Pages

Selasa, 23 April 2024

Lubna dari Cordoba, Matematikawan Zaman Keemasan

 

            The golden age atau masa emas dari peradaban Islam seperti di masa Harun Ar-Rasyid, bisa kita saksikan dari bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di salah satu wilayah di Eropa ini, yaitu Cordoba. Sebuah kota yang memiliki sebuah istana yang berlapis tujuh, dimana panjangnya mencapai 12 km. Istana tersebut dinamakan Madinatu Zahro, yang mana tujuh lapis itu menggambarkan tujuh surga yang ciri-cirinya disebutkan di dalam Al-Quran.

            Di dalam istana itu tak hanya terdapat taman dengan berbagai pohonnya, namun terdapat pula sungai- sungai yang mengalir, yang berisi air madu dan susu. Bahkan pohon- pohon buatan yang dipasang disana pun berdahan dan berdaun perak dan emas, yang setiap pagi dan petang dipasang berbagai macam buah- buahan sesuai musim.

            Peradaban yang membuat Barat, termasuk kekaisaran Romawi kala itu tunduk tanpa memberi syarat apapun. Bahkan ketika menghadap pemimpin Cordoba kala itu yaitu Abdurahman III di dalam istana Madinah Zahro, ia langsung bersimpuh, menyerah kepada kekuasaan Islam, dengan harapan bisa mendapat perlindungan dan keadilan. Sang pemimpin yang sedang memegang Al-Quran di tangan kanan dan pedang di tangan kiri kemudian duduk di hadapan bara api itu pun berkata: “Aku hanya akan menawarkanmu mushaf ini, jika kau menolak maka akan aku akan perangi kalian dengan pedang ini, dan jika kalian mati maka kalian akan disiksa dalam api seperti ini”

            Di istana tersebutlah Lubna dilahirkan, dibesarkan dan diberikan pendidikan terbaik oleh para pelayan dan perempuan- perempuan istana, bersama anak- anak penguasa dan pejabat lainnya. Dimana di istana tersebut terdapat ruangan khusus perempuan yang dinamakan harem. Meskipun terdapat perbedaan terkait nasab Lubna, akan tetapi sejak kecil memang dia dididik di dalam istana tersebut.

            Sejak kecil ia dididik dengan Al-Quran, ilmu fiqh, juga termasuk ilmu faraid dimana kemudian ia menjadi seorang ahli dalam bidang tersebut. Dari sanalah ia menguasai dan mengembangkan ilmu aritmatika, aljabar, trigonometri, juga cabang ilmu matematika yang lainnya.

            Ia juga memiliki peran sebagai penyalin naskah dan penerjemah dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai bahasa, dimana ketika itu Abdurahman III ingin menyaingi Baitul Hikmah yang ada di Baghdad, pusat kekhilafahan. Bahkan ketika Lubna telah menikah dengan Al Hakam II, putra dari Abdurahman III ia ditunjuk sebagai pimpinan para penyalin naskah yang jumlahnya mencapai ribuan. Di masa tersebut ia pun menginisiasi pembangunan perpustakaan di dalam istana Madinatu Zahro, dimana di dalamnya terdapat koleksi buku yang jumlahnya mencapai 400 ribu dari berbagai bidang keilmuan yang bisa diakses oleh para ulama dan cendekiawan.

            Tidak hanya  menjadi pemimpin para cendekian dan ilmuwan di dalam istana, ia juga sosok pertama yang menginisasi sabatikal, yaitu pengabdian keilmuan, dimana dia mengambil cuti setiap bulan untuk keluar dari istana untuk mengajar rakyat di luar istana. Dengan usahanya itu, maka pembahasan berbagai ilmu pengetahuan tersebar luas di masyarakat, sehingga ilmu pengetahuan menjadi konsumsi di tengah mereka.

            Ia juga menjadi sosok penghasil berbagai riset, juga sebagai konsultan bagi proyek- proyek pembangunan dari kekhalifahan yang membutuhkan hitungan- hitungan yang sangat akurat. Dari sanalah, karena kontribusi dirinya juga di Cordoba lahir banyak ilmuwan dengan berbagai bidangnya, diantaranya adalah Ibnu Firnas, pencetus konsep penerbangan.

            Begitulah sosok Lubna, yang lahir di masa keemasan Islam, karena keimanan, ketaatan, kecerdasan, ia kepeduliaannya juga cintanya terhadap ilmu dan Islam ia mampu menorehkan kontribusi yang begitu besar bagi kaum muslimin juga dunia.

            Maka benarlah perkataan seorang ulama bernama Malik bin Nabi: “Jika ilmu melayani iman maka peradaban akan maju. Namun jika ilmu hanya untuk melayani ilmu maka peradaban akan stagnan, dan jika ilmu untuk melayani hawa nafsu, maka peradaban akan mengalami penurunan dan kehancuran”

Walahu a’lam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar