuk senantiasa memikirkan orang lain dan tak bersikap

egois. Ketika seorang teman memiliki fisik yang kuat tetapi mental yang begitu cemen, maka kami

dilatih untuk memberinya support serta teriakan penyemangat. Disaat seseorang kawan memiliki

mental yang kuat, namun fisiknya tak mendukung, sehingga membuatnnya mudah sakit bahkan

pingsan, disanalah kami dilatih untuk selalu siap menolongnya. Memeberi bantuan dengan apa yang

kita mampu. Tidak meninggalkannya dalam jarak nan jauh dibelakang.

disana kita pun memperoleh sebuah pembiasaan untuk selalu bersyukur dengan nikmat Allah dan

kamipun semakin yakin bahwa suatu saat apa yang kita inginkan akan menjadi kenyataan ketika

kami mau bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Apalagi jika kami disuguhi dengan

keindahan alam seperti di hamparan pantai, di atas puncak bukit, hingga di hutan yang begitu sejuk.

Keindahan itu mengingatkan kembali bahwa Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya mealaui

berbagai cipataan beserta potensinya di alam. Dan memberi peringatan kepada kami pula bahwa

betapa pentingnya menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak

merusak ekosistem, serta berbagai cara harus kami lakukan untuk menjaga semuanya.

teraplikasikan dalam diri saya. Ketika kam hidup bersama dalam satu rumah, kepekaan, kepedulian,

serta rasa kasih sayang antar satu dengan yang lain sangatlah dibutuhkan dalam membangun

keutuhan. Dalam hampir setiap aktivitas, kami pun akan terbiasa untuk selalu memikirkan serta

mendahulukan orang lain daripada diri sendiri.

banyak diperoleh. Pendakian gunung bukanlah bentuk pelampiasan hasrat tanpa guna. Bukan pula

bentuk euforia yang berakhir pada keburukan. Pendakian gunung Lawu adalah salah satu cara

pembentukan karakter yang baik, suatu bentuk aktivitas belajar di alam bebas, juga suatu

pembentukan suatu sikap kecintaan kita terhadap alam yang diciptakan oleh Allah SWT.

Lalu, yang terakhir adalah ketika kami sudah mencapai tujuan yang kita nanti-nantikan,

Sehingga dari situ saya merasa berbagai manfaat tersebut dengan sendirinya dapat

Maka dari itu, pendakian gunung yang pertama kali ini, saya harap manfaat bisa jauh lebih

banyak diperoleh. Pendakian gunung bukanlah bentuk pelampiasan hasrat tanpa guna. Bukan pula

bentuk euforia yang berakhir pada keburukan. Pendakian gunung Lawu adalah salah satu cara

pembentukan karakter yang baik, suatu bentuk aktivitas belajar di alam bebas, juga suatu

pembentukan suatu sikap kecintaan kita terhadap alam yang diciptakan oleh Allah SWT.


Created by : Qonita Fairuz Salsabila

THE LEADERSHIP OF MUHAMMAD NATSIR

Makna kepemimpinan..

Kepemimpinan adalah kata lain dari Leadership. Kepemimpinan dapat didefinisikan dengan

sebuah action dari seseorang untuk mempeengaruhi orang lain, baik perorangan ataupun

kelompok manusia untuk meraih sebuah tujuan yang ingin diraihnya. Kepemimpinan bisa

tertanam pada seseorang dengan sangat luas, tanpa harus terpengaruh ketentuan dan aturan

organisasi atau kelompok. Seseorang yang telah memiliki leadership atau kepemimpinan, dia

akan berusaha keras untuk meraih tujuan yang ingin dicpainya dengan cara apapun itu. Dia akan

berusaha mengajak, mengarahkan, serta mempengaruhi orang lain yang dia butuhkan untuk

meraih tujuan tertentu.

Islam dalam memandang kepemimpinan...

Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna diantara makhluq-
makhluq-Nya yang lain, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4. Selain itu

Allahjuga telahmemberi amanah kepada manusia, bahwa merekalah yang dijadikan khalifah di

muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qur’an Surah Al-Baqoroh ayat 30. Dari ayat

tersebut, dapat diketahui bahwa manusia memiliki tugas yang wajib untuk dilaksanakan, yaitu

menggali potensi kepemimpinannya yang mana telah diberikan Allah kepada manusia. Kemudian

dari potenssi tersebut, manusia ditujukan untuk senantiasa memberikan pelayanan dan

pemgabdian yang hanya diniatkan karena Allah, yaitu dengan cara memainkan peranannya

dengan benar sebgai pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta.

Rasulullah juga bersabda dalam sebuah Haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya akan kepemimpinannya. Imam

a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya

akan kepeminpinannya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi ahli bait (keluarga)nya

dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Wanita/istri adalah pemimpin terhadap rumah

tangga dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin

terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian

adlah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya ” (HR. Bukhari dan

Muslim). Dari hadits tersebut, dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluq Allah yang

dilahirkan dengan potensi kepemimpinan. Maka, kepemimpinan bagi seluruh manusia adalah

sebuah kepastian, bukan pilihan.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Kemampuan

itu harus digali dan dimanfaatkan oleh manusia seperti dengan apa yang telah Allah perintahkan.

Dan dalam mengasah kemampuan kepemimpinan itu, manusia wajib mengikuti ketetapan dan

semua aturan yang telah Allah buat. Dan dalam menjalankan hal ini, niat yang tertanam pada

seseorang hanya karena Allah semata. Manusia wajib menjalankan kepemimpinannya serta

bertanggung jawab atas apa yang dipimpinannya. Seseorang yang menjadi pemimpin Negara,

maka bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang ibu bertanggung jawab atas

rumah tangga dan anak-anaknya. Ayah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anbggota keluarganya. Guru bertanggung jawab atas pendidikan murid-muridnya. Seorang ketua

kelompok bertanggung jawab atas seluruh anggotanya, dan sebagainya.

Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan Mohammad Natsir..

“Manusia adalah makhluk ijtima’i, atau social being. Ia tidak bisa hidup sendiri-sendirian.

Potensinya sebagai social being hanya bisa berkembang maju bila ia hidup dalam ikatan satu

susunan jamaah yang teratur. Tak ada hidup berjamaah yang teratur itu tanpa kepemimpinan.

Kepemimpinan atau Leaadership adalah kemestian atau must- kata orang sekarang- dalam tiap-
tiap hidup berjamaah.”

Menurut Muhammad Natsir, kepemimpinan sangatlah dibutuhkan manusia dalam

kehidupan. Manusia adalah makhluk sosial, yang mana tidak akan bisa hidup tanpa ada orang

lain. Manusia tidak akan bisa menyendiri dan jauh dari kelompok manusia. Oleh karena itu,

kepemimpinan sangat dibutuhkan didalam kehidupan.

Bagi mohammad Natsir, kepemimpinan tidaklah berkuasa penuh atas bawahannya.

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sebuah amanah yang Allah berikan kepada manusia.

Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus dijaga dan dilaksanakan sesuai ketetapan. Dan

Allah memberikan amanah ini memiliki batas waktu tertentu. Oleh karena itu, pemimpin yang

tepat adalah ketika dia mau melepaskan kepemimpinannya atau melepaskan amanahanya untuk

diberikan pada generasi berikutnya.

Menurut Muhammad Natsir,merupakan suatu pengertian yang salah ketika kebanyakan

orang menganggap pemimpin yang hebat adalah yang berpengaruh sangat besar terhadap

kehidupan rakyatnya, sehingga segala kebutuhan rakyat bergantung kepadanya. Pemimpin

yang selalu dirindukan, karena tanpa kehadirannya keadaan menjadi kacau. Pemimpin yang

dikultuskan karena kehilangannya hanya akan mengakibatkan kegalauan rakyat. Muhammad

Natsir menyatkan dengan tegas bahwa pemimpin hebat bukanlah semacam itu. Pemimpin sejati

adalah yang mampu menularkan kepemimpinan kepada oorang lain, sehingga ketiadaannya tidak

akan berakibat buruk bagi masyarakat.

Demikian sekilas makna kepemimpinan menurut Muhammad Natsir. Kepemimpinan

adalah sebuah amanah yang diberikan oleh Allah. Memimpin berarti melaksanaklan amanah

sebaik-baiknya. Karena sebagaimana sabda Rasul bahwa setiap pemimpin akan diminta

pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya di akhirat kelak.

Pembentukan jiwa kepemimpinan Mohammad Natsir..

Mohammad Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1908, atau bertepatan dengan tanggal 17

Jumadil Akhir 1326 H. Terlahir di jembatan Berukir, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra

Barat. Ibunya bernama Khadijah dan ayahnya Mohammad Idris Sutan Saripodo. Di tempat

kelahirannya itu, Mohammad Natsir mulai bersosialisasi dengan berbagai pihak, dalam organisasi

sekolah juga organisasi keagamaan. Awal pertama kali Mohammad Natsir bersekolah adalah

disebuah sekolah Belanda dan disertai belajar Agama pada para Ulama. Diawal usia remajanya,

dia memasuki sekolah partikelir Hollandsch Inlandsche School (HIS) Adabiah di Pajang.

Kehidupan Mohammad Natsir di HIS inilah membuatnya menjadi sosok yang luar biasa.

Walaupun hanya beberapa bulan menuntut ilmu disana, Natsir remaja mulai memiliki pandangan

hidup yang sangatlah positif yang mampu menjadikannya sosok yang memiliki kepribadian yang

tangguh. Setiap hari dia harus memasak nasi, mencuci pakaian sendiri, mencari kayu bakar di

pantai. Tetapi menurutnya, dengan begitu dia memahami bahwa letak kebahagiaan tidak hanya

pada kemewahan saja. Dari sinilah Mohammad Natsir mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadipinya tanpa harus mengandalkan orang lain disekitarnya. Dan

Mohammad Natsir pun telah menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Setelah belajar disana beberapa bulan, Mohammad Natsir dipindahkan oleh ayahnya ke HIS

Pemerintah di Solok. Disana ia dapat langsung duduk di OI atas pertimbangan kepintarannya.

Selain belajar di HIS, Natsir belajar di Madrasah Diniyah setiap sorenya kepada Tuanku Muda

Amin. Kepadanya Mohammad Natsir belajar Bahasa Arab dan mempelajari hukum Fiqh dan

dilanjutkan mengaji Al-Qur’an disetiap malamnya.

Selain belajar, Mohammad Natsir juga mengajar sebagai guru bantu kelas 1 pada sekolah

yang sama. Pada usia kurang lebih 14 tahun, beliau telah tamat dari HIS dan Madrasah Diniyah.

Atas ajakan kakaknya, Mohammad Natsir masuk Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO) di Padang

dan mulai aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu ia masuk anggota

Pandu Nationale Islamietische Pavinderij, sebuah organisasi sejenis pramuka pada saat ini,

dari perkumpulan Jong Islamieten Bond (JIB) Padang yang diketuai oleh Sanusi Pane. Menurut

Mohammad Natsir, perkumpulan dalam sebuah organisasai adalah suatu pendidikan pelengkap

yang tidak didapat di sekolah. Dari sanalah beliau dapat memahami akan pentingnya hidup

bermasyarakat. Oleh karenanya munculah bibit-bibit kepemimpinan di dalam jiwa Mohammad

Setelah menununtut ilmu di Padang, Mohammad Natsir melanjutkan sekolahnya

ke Algememe Midelbore School (AMS) Afdelling A di Bandung. Di Kota inilah, bermula

sejarah panjang perjuangannya. Tak hanya dalam dunia pendidikan, beliau pun sudah mulai

berkecimpung dalam gerakan politik serta da’wah. Beliau belajar Islam dari berbagai pihak dan

bertemu dengan tokoh-tokoh yang mampu mempengaruhi alam pemikirannya. Mohammad

Natsir bertemu dengan Ahmad Hassan, yaitu pendiri Persis. Selain itu, dia juga bertemu dengan

Haji Agus Salim serta Syekh Syurkati, pendiri Al-Irsyad. Sedangkan, tokoh-tokoh yang secara tidak

Jumat, 05 September 2014

Ketika Virus Frustasi Tiba


           
      Banyak orangyang menjadi stress atau frustasi hanya karena masalah mengatur dirinyasendiri. Seakan dia telah menjadi orang tersibuk yang senantiasa dikejar oleh tugas-tugasyang tiada hentinya. Dan gejala frustasi ini sangat mudah dijangkiti olehremaja yang rata-rata masih duduk dibangku Sekolah Menengah ataupun Kuliah.
        

      Banyak pula cara yang ditempuh para penderita frustasi ini agar semua tugasnya terasalebih ringan dan sedikit mengurangi beban pikirannya. Macam-macam. Mulai daritindakan yang patut diacungi jempol, hingga tindakan yang mampu merusak moralnya sendiri. Padahal jika dilihat-lihat, kewajiban remaja tidak ada tandingannya sedikitpun jika dibanding dengan tugas-tugas para orang tuamereka. Seorang remaja, mereka masih berstatus anak, yang mana masih dibiyaiseluruh kebutuhannya oleh orang tua mereka, masih diberi perhatian, masih diberi fasilitas dalam belajar, dan lain sebagainya. Mereka masih bisa menuntut banyak hal kepada orang tua, sekalipun nampak mustahil tuk diwujudkan. Merekatak perlu memikirkan jiwa dan raga orang lain melainkan dirinya seorang. Tak perlu memikirkan orang tuanya, adik-adiknya, bagaimana masyarakat disekitarnya, saudara-saudaranya. Seoang remaja pun juga masih berstatus murid,yang mana tanggung jawab kualitas pendidikannya masih ada di tangan guru.
      Berbeda dengan orang tua yang memiliki banyak sekali tuntutan yang wajib mereka penuhi tanpa terkecuali. Seorang ibu, setiap pagi harus manyiapkan makan untuk suami dananak-anaknya. Kemudian dilanjutkan mengurus anak-anak yanga akan berangkat menuntut ilmu di sekolah. Tanpa ada jam istirahat, ibu pun harus melakukan kegiatan berikutnya. Membersihkan rumah yang tak pernah ada bersihnya, mencuci pakaian yang bertumpuk-tumpuk, mencuci piring, dan ketika badan belum  sempat diistirahatkan, seorang ibu pun harus kembali ke dapur dan beraksi dalam masakan siang keluarga. Begitu terus berlanjut tanpa henti. Setiap hari. Hingga mungkin anaknya tak lagi membutuhkannya kembali.
       Lalu, karena alasan apa banyak remaja yang mengatakan bahwa kehidupnya adalah kehidupan yang paling berat dari siapapun yang ada di muka bumi ini? Hidup yang terasa tak adahabisnya dalam menghadapi tugas-tugas yang dalam satu waktu semua menuntut tuk diselesaikan.
Maka, untukmencegah virus frustasi itu menjangkiti tubuh dan fikiran kita, banyak polayang harus kita rubah dalam menyelesaikan semua tugas yang tak kujung habisnyaitu. Yang pertama dan paling utama adalah keyakinan yang harus ditanamkan,bahwa semua tugas itu dapat terlaksana dengan baik dengan usaha kita sendiri.
        Disaat banyak tugas atau target yang harus kita kerjakan, yang paling utama adalah kita harusmemahami hukum prioritas suatu pekerjaan tersebut. Mana yang wajib, sunnah,mubah, makruh, dan haram. Tetapi terkadang kita memiliki target-target yangsemuanya mengarah pada proses menuntut ilmu, maka semua itu adalah wajib. Jadikita harus tahu hukum prioritas lain apabila semuanya ingin tercapai. Mana yang“penting dan mendesak”, mana yang “tidak penting tapi mendesak”, mana yang“penting tapi tidak mendesak”, dan terakhir mana yang “tidak penting juga tidakmendesak”.
         Misalnya, ada banyak tugas yang kita miliki yaitu seperti PR sekolah yang jumlahnya lebihdari dua, kewajiban menghafal Al-qur’an sesuai yang kita targetkan setiapharinya, keinginan belajar bahasa secara otodidak, membaca novel-novel yangbenar-benar kita sukai, menonton beberapa film terbaru, menulis berbagai karya,menggambar ini dan itu karena hobi, dan lain sebagainya.
         Ok..dari semua aktivitas diatas, hampir semuanya memang mengarah pada proses menuntut ilmu.Dan jika melakukannya dengan niat menuntut ilmu, maka pahala pun akan kita peroleh dengan jumlah yang tak sedikit. Tapi, karena kita adalah manusia yang merupakan makhluq terbatas, maka pantas jika semua terasa sulit bahkan hinggamembuat frustasi jika semua ingin dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Olehkarena itu,  kita harus memahami hukumprioritas itu.
          Pertama, misal pada suatu hari libur. Kita sudah meniatkan untuk mengerjakan semua aktivitasdiatas. Tetapi karena keterbatasan manusia, yaitu tangan hanya dua, akalterbatas, dan kekuatan dalam keadaan terjaga juga tidak sepanjang hari, makayang wajib kita lakukan adalah aktivitas yang penting dan mendesak. Maka yangdikerjakan utama adalah PR sekolah yang mana harus segera dikumpulkan pada guruesok atau lusa hari. Kedua, kita harus tahu mana yang penting tapi tidakmendesak. Hal ini harus kita dahulukan karena sesuatu yang penting tapi tidak mendesak, jika segera kita laksanakan, maka aktivitas penting tersebut tidakakan menjadi aktivitas yang mendesak kita dikemudian hari. Tetapi kita harustahu sekiranya diantara semua aktivitas diatas, mana aktivitas yang lebih Allah perintahkan daripada yang lain, maka sebaiknya kita kerjakan. Yaitu misalkan menghafal Al-Qur’an, walaupun itu adalah amalan sunnah, tetapi jika kita sudah mengikrarkan untuk mewajigkkan amalan itu selalu kita lakukan, maka lebih baikhal tersebut yang dilakukan.
        Kemudian yang ketiga, aktivitas yang lain yaitu seperti membaca novel, belajar bahasa,menulis berbagai macam tulisan, dan menonton beberapa film, menggambar ini danitu, semua hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat mana yang penting tapitidak mendesak. Dan hal tersebut bisa ditentukan dengan melihat hobi kita,sehingga apabila hobi tersebut diasah, maka bisa menjadi suatu yang bermanfaatbagi kita kelak.
Begitulahsekilas cara agar virus frustasi tidak menjangkiti tubuh dan fikiran kita. Agarsemua aktivitas yang begitu banyak bisa terselesaikan dengan baik dan tidak menjadi beban fikiran kita. #qonita fs.


Penting Sekali
Penting & Tidak Mendesak
Penting & Mendesak
Tidak Penting & Tidak Mendesak

Tidak Penting & Mendesak
Tidak Mendesak
Mendesak Sekali
Tidak Penting

Senin, 01 September 2014

Introduce Myself..!!



Let’s introduce myself..
            Nama lengkap saya adalah Qonita Fairuz Salsabila. Biasa dipanggil Qonita, baik dilingkungan sekolah, keluarga, saudara, ataupun lingkungan rumah. Nama yang saya miliki itu, tak lain adalah nama pemberian ibu saya. Sebuah nama yang bagi saya memiliki sebuah arti yang begitu indah. Nama yang merupakan do’a dari segala impian yang ingin dijadikan menjadi kenyataan. “Qonita”, yang bermakna ‘wanita yang taat’. “Fairuz”, yang berarti ’permata’. Dan “Salsabila”, yang didefinisikan ‘sebuah air yang mengalir di syurga’. Saya berharap, dari nama tersebut, saya bisa menjadi wanita yang taat kepada Allah, risalah Rasul-Nya, taat kepada orang tua, serta kepada guru. Sehingga saya bisa menjadi seseorang  yang diibaratkan sebagai permata yang mengalir di surga. Saya lahir di kota Jember, Jawa  Timur, tepatnya pada tanggal 05 Januari 1999. Maka usia saya saat ini sudah menginjak 15 tahun. Selain lahir di kota tersebut, saya juga sempat singgah bersama keluarga saya selama sekitar 3 tahun disana. Namun, entah karena alasan apa, kami pindah di Kota kelahiran ibu saya. Pacitan. Disana saya berpindah rumah hingga tiga kali dan berakhir pada rumah yang saat ini. Rt 04/Rw 01, Dsn.Cerbon, Ds.Cokrokembang, Kec.Ngadirojo, Kab.Pacitan, Jawa Timur.
          Saya anak dari kedua orang tua saya yang bernama Suyono Rizal Yahmazi dan Siti Marfu’ah. Ayah saya dilahirkan di kota Banyuwangi pada tanggal 31 Juli 1970. Usianya saat ini 44 tahun, dan bekerja sebagai seorang Wiraswasta. Sedangkan ibu saya adalah seorang wanita asli kelahiran kota yang dikenal sebagai 1001 Goa, yaitu Pacitan. Beliau lahir pada tanggal 12 September 1970. Layaknya ayah, ibu saya juga telah hampir menginjak usia 44 tahun. Dan beliau bekerja sebagai guru Matematika SMKN Ngadirojo, Pacitan, sekaligus aktivis dakwah. Sedangkan terkait saudara, saya dilahirkan sebagai anak ke-2, yang memiliki satu kakak laki-laki dan dua adik, laki-laki dan perempuan. Kakak saya bernama Muhammad Marsa Alaudin Asy-Syauqi, yang kerap dipanggil Arsa. Dia lahir di Jember pada tanggal 21 November 1996. Sekarang dia sedang duduk di bangku kelas 2 SMK, di SMKN 2 Yogyakarta, yang mengambil jurusan teknik gambar bangunan /arsitek. Sedangkan adik saya yang pertama bernama Muhammad Fahmi Zaidan Azzam Al-Firdausi. Layaknya kedua kakaknya, dia juga lahir di Jember pada tahun 2001. Sekarang dia duduk di bangku kelas 6 SD, dan rencananya akan melanjutkan sekolah bersama saya. Sedangkan adik saya yang terakhir bernama Asyrifa Nida’ Fikriya Nadzif. Dia kerapa dipanggil Nida’, dan saat ini dia berusia 6 tahun karena lahir pada tanggal 29 Februari 2008 di Pacitan. Dan sekarang sedang berada di bangku TK B dan akan melanjutkan SD layaknya saya dan adik saya yang pertma.
Pada awal saya menginjak bangku sekolah, saya masuk pada sebuah TK Islam, bernama TK Nurul Yaqin dan sebagai  angkatan ke-3. Setelah dua tahun mencari pengalaman di sekolah itu, saya masih tetap melanjutkan sekolah pada yayasan yang sama. Karena baru saja bediri,maka di SD Islam Nurul Yaqin saya menjadi angkatan pertama bersama ketiga belas teman saya. Dengan alasan tak ada pilihan sekolah lain, maka selama 6 tahun,saya tak pernah ada keinginan untuk pindah sekolah. Selain hanya satu-satunya sekolah Islam di lingkungan rumah saya, selain itu ibu saya juga cukup berurusan dengan berdirinya sekolah itu. Selesai menimba ilmu selama 6 tahun disana, saya sudah benar-benar diniatkan dan meniatkan diri untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya di sebuah Pondok Pesantren. Walau pada awalnya, saya belum tahu harus kemana. Berawal dari pondok Tahfidz di Madiun, kemudian pondok pesantren di Probolinggo, pondok yang sudah dikenal orang tua saya di Tulungagung. Berlanjut pada sebuah Homeschooling di Bogor bernama Insantama, dan terakhir Homeschooling Khoiru Ummah di Bogor. Namun karena pertimbangan jarak yang terlalu jauh, dan biaya yang dibutuhkan terlalu besar, maka orang tua saya mencari cabang dari sekolah yang sesuai dengan visi itu. Karena sudah benar-benar cocok dengan tujuan serta sisitem belajar dari sekolah tersebut, maka orang tua saya benar-benar telah sepakat untuk memasukkan saya di sekolah itu. Dan pencarian berakhir ketika orang tua telah berhasil menemukan sebuah sekolah yang memiliki satu misi dengan sekolah di Bogor tersebut. Setelah mendapat iklan, serta persyaratan untuk masuk di sekolah itu di sebuah majalah, mereka pun semakin yakin untuk memasukkan saya sebagai santri didik di sekolah ini. Akhirnya setelah semua urusan pendaftaran telah usai,maka pada tanggal 03 Juli 2011, saya datang ke sekolah ini. Dan hingga detik ini saya masih berada dan akan terus berada di sekolah ini hingga mungkin usia SMA saya berakhir. Jadi, dalam sejarah mungkin saya hanya merasakan dua sekolah mulai dari saya masih balita hingga masa dewasa telah terlewati. Maka, pantas jika saya begitu menghargai dan meraskan sekolah yang benar-benar telah dan akan diami bertahun-tahun tersebut.
Saya memiliki banyak hobi diantara semua pekerjaan yang selalu saya lakukan. Saya paling senang menulis, membaca (walau bukan tergolong kutu buku), bermain bulutangkis, dan menghafal Al-Qur’an. Sedangkan pekerjaan yang hingga saat ini belum mampu saya gemari adalah memasak. Dan hal itu sampai sekarang masih menjadi tugas saya untuk harus menyukainya. Dan saya tidak menyukai hewan peliharaan, terutama hewan yang berambut, semacam kucing, kelinci, ataupun hamster. Dan menurut saya berinteraksi dengan orang lain yang belum dikenal lebih menyenangkan bagi saya, begitu pula berdiam diri untuk membuat hal-hal yang baru. Dalam hal suasana, saya tidak menyukai keributan, tetapi begitu nyaman dengan kesunyian. Maka, dalam beberpa hal, saya lebih cenderung suka dan sedikit lebih pandai menulis daripada berbicara langsung dihadapan orang. Dari berbagai hobi dan berbagai hal yang saya sukai diatas, saya memiliki berbagai impian serta cita-cita yang saya harap dapat teraih karenya. Saya sangat berharap bisa bersekolah di luar negri. Sejak dahulu, saya ingin sekali menjadi seorang hafidzah Al-Qur’an, ahli bahasa, ahli tafsir Al-Qur’an dan Hadits, Penulis yang dapat mempengaruhi, serta menjadi entrepeneur yang sukses. Nampaknya tidak cocok memang, tetapi saya yakin dengan slogan ”Nothing is Imposible”, ”tidak ada yang tidak mungkin”. Banyak orang-orang hebat di dunia ini yang dapat meraih suatu hal yang tampak tidak mungkin. Michhelle Mone yang menjunjung tinggi dalam bertanggung jawab, dan Mary Kay Ash seorang pebisnis yang mengajarkan kepercayaan pada diri sendiri. Dari semua cita-cita itu, saya pun berharap apa yang telah saya rencanakan tuk meraihnya dapat terlaksana. Saya ingin sekali pada awal menjadi Mahasiswa, saya dapat bersekolah di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Disana saya ingin belajar ilmu alat, yaitu bahasa Arab. Jika saya telah menguasai bahasa Kaum Muslim tersebut, maka kunci ilmu Tsaqofah Islam telah saya genggam. Dengan berbekal hafalan Al-Qur’an dan sedikit kemampuan bahasa Arab saya, maka saya berharap dapat bersekolah disana dengan beasiswa. Kemudian, saya ingin melanjutkan sekolah di Timur Tengah ataupun di Asia dengan megambil bidang tafsir Al-Qur’an atau tafsir Hadits. Mungkin di Malaysia, Madinah, Mekkah, atau Maroko. Setelah dua jenjang mampu saya lewati, maka saya ingin melanjutkan pencarian ilmu di dunia lain. Pencarian ilmu sebenarnya masih panjang dan banyak. Setelah seseorang Muslim telah mampu menguasai Tsaqofahnya, maka alangkah baiknya jika dapat dan mau menguasai Sains. Dan kunci untuk mengusainya adalah pada Calculus. Tetapi saya sendiri lebih cenderung menyukai ilmu sains yang terkait ilmu pengetahuan, bukan perhitungan. Maka, mungkin saya ingin mempelajari ilmu terkait bumi dengan  bersekolah cukup di Indonesia saja. Dengan begitu, saya bisa lebih dekat dengan orang tua.
Untuk membangkitkan semangat saya dalam menjalani proses untuk meraihnya, maka saya memiliki moto hidup yang sudah tak asing lagi.
  من سارعلى درب رصل   ,من جد وجد    ,من صبر  ظفر

Tujuanku sekolah di Panatagama..
Pada awalnya saya memasuki pondok ini tanpa memilki sedikitpun tujuan, selain karena patuh pada kedua orang tua saya. Dan karena niat bulat yang sejak dahulu saya miliki ingin segera tercapai, yaitu bersekolah di pondok pesantren. Hanya sebatas gambaran kecil saja yang saya ketahui terkait sekolah ini. Sebuah Pondok Pesantren Tradisional bernama Panatagama, yang dahulu masih merupakan cabang dari HSG Khoiru Ummah Bogor. Pesantren yang memiliki kurikulum yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah yang mengedepankan sistem belajar yang menarik, yaitu belajar didalam kelas dan praktek diluar kelas. Dan sebuah sekolah berbasis Islam yang sangat mengharapkan para santrinya untuk menjadi Kader-kader Ulama. Menjadi Pemimpin Ummat.
Namun karena pemahaman saya yang belum dapat diandalkan, maka ketika saya akan masuk sekolah ini, hanya satu keinginan  yang benar-benar saya harapkan untuk dapat tercapai. Impian itu adalah menjadi seorang Hafidzah Al-Qur’an. Hanya itu. Dan saya belum memilki mimpi yang jelas dan tetap. Kalaupun ada, saya tak terlalu mengharrapkan hal itu dapat say gapai setelah bersekolah disini. Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang saya dapatkan. Dan saya pun tahu berbagai hal yang ingin dicapai oleh sekolah ini. Saya tahu pula diamana potensi saya dan bagaimana jalan tuk mampu meraihnya. Jalan yang dapat saya dapatkan melalui sekolah ini. Maka mulailah saya mendapat berbagai gambaran tentang tujuan saya dari bersekolah di Lembaga ini. Tak hanya ingin untuk menjadi penghafal Al-Qur’an, namun masih banyak hal lagi. Berbagai macam pelajaran yang diajarkan di sekolah ini, membuat saya mendapatkan banyak pintu dalam merangkai dan meraih impian. Mengubah angan-angan menjadi kenyataan. Mulai dari Tahfidz, ilmu Science, Geopolitik, Tsaqofah hingga ilmu Bahasa semua diajarkan. Dan dari sana, saya mengetahui saya lebih mampu dalam bidang apa.
Saya berharap dengan bersekolah disini, kelak saya dapat membuat bangga kedua orang tua saya. Saya ingin menjadi pemimpin ditengah-tengah Ummat, layaknya visi dari sekolah ini. Menjadi dokter bagi Ummat yang saat ini sedang dalam keadaan terpuruk. Menjadi generasi terbaik layaknya sebuah mutiara ditengah-tengah Ummat. Dengan menggapai segala hal yang telah menjadi cita-cita saya, harapan saya ilmu yang saya dapat dapat menghantarkan saya pada impian besar itu.

Target Hafalanku..
       Karena sejak dulu saya berkeinginan menjadi seorang Hafidzah, maka target yang benar-benar saya utamakan setelah lulus dari pondok ini adalah dapat menggapai impian mulia itu. Namun, mimpi itu ternyata tidak mudah, karena saya tahu sekolah ini bukanlah sekolah yang terfokus pada tahfidz atau hafalan Qur’an saja. Banyak pelajaran yang harus mampu dipelajari dan dipahami dengan serius. Maka, pada awalnya saya menargetkan hafalan saya bisa mencapai juz 15 hingga akhir kelas 3 SMP. Dan begitu pula dengan tiga tahun beriktnya. Sehingga setelah saya melalui jenjang pendidikan SMA, saya sudah mampu menghafal  secara sempurna firman-firman Allah itu.
Tetapi setelah melihat faktanya, sekarang saya telah berada di akhir semester dan tahun ajaran kelas 3 SMP. Namun, hafalan saya baru mencapai Juz 10. Artinya target awal tidak tercapai hingga 5 Juz. Maka, saya harus memahami apa penyebab hal itu dan bagaimana cara menyelesaikannya. Juga bagaimana target selanjutnya untuk menghadapi 3 tahun kedepan.
Dan target saya mungkin menjadi berubah. Saya anggap target saya menjadi 20 Juz saja saat lulus SMA  kelak. Dan untuk mencapai target itu saya pun harus menyiapkan strategi yang ampuh, karena saya tahu pelajaran yang semakin berat akan menjadi penyebab penghalang tercapainya target. Dengan menghafal 1  halaman baru per hari, maka dalam satu bulan saya seharusnya dapat menghafal 30 halaman. Artinya dapat menghafal 1,5 juz, karena 1 Juz ada 20 halaman. Namun karena berhalangan (haidh), maka dalam 1 bulan, saya anggap 15 halaman dapat dihafal. Dan ditambah 10 hari dari bulan berikutnya untuk menamatkan 1 Juz tersebut. Kemudian untuk waktu muraja’ah dan mempersiapkan ujian 1 Juz tersebut, kira-kira dibutuhkan 2-3 minggu. Maka, 1 Juz dapat benar-benar finish  dalam waktu 2 bulan. Artinya dalam 1 semester (6 bulan), dapat menghafal sebanyak 3 Juz. Dalam 1 tahun maka 6 Juz. Dan dalam 3 tahun (6×3), maka seharusnya saya dapat menghafal 18 Juz. Dan itu telah melebihi target. Tetapi untuk mengantisipasi banyak kejadian seperti yang sebelum-sebelumnya, maka target 10 Juz untuk SMA sudah menjadi hal yang sangat besar bagi saya. Kegiatan yang jarang diduga, semisal Ujian Praktek hingga 2-3 minggu setiap semesternya. Daily Project hingga 1 minggu yang dilakukan per 3 minggu, yang mana kemungkinan dapat menyempatkan menghafal sangat tipis. Persiapan Pagelaran Santri tiap akhir semester yang menguras banyak waktu dan fikiran yang besar, dan lain sebagainya. Maka itulah sekilas target hafalan saya hingga 3 tahun kedepan.