Taqdir VS Ikhtiar
Jodoh di dalam Islam adalah bagian
dari rezeki, sebagaimana halnya pakaian, makanan, kesehatan, rumah dan lain
sebagainya. Dimana rezeki itu pemberian Allah swt kepada hamba-Nya, yang bisa
saja diperoleh tanpa ada ikhtiar. Adapun penggunaan rezeki itu sendiri maka
kembali kepada manusia itu. Memang benar, manusia bisa menentukkan dengan siapa
ia menikah, namun jika Allah swt tidak menghendaki maka itu bukan bagian dari
rezekinya.
Maka rezeki termasuk di dalamnya
jodoh adalah bagian dari qadha’ Allah swt, yang manusia tidak tahu tentangnya. Dan
qadha’ yang diketahui manusia adalah yang sudah terjadi padanya. Allah swt
berfirman di dalam Surat Al- Hadid ayat 22- 23:
}مَآ أَصَابَ
مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن
قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ لِّكَيْلَا
تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ{
Adapun ikhtiar dan doa adalah
bagian dari perintah Allah swt, yang wajib kita lakukan sebagai hamba-Nya. Dan yang
perlu kita lakukan selain ibadah dan doa adalah meyakini segala ketetapan-Nya,
bahwa Allah swt Maha Kuasa, dan yang menetapkan segalanya.
Adapun
orang yang mengambil jalan salah dalam berikhtiar menunjukkan adanya keraguan
pada dirinya atas kuasa Allah swt, dan dia ragu akan mendapatkan jodoh jika
menempuh cara yang benar.
Keyakinan
seorang muslim akan rezeki termasuk jodoh harus senantiasa kuat, dan ia juga harus memahami hal- hal yang bisa menghalangi
terbukanya pimtu jodoh dan melakukan amalan- amalan yang bisa mengantatkannya. Selain
ikhtiar yang maksimal, juga harus menyerahkan semua hasilnya kepada Allah swt,
apapun itu, dan kemudian menerima ketetapan-Nya.
Diantara
amalan- amalan tersebut adalah perbanyak doa, sholawat, ikhitar yang kuat, komunikasi
dengan orangtua bagaimana kriteria dan target yang diinginkannya, juga semakin
memupuk keyakinan bahwa Allah swt adalah Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Adil.
Pilihan Pribadi
VS Orangtua
Jika
antara pilihan pribadi dengan pilihan orangtua bisa disatukan maka hal itu jauh
lebih baik. Namun jika benar- benar bertentangan sekali, maka kita perlu istikharah.
Karena yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik bagi Allah swt.
Kita
harus senantiasa meminta keberkahan dari Allah swt, pertama ketika kita memilih
maka harus senantiasa melibatkan Allah swt dan kedua orangtua, dengan
mendahulukan ridho dan ketaatan kepada orangtua. Walaupun boleh saja tidak sesuai
keinginan orang tua, akan tetapi harus dengan alasan syar’i, seperti calon
tersebut kurang sholih, sehingga khawatir tidak bisa menaatinya, atau jika
laki- laki tidak ada ketertarikkan terhadap Perempuan pilihannya tersebut, sehingga
khawatir tidak bisa membimbingnya.
Jika
masih mempertahankan pilihan kita, maka sejak awal harus ada komunkasi yang
baik dengan orangtua. Dan harus bisa meyakinkan orangtua agar menerimanya.
Maka
yang terpenting baik itu pilihan orangtua atau pilihan sendiri, ketika
mengambil keputusan harus senantiasa melibatkan Allah swt dan mendahulukan
ridho orangtua.
Ketika Tak
Berjodoh
Orang yang mengalami patah hati
atau penolakan akan merasa sangat sakit, dan bisa jadi orang lain tidak akan bisa
merasakan hal tersebut. Patah hati tersebut bisa jadi karena orangtua calon
yang tidak setuju, atau orang tua kita yang tidak menerima, atau orang yang
disuka tersebut justru menikah dengan yang lain.
Patah hati adalah perkara yang
sering dialami, wajar dan manusiawi. Dimana ketika kita sangat menginginkan
denga seseorang, akan tetapi Allah swt tidak menghendakinya. Dan ketika Allah swt
tetapkan seperti itu kepada kita, karena Allah swt Maha Tahu bahwa kita mampu, Dia
ingin mendewasakan kita, melatih mental dan emosi kita agar lebih stabil, dan agar
kita tidak terlalu cepat dalam memutuskan, atau tidak lagi salah dalam memilih
lagi.
Maka jika terjadi hal tersebut
pada kita, yang perlu dilakukan adalah:
1.
Kita harus
yakin bahwa ini adalah taqdir dari-Nya, dan kita harus bisa melewati semua itu karena
pertolongan-Nya.
2.
Harus berusaha
untuk mengikhlaskan, dengan menjauhi dia, tidak perlu stalking, blokir nomor
dan akunnya, menyibukan dengan kebaikan, dengan keluarga, saudara dan segala
aktivitas yang bisa mengalihkan emosi negative kita, serta memperbanyak berdoa:
اللهم أجرني في مصيبتي وأخلفني خيرا منها
“Ya Allah berilah pahala
kepadaku atas musibah yang menimpaku, dan gantilah dengan sesuatu yang lebih
baik”
3.
Fokus memperbaiki
diri kita dan fokus dengan diri kita. Tidak ada yang bisa menyembuhkan patah
hati kita kecuali Allah swt dan diri kita sendiri. Maka kita harus terus memperbaiki
ibadah: dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitasnya, dan juga meningkatkan
kualitas diri dengan aktivitas- aktivitas baik.
4.
Husnudzon
kepada Allah swt, bahwa bisa jadi jika terjadi pernikahan dengan orang tersebut
akan banyak keburukan dan kerugian yang didapatkan. Maka Allah swt memutuskan
harapan dan mematahkan hati tersebut sebelum terlanjur terjadi, misalnya ternya
orang tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga Allah swt
menjauhkan.
5.
Kita anggap
seluruh ujian tersebut untuk menguatkan mental, mengontrol emosi dan diri, dan
mendewasakan diri kita. Karena proses dewasa itu memang membutuhkan adanya
ujian dan berbagai pengalaman.
6.
Bersahabat dengan
teman- teman yang shalih, atau punya circle yang positif. Yang bisa menasehati
untuk terus kembali kepada Allah swt.
7.
Setiap
kehilangan pasti akan Allah swt ganti dengan yang jauh lebih baik dan sesuai
dengan kebutuhan kita. Bukan malah terus terus menyesali, karena itu termasuk
sikap tidak menerima ketetapan-Nya.
8.
Menangis dalam
sujud, mengadu kepada-Nya, curhat, dan meluapkan segalanya kepada-Nya, kemudian
meminta petunjuk kepada Allah swt dengan istikharah, sholat hajat, doa. Karena apapun
kondisinya, maka hanya Allah swt tempat bersandar.
9.
Tidak boleh
menutup diri dari yang lain hanya karena berharap pada orang yang dicintainya. Karena
yang menjamin dan memberikan kebahagiaan kepada hamba-Nya adalah Allah swt saja.
Wallahu a’lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar