Bukan sekedar dengan bantuan makanan, uang, obat-obatan, dan kain kafan, akan tetapi Gaza dan Palestina membutuhkan tentara, perwira dan militer tuk taklukkan para penjajah dan mengembalikan kemuliaan.
Bumi Palestina adalah bumi yang subur nan kaya. Layaknya negeri kaum muslimin yang lainnya. Selain berbagai macam buah- buahan dan sayur yang berlimpah, minyak, gas, marmer adalah bahan mentah yang tersimpan begitu banyak di dalam perut bumi para nabi itu. Namun, mengapa semua kekayaan itu nampak seperti tak ada? Tak lain karena adanya penjajahan, sehingga menjadikan mereka seolah seperti negara yang miskin. Jangankan hidup yang serba berkecukupan, kebutuhan yang paling mendasar saja banyak yang tidak bisa mendapatkan. Air bersih, makan, juga pendidikan. Terutama di wilayah Gaza yang telah diblokade selama belasan tahun lamanya.
Jika penjajahan itu tiada, maka kekayaan itu akan begitu terasa, berbagai faktor yang dapat memajukan negara pun akan sangat mudah sekali diakses dalam rangka mengembangkan potensi kecerdasan SDM yang ada, juga SDA yang Allah anugrahkan dengan begitu berlimpahnya. Maka, seandainya Palestina telah terlepas dari belenggu penjajahan, maka bukan perkara yang mustahil jika merekalah yang akan memasok kekayaan alam yang dibutuhkan oleh negeri- negeri kaum muslimin lainnya.
Sehingga ketika seruan para ulama, penguasa, dan kaum muslimin yang turun di jalanan juga di sosial media, hanya sekedar untuk mengajak serta mendorong tuk memberi bantuan obat- obatan, makanan, dan kain kafan saja, maka seolah kita sedang mempersiapkan mereka untuk hidup, bertahan sebentar untuk menjemput kematian dalam pemboikotan dan pembantaian yang nan brutal.
Tanpa bermaksud menafikan, faktanya memang mereka membutuhkan hal itu semua dalam kondisi perang. Dimana pasokan makanan semakin habis, gudang penyimpanan makanan dan supermarket juga dibombardir, obat- obatan semakin menipis lantaran banyaknya yang terluka, kain kafan tak lagi tersisa, lantaran yang gugur syahid terus bertambah setiap harinya. Semua itu memang dibutuhkan, tapi merupakan cara berfikir yang dangkal jika membatasi ajakan, seruan dan bantuan itu sekedar pada bantuan kemanusiaan.
Pada dasarnya yang dibutuhkan kaum muslimin disana adalah para penakluk, dimana mereka bisa mengusir dan memberi pelajaran dengan satu- satunya bahasa yang difahami oleh para penjajah. Bahasa perang dan perlawanan fisik. Sudah semestinya penjajahan itu dilawan dengan kekuatan fisik yang setimpal. Perang yang terus mereka gencarkan tanpa henti itu tak lain harus dilawan dengan peperangan yang serupa. Kekuatan tentara dan militer yang mereka persiapkan dan gunakan juga harus dilawan dengan yang sepadan.
Sungguh suatu kedangkalan berfikir, ketika barat saja memperlakukan apa yang terjadi di Palestina sebagai suatu peperangan sehingga mereka mengirimkan militernya, jet- jet tempurnya, kapal perangnya, hingga senjata- senjata tercanggihnya, namun kaum Muslimin hanya memperlakukan hal ini sebagai bencana kemanusiaan.
Sungguh miris, ketika dengan kekufuran dan kebatilan itu saja, dengan penuh percaya dirinya mereka membantu kawan mereka dengan kekuatan tentara, para perwiranya, juga senjatanya tanpa perhitungan dan tanpa rasa takut dan berfikir panjang. Sedangkan kaum muslimin hanya menganggap ini sebagai krisis kemanusiaan, atau hanya sekedar tontonan di balik layar?
Jika para penguasa dan tentara kaum muslimin beralasan adanya nasionalisme dan tapal batas negara, nyatanya dalam kondisi peperangan semua itu hanyalah omong kosong yang tak berguna. Bukankah AS dan Inggris menembus batas negaranya untuk memberi bantuan kepada Israel? Bukankah Turki mengirim pasukkannya ke Ukraina saat diperangi oleh Rusia? Bukankah Turki mengirim tentaranya untuk melawan kaum revolusioner di Suriah? Bukankah AS (sebagai pengusung ideologi sukuler- kapitalis) yang menanamkan ide sekat negara justru dengan ringan dan cepat membantu Ukraina saat perang dengan Rusia? Bukankah para mujahid dari Gaza sudah membuktikkan bahwa batas- batas itu nyatanya bisa dengan mudah dan sederhana tuk ditembus dan dihancurkan?
Nyatanya ide nasionalisme sendiri adalah produk barat yang haram kita adopsi, yakini apalagi dipuja dan dipuji. Ia hanyalah bagian dari strategi barat tuk memecah tubuh umat, agar lemah, tak berdaya, dan tak lagi ada persatuan yang dapat gentarkan para musuh yang terlaknat. Ide itu yang menghilangkan ikatan akidah yang begitu membuat para musuh ketakutan.
Maka ketika kita sudah tidak lagi bisa berharap pada para penguasa di negeri- negeri kaum muslimin, maka yang harus terus menerus kita serukan, termasuk juga para ulama adalah agar terus menanamkan pemahaman di tengah kaum muslimin, juga di tengah para tentara berikut para komandan dan perwiranya akan solusi yang hakiki. Bahwa Palestina membutuhkan tentara yang bisa menumpaskan penjajahan, mensucikan kembali bumi para nabi, serta menjaga jiwa serta kehormatan mereka. Merekalah ahlul quwah wa man’ah yang dahulu juga diminta pertolongannya oleh sang baginda kita agar Islam terjaga dengan tegaknya sebuah institusi yang akan menegakkan serta menyebarkan risalah tanpa henti dan takut.
Bukankah para militer kita adalah bagian dari ummat ini? Bukankah diantara mereka adalah suadara kita, tetangga, kerabat, atau saudara teman kita, atau orang- orang yang ada di sekitar mereka? Bukankah mereka juga bagian dari kaum muslimin? Bukankah mereka juga mengimani Allah sebagai Rabbnya, Rasul sebagai panuntannya, serta Al- Quran sebagai kitab sucinya? Bukankah mereka tau bahwa Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat ini, serta tanah suci ketiga? Bukankah mereka tau jika Baitul Maqdis adalah tempat dimana Rasulullah diisra-kan?
Maka ketahuilah bahwa seruan itu harus satu, tuntutan itu harus sama, yakni meminta para tentara agar segera bergerak menolong saudara kita dan bergabung dengan para mujahid yang begitu berani dan yakin akan janji-Nya. Jika itu tidak mungkin dijalankan lantaran para penguasa antek, maka tugas mereka adalah menumbangkan rezim boneka dan mengganti kepemimpinan mukhlis, yang dengannya kekuasaan digunakan tuk menolong Islam dan kaum muslimin dimanapun berada.
Usaha ini harus terus dilakukan ada tidaknya pembantaian, harus ada seruan yang terus menerus kepada para militer tuk mengingatkan kembali konsekuaensi dari keimanan dan kewajiban yang besar nan mulia di pundak mereka.
#FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha