Pages

Selasa, 13 Februari 2024

Misteri Jodoh

Taqdir VS Ikhtiar

              Jodoh di dalam Islam adalah bagian dari rezeki, sebagaimana halnya pakaian, makanan, kesehatan, rumah dan lain sebagainya. Dimana rezeki itu pemberian Allah swt kepada hamba-Nya, yang bisa saja diperoleh tanpa ada ikhtiar. Adapun penggunaan rezeki itu sendiri maka kembali kepada manusia itu. Memang benar, manusia bisa menentukkan dengan siapa ia menikah, namun jika Allah swt tidak menghendaki maka itu bukan bagian dari rezekinya.

              Maka rezeki termasuk di dalamnya jodoh adalah bagian dari qadha’ Allah swt, yang manusia tidak tahu tentangnya. Dan qadha’ yang diketahui manusia adalah yang sudah terjadi padanya. Allah swt berfirman di dalam Surat Al- Hadid ayat 22- 23:

}مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ{

              Adapun ikhtiar dan doa adalah bagian dari perintah Allah swt, yang wajib kita lakukan sebagai hamba-Nya. Dan yang perlu kita lakukan selain ibadah dan doa adalah meyakini segala ketetapan-Nya, bahwa Allah swt Maha Kuasa, dan yang menetapkan segalanya.

Adapun orang yang mengambil jalan salah dalam berikhtiar menunjukkan adanya keraguan pada dirinya atas kuasa Allah swt, dan dia ragu akan mendapatkan jodoh jika menempuh cara yang benar.

Keyakinan seorang muslim akan rezeki termasuk jodoh harus senantiasa kuat, dan ia  juga harus memahami hal- hal yang bisa menghalangi terbukanya pimtu jodoh dan melakukan amalan- amalan yang bisa mengantatkannya. Selain ikhtiar yang maksimal, juga harus menyerahkan semua hasilnya kepada Allah swt, apapun itu, dan kemudian menerima ketetapan-Nya.

Diantara amalan- amalan tersebut adalah perbanyak doa, sholawat, ikhitar yang kuat, komunikasi dengan orangtua bagaimana kriteria dan target yang diinginkannya, juga semakin memupuk keyakinan bahwa Allah swt adalah Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Adil.

Pilihan Pribadi VS Orangtua

Jika antara pilihan pribadi dengan pilihan orangtua bisa disatukan maka hal itu jauh lebih baik. Namun jika benar- benar bertentangan sekali, maka kita perlu istikharah. Karena yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik bagi Allah swt.

Kita harus senantiasa meminta keberkahan dari Allah swt, pertama ketika kita memilih maka harus senantiasa melibatkan Allah swt dan kedua orangtua, dengan mendahulukan ridho dan ketaatan kepada orangtua. Walaupun boleh saja tidak sesuai keinginan orang tua, akan tetapi harus dengan alasan syar’i, seperti calon tersebut kurang sholih, sehingga khawatir tidak bisa menaatinya, atau jika laki- laki tidak ada ketertarikkan terhadap Perempuan pilihannya tersebut, sehingga khawatir tidak bisa membimbingnya.

Jika masih mempertahankan pilihan kita, maka sejak awal harus ada komunkasi yang baik dengan orangtua. Dan harus bisa meyakinkan orangtua agar menerimanya.

Maka yang terpenting baik itu pilihan orangtua atau pilihan sendiri, ketika mengambil keputusan harus senantiasa melibatkan Allah swt dan mendahulukan ridho orangtua.

Ketika Tak Berjodoh

              Orang yang mengalami patah hati atau penolakan akan merasa sangat sakit, dan bisa jadi orang lain tidak akan bisa merasakan hal tersebut. Patah hati tersebut bisa jadi karena orangtua calon yang tidak setuju, atau orang tua kita yang tidak menerima, atau orang yang disuka tersebut justru menikah dengan yang lain.

              Patah hati adalah perkara yang sering dialami, wajar dan manusiawi. Dimana ketika kita sangat menginginkan denga seseorang, akan tetapi Allah swt tidak menghendakinya. Dan ketika Allah swt tetapkan seperti itu kepada kita, karena Allah swt Maha Tahu bahwa kita mampu, Dia ingin mendewasakan kita, melatih mental dan emosi kita agar lebih stabil, dan agar kita tidak terlalu cepat dalam memutuskan, atau tidak lagi salah dalam memilih lagi.

              Maka jika terjadi hal tersebut pada kita, yang perlu dilakukan adalah:

1.      Kita harus yakin bahwa ini adalah taqdir dari-Nya, dan kita harus bisa melewati semua itu karena pertolongan-Nya.

2.      Harus berusaha untuk mengikhlaskan, dengan menjauhi dia, tidak perlu stalking, blokir nomor dan akunnya, menyibukan dengan kebaikan, dengan keluarga, saudara dan segala aktivitas yang bisa mengalihkan emosi negative kita, serta memperbanyak berdoa:

اللهم أجرني في مصيبتي وأخلفني خيرا منها

 

“Ya Allah berilah pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku, dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik”

 

3.      Fokus memperbaiki diri kita dan fokus dengan diri kita. Tidak ada yang bisa menyembuhkan patah hati kita kecuali Allah swt dan diri kita sendiri. Maka kita harus terus memperbaiki ibadah: dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitasnya, dan juga meningkatkan kualitas diri dengan aktivitas- aktivitas baik.

4.      Husnudzon kepada Allah swt, bahwa bisa jadi jika terjadi pernikahan dengan orang tersebut akan banyak keburukan dan kerugian yang didapatkan. Maka Allah swt memutuskan harapan dan mematahkan hati tersebut sebelum terlanjur terjadi, misalnya ternya orang tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga Allah swt menjauhkan.

5.      Kita anggap seluruh ujian tersebut untuk menguatkan mental, mengontrol emosi dan diri, dan mendewasakan diri kita. Karena proses dewasa itu memang membutuhkan adanya ujian dan berbagai pengalaman.

6.      Bersahabat dengan teman- teman yang shalih, atau punya circle yang positif. Yang bisa menasehati untuk terus kembali kepada Allah swt.

7.      Setiap kehilangan pasti akan Allah swt ganti dengan yang jauh lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan kita. Bukan malah terus terus menyesali, karena itu termasuk sikap tidak menerima ketetapan-Nya.

8.      Menangis dalam sujud, mengadu kepada-Nya, curhat, dan meluapkan segalanya kepada-Nya, kemudian meminta petunjuk kepada Allah swt dengan istikharah, sholat hajat, doa. Karena apapun kondisinya, maka hanya Allah swt tempat bersandar.

9.      Tidak boleh menutup diri dari yang lain hanya karena berharap pada orang yang dicintainya. Karena yang menjamin dan memberikan kebahagiaan kepada hamba-Nya adalah Allah swt saja.

 

Wallahu a’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar