Mungkin dalam kehidupan kita ada hal- hal yang nampak remeh, namun terkadang ada hikmah yang dalam jika kita selalu berfikir dan mengkaitkan fakta yang kita indra dengan pemahaman.
Mungkin dalam kehidupan kita, terkadang kita membutuhkan rehat sejenak dari rutinitas. Bernafas untuk merenung, berfikir dan mengmabil hikmah dari apa yang ada di sekitar.
Selingan tidak selalu sesuatu yang melenakan. Selama ada niat baik, dan tidak keluar dari batasan, maka semoga semua menjadi ladang pahala. Hanya berharap bertambahnya iman dan ilmu dari setiap kejadian yang mungkin tidak kita alami, namun terjadi para orang lain. Kita bisa mengambil pelajaran, dan pengalaman. Jika ada kebaikan, maka bisa kita jadikan teladan. Namun jika tidak sesuai dengan tuntunan-Nya, maka bisa kita kritisi tuk jadikan bahan intropeksi dan muhasabah diri.
Film “Hati Suhita” adalah sebuah film yang mengkisahkan perjalanan cinta dan perjuangan seorang santriwati yang dijodohkan dengan anak dari Kyai pesantren dimana dia menuntut ilmu. Perjalanan cinta tuk mendapatkan ridho sang suami, menaklukkan sebuah amanah mengurus pesantren besar yang melahirkan para penerus generasi.
Ada beberapa hikmah serta pelajaran dari film ini yang bisa kita ambil:
·
Perjodohan itu bisa
jadi tidak selalu sesuai dengan keinginan hati. Tapi niat yang baik dan benar
akan merubah rasa yang sebelumnya belum ada menjadi ada karena-Nya.
·
Untuk meninggalkan kisah
lama butuh usaha, dimana harus melupakan dan meninggalkan orang tersebut,
dengan tidak perlu lagi ada komunikasi atau pertemuan, jika itu bisa
menjerumuskan apalagi yang bersifat pribadi.
·
Menikah harus
dilandasi rasa suka dan ridha, baik dari laki- laki atau perempuan. Karena jika
hanya kasihan atau paksaan, maka akan terjadi kejadian yang tidak baik di dalam
rumah tangga. Dan begitulah Rasulullah mengajarkan. Harus ada sesuatu yang
disuka dari laki- laki yang dapat mendorongnya untuk menikahinya.
·
Seorang laki biasanya
akan menentukan pilihannya sendiri dalam hidupnya. Kecuali jika sebelumnya dia
tidak mengenal wanita, atau dia mengenal tapi melupakan atau senantiasa mengalihkan perasaannya,
sehingga dia bisa melupakan.
·
Seorang laki- laki
jika dia hanya ingin berbakti kepada orang tuanya, dan termasuk menyerahkan
kepada mereka dalam urusan jodoh, maka ketika dia menerima pilihan orangtuanya,
dia harus berusaha memunculkan rasa suka dan cinta agar dapat memberikan hak
yang sempurna kepada istrinya. Dan apabila dia punya kisah pernah menyukai perempuan
lain, dan tidak bisa melupakan kisah
lamanya tersebut, maka hal itu bisa jadi menjadi factor yang bisa merusak rumah
tangganya.
·
Pentingnya dalam
memutuskan sesuatu untuk beristikharah dan bermusyawarah dengan orang- orang bijaksana
yang memiliki pandangan yang jauh.
·
Perempuan akan sangat
tertekan dan tersakiti jika tidak dicintai suaminya. Oleh karena itu, hanya dorongan iman dan
pemahaman -jika seorang suami belum mencintai-, untuk tetap memperlakukan
dengan baik, baik dengan perkataan atau sikap serta memberikan hak- hak
istrinya, serta tidak bermaksiat di belakang istrinya.
·
Seorang istri harus
menjadi pribadi yang sholihah dan cerdas. Karena kesholihannya akan membuat dia
tetap menyayangi, dan terus menjalankan kewajibannya terhadap suami, meskipun
ia tidak diberikan hak- haknya bahkan mungkin disakiti. Kesalihan itu juga akan
membuat dia menjaga aib dirinya dan keluarganya, juga menjaga lisannya dari
hal- hal yang bisa merusak hubungannya dengan suami atau keluarganya. Dia juga
menjaga dirinya dari kemaksiatan dan segala godaan yang bisa saja dia pilih
sebagai bentuk pelampiasan atas kesedihan, kegelisahan serta rasa sakit yang dirasakannya.
Ia juga tetap yakin akan pertolongan-Nya, dan terus taqarub serta mendoakan
suaminya.
·
Adapun kecerdasannya
akan membimbing dia tuk terus mendamaikan suasana, bahkan sekalipun berkaitan
dengan orang lain, baik keluarganya atau teman suaminya. Dia akan dipimpin oleh
akal dan pemahamannya, bukan perasaannya sehingga dia menyerah dengan keadaan.
Dia juga senantiasa punya mimpi besar, sehingga dia akan terus tersibukkan
dengan kebaikan walaupun dia tetap harus menghadapi masalah dalam keluarganya.
Semua itu tidak menghalanginya untuk berkarya dan menjalankan kewajiban lain di
tengah umat dan masyarakat.
·
Dalam Islam boleh saja
bahkan diperintahkan seorang istri berusaha untuk memperhias dan mempercantik dirinya
di hadapan suaminya. Jika diniatkan untuk beribadah maka itu akan berpahala.
·
Mengandung,
melahirkan, membesarkan dan mendidik anak harus dengan cinta yang dicurahkan
dari kedua orangtua. Bukan dengan keterpaksaan atau perasaan benci yang
disembunyikan.
·
Wanita yang dulu
memiliki kisah cinta dengan seorang laki- laki yang pada akhirnya tidak menikah
dengannya harus berusaha menguatkan dan mengahrapkan kebahagiaan bagi
keluarganya. Menjauhi dan tidak perlu tau urusan keluarganya. Dia harus berusaha
bermuhasabah dengan merendah, dan menganggap perempuan yang akhirnya menjadi jodohnya
memang lebih baik dari dirinya. Di sisi lain ia harus senantiasa berhusnudzon
kepada Rabb-nya bahwa akan ada kehidupan, dan masa depan, serta sosok yang
lebih baik yang Dia siapkan untuknya.
·
Film ini menggambarkan
kehidupan pesantren yang megah, dan modern. Dimana para santrinya tidak hanya
diajarkan dan dibekali dengan ilmu tsaqofah Islam saja, tapi juga ilmu- ilmu
kehidupan yang memang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.
·
Pesantren bukan sesuatu
yang buruk, kotor, kumuh dan terbelakang. Film ini merubah mindset tersebut,
sehingga pesantren bisa menjadi alternatif pendidikan yang Islami di zaman ini.
·
Dalam menanamkan berbagai
ilmu kepada para santri harus dilandasi dengan penanaman akidah yang kokoh dan serta
pemikiran Islam yang benar dan kuat. Sehingga jika ada pemikiran lain yang
tidak sesuai dengan Islam, maka dipelajari hanya dalam rangka untuk diketahui
kesalahannya, bukan untuk diyakini dan diadopsi. Berbeda dengan ilmu dan
teknologi yang bersifat universal, yang bisa dipelajari dan diadopsi oleh siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar