Pages

Selasa, 12 Desember 2023

Free Palestina itu Bukan Sekedar… (Part 3)

Bukan sekedar dengan bantuan makanan, uang, obat-obatan, dan kain kafan, akan tetapi Gaza dan Palestina membutuhkan tentara, perwira dan militer tuk taklukkan para penjajah dan mengembalikan kemuliaan. 

Bumi Palestina adalah bumi yang subur nan kaya. Layaknya negeri kaum muslimin yang lainnya. Selain berbagai macam buah- buahan dan sayur yang berlimpah, minyak, gas, marmer adalah bahan mentah yang tersimpan begitu banyak di dalam perut bumi para nabi itu.  Namun, mengapa semua kekayaan itu nampak seperti tak ada? Tak lain karena adanya penjajahan, sehingga menjadikan mereka seolah seperti negara yang miskin. Jangankan hidup yang serba berkecukupan, kebutuhan yang paling mendasar saja banyak yang tidak bisa mendapatkan. Air bersih, makan, juga pendidikan. Terutama di wilayah Gaza yang telah diblokade selama belasan tahun lamanya. 

Jika penjajahan itu tiada, maka kekayaan itu akan begitu terasa, berbagai faktor yang dapat memajukan negara pun akan sangat mudah sekali diakses dalam rangka mengembangkan potensi kecerdasan SDM yang ada, juga SDA yang Allah anugrahkan dengan begitu berlimpahnya. Maka, seandainya Palestina telah terlepas dari belenggu penjajahan, maka bukan perkara yang mustahil jika merekalah yang akan memasok kekayaan alam yang dibutuhkan oleh negeri- negeri kaum muslimin lainnya. 

Sehingga ketika seruan para ulama, penguasa, dan kaum muslimin yang turun  di jalanan juga di sosial media, hanya sekedar untuk mengajak serta mendorong tuk memberi bantuan obat- obatan, makanan, dan kain kafan saja, maka seolah kita sedang mempersiapkan mereka untuk hidup, bertahan sebentar untuk menjemput kematian dalam pemboikotan dan pembantaian yang nan brutal. 

Tanpa bermaksud menafikan, faktanya memang mereka membutuhkan hal itu semua dalam kondisi perang. Dimana pasokan makanan semakin habis, gudang penyimpanan makanan dan supermarket juga dibombardir, obat- obatan semakin menipis lantaran banyaknya yang terluka, kain kafan tak lagi tersisa, lantaran yang gugur syahid terus bertambah setiap harinya. Semua itu memang dibutuhkan, tapi merupakan cara berfikir yang dangkal jika membatasi ajakan, seruan dan bantuan itu sekedar pada bantuan kemanusiaan. 

Pada dasarnya yang dibutuhkan kaum muslimin disana adalah para penakluk, dimana mereka bisa mengusir dan memberi pelajaran dengan satu- satunya bahasa yang difahami oleh para penjajah. Bahasa perang dan perlawanan fisik. Sudah semestinya penjajahan itu dilawan dengan kekuatan fisik yang setimpal. Perang yang terus mereka gencarkan tanpa henti itu tak lain harus dilawan dengan peperangan yang serupa. Kekuatan tentara dan militer yang mereka persiapkan dan gunakan juga harus dilawan dengan yang sepadan. 

Sungguh suatu kedangkalan berfikir, ketika barat saja memperlakukan apa yang terjadi di Palestina sebagai suatu peperangan sehingga mereka mengirimkan militernya, jet- jet tempurnya, kapal perangnya, hingga senjata- senjata tercanggihnya, namun kaum Muslimin hanya memperlakukan hal ini sebagai bencana kemanusiaan. 

Sungguh miris, ketika dengan kekufuran dan kebatilan itu saja, dengan penuh percaya dirinya mereka membantu kawan mereka dengan kekuatan tentara, para perwiranya, juga senjatanya tanpa perhitungan dan tanpa rasa takut dan berfikir panjang. Sedangkan kaum muslimin hanya menganggap ini sebagai krisis kemanusiaan, atau hanya sekedar tontonan di balik layar?

Jika para penguasa dan tentara kaum muslimin beralasan adanya nasionalisme dan tapal batas negara, nyatanya dalam kondisi peperangan semua itu hanyalah omong kosong yang tak berguna. Bukankah AS dan Inggris menembus batas negaranya untuk memberi bantuan kepada Israel? Bukankah Turki mengirim pasukkannya ke Ukraina saat diperangi oleh Rusia? Bukankah Turki mengirim tentaranya untuk melawan kaum revolusioner di Suriah? Bukankah AS (sebagai pengusung ideologi sukuler- kapitalis) yang menanamkan ide sekat negara justru dengan ringan dan cepat membantu Ukraina saat perang dengan Rusia? Bukankah para mujahid dari Gaza sudah membuktikkan bahwa batas- batas itu nyatanya bisa dengan mudah dan sederhana tuk ditembus dan dihancurkan?

Nyatanya ide nasionalisme sendiri adalah produk barat yang haram kita adopsi, yakini apalagi dipuja dan dipuji. Ia hanyalah bagian dari strategi barat tuk memecah tubuh umat, agar lemah, tak berdaya, dan tak lagi ada persatuan yang dapat gentarkan para musuh yang terlaknat. Ide itu yang menghilangkan ikatan akidah yang begitu membuat para musuh ketakutan.

Maka ketika kita sudah tidak lagi bisa berharap pada para penguasa di negeri- negeri kaum muslimin, maka yang harus terus menerus kita serukan, termasuk juga para ulama adalah agar terus menanamkan pemahaman di tengah kaum muslimin, juga di tengah para tentara berikut para komandan dan perwiranya akan solusi yang hakiki. Bahwa Palestina membutuhkan tentara yang bisa menumpaskan penjajahan, mensucikan kembali bumi para nabi, serta menjaga jiwa serta kehormatan mereka. Merekalah ahlul quwah wa man’ah yang dahulu juga diminta pertolongannya oleh sang baginda kita agar Islam terjaga dengan tegaknya sebuah institusi yang akan menegakkan serta menyebarkan risalah tanpa henti dan takut. 

Bukankah para militer kita adalah bagian dari ummat ini? Bukankah diantara mereka adalah suadara kita, tetangga, kerabat, atau saudara teman kita, atau orang- orang yang ada di sekitar mereka? Bukankah mereka juga bagian dari kaum muslimin? Bukankah mereka juga mengimani Allah sebagai Rabbnya, Rasul sebagai panuntannya, serta Al- Quran sebagai kitab sucinya? Bukankah mereka tau bahwa Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat ini, serta tanah suci ketiga? Bukankah mereka tau jika Baitul Maqdis adalah tempat dimana Rasulullah diisra-kan? 

Maka ketahuilah bahwa seruan itu harus satu, tuntutan itu harus sama, yakni meminta para tentara agar segera bergerak menolong saudara kita dan bergabung dengan para mujahid yang begitu berani dan yakin akan janji-Nya. Jika itu tidak mungkin dijalankan lantaran para penguasa antek, maka tugas mereka adalah menumbangkan rezim boneka dan mengganti kepemimpinan mukhlis, yang dengannya kekuasaan digunakan tuk menolong Islam dan kaum muslimin dimanapun berada. 

Usaha ini harus terus dilakukan ada tidaknya pembantaian, harus ada seruan yang terus menerus kepada para militer tuk mengingatkan kembali konsekuaensi dari keimanan dan kewajiban yang besar nan mulia di pundak mereka. 

#FreePalestine #ArmiesToAqsha #AqsaCallsArmies #GazaUnderAttack #SavePalestine #BadaiAlaqsha #ThufanAlaqsha

Sabtu, 02 Desember 2023

Perjuangan Santriwati, Istri dan Menantu Kyai

         Mungkin dalam kehidupan kita ada hal- hal yang nampak remeh, namun terkadang ada hikmah yang dalam jika kita selalu berfikir dan mengkaitkan fakta yang kita indra dengan pemahaman.

       Mungkin dalam kehidupan kita, terkadang kita membutuhkan rehat sejenak dari rutinitas. Bernafas untuk merenung, berfikir dan mengmabil hikmah dari apa yang ada di sekitar.

      Selingan tidak selalu sesuatu yang melenakan. Selama ada niat baik, dan tidak keluar dari batasan, maka semoga semua menjadi ladang pahala. Hanya berharap bertambahnya iman dan ilmu dari setiap kejadian yang mungkin tidak kita alami, namun terjadi para orang lain. Kita bisa mengambil pelajaran, dan pengalaman. Jika ada kebaikan, maka bisa kita jadikan teladan. Namun jika tidak sesuai dengan tuntunan-Nya, maka bisa kita kritisi tuk jadikan bahan intropeksi dan muhasabah diri.

    Film “Hati Suhita” adalah sebuah film yang mengkisahkan perjalanan cinta dan perjuangan seorang santriwati yang dijodohkan dengan anak dari Kyai pesantren dimana dia menuntut ilmu. Perjalanan cinta tuk mendapatkan ridho sang suami, menaklukkan sebuah amanah mengurus pesantren besar yang melahirkan para penerus generasi.

    Ada beberapa hikmah serta pelajaran dari film ini yang bisa kita ambil:

·     Perjodohan itu bisa jadi tidak selalu sesuai dengan keinginan hati. Tapi niat yang baik dan benar akan merubah rasa yang sebelumnya belum ada menjadi ada karena-Nya.

·     Untuk meninggalkan kisah lama butuh usaha, dimana harus melupakan dan meninggalkan orang tersebut, dengan tidak perlu lagi ada komunikasi atau pertemuan, jika itu bisa menjerumuskan apalagi yang bersifat pribadi.

·     Menikah harus dilandasi rasa suka dan ridha, baik dari laki- laki atau perempuan. Karena jika hanya kasihan atau paksaan, maka akan terjadi kejadian yang tidak baik di dalam rumah tangga. Dan begitulah Rasulullah mengajarkan. Harus ada sesuatu yang disuka dari laki- laki yang dapat mendorongnya untuk menikahinya.

·     Seorang laki biasanya akan menentukan pilihannya sendiri dalam hidupnya. Kecuali jika sebelumnya dia tidak mengenal wanita, atau dia mengenal tapi melupakan  atau senantiasa mengalihkan perasaannya, sehingga dia bisa melupakan.

·     Seorang laki- laki jika dia hanya ingin berbakti kepada orang tuanya, dan termasuk menyerahkan kepada mereka dalam urusan jodoh, maka ketika dia menerima pilihan orangtuanya, dia harus berusaha memunculkan rasa suka dan cinta agar dapat memberikan hak yang sempurna kepada istrinya. Dan apabila dia punya kisah pernah menyukai perempuan lain, dan  tidak bisa melupakan kisah lamanya tersebut, maka hal itu bisa jadi menjadi factor yang bisa merusak rumah tangganya.

·     Pentingnya dalam memutuskan sesuatu untuk beristikharah dan bermusyawarah dengan orang- orang bijaksana yang memiliki pandangan yang jauh.

·     Perempuan akan sangat tertekan dan tersakiti jika tidak dicintai suaminya.  Oleh karena itu, hanya dorongan iman dan pemahaman -jika seorang suami belum mencintai-, untuk tetap memperlakukan dengan baik, baik dengan perkataan atau sikap serta memberikan hak- hak istrinya, serta tidak bermaksiat di belakang istrinya.

·     Seorang istri harus menjadi pribadi yang sholihah dan cerdas. Karena kesholihannya akan membuat dia tetap menyayangi, dan terus menjalankan kewajibannya terhadap suami, meskipun ia tidak diberikan hak- haknya bahkan mungkin disakiti. Kesalihan itu juga akan membuat dia menjaga aib dirinya dan keluarganya, juga menjaga lisannya dari hal- hal yang bisa merusak hubungannya dengan suami atau keluarganya. Dia juga menjaga dirinya dari kemaksiatan dan segala godaan yang bisa saja dia pilih sebagai bentuk pelampiasan atas kesedihan, kegelisahan serta rasa sakit yang dirasakannya. Ia juga tetap yakin akan pertolongan-Nya, dan terus taqarub serta mendoakan suaminya.

·     Adapun kecerdasannya akan membimbing dia tuk terus mendamaikan suasana, bahkan sekalipun berkaitan dengan orang lain, baik keluarganya atau teman suaminya. Dia akan dipimpin oleh akal dan pemahamannya, bukan perasaannya sehingga dia menyerah dengan keadaan. Dia juga senantiasa punya mimpi besar, sehingga dia akan terus tersibukkan dengan kebaikan walaupun dia tetap harus menghadapi masalah dalam keluarganya. Semua itu tidak menghalanginya untuk berkarya dan menjalankan kewajiban lain di tengah umat dan masyarakat.

·     Dalam Islam boleh saja bahkan diperintahkan seorang istri berusaha untuk memperhias dan mempercantik dirinya di hadapan suaminya. Jika diniatkan untuk beribadah maka itu akan berpahala.

·     Mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidik anak harus dengan cinta yang dicurahkan dari kedua orangtua. Bukan dengan keterpaksaan atau perasaan benci yang disembunyikan.

·     Wanita yang dulu memiliki kisah cinta dengan seorang laki- laki yang pada akhirnya tidak menikah dengannya harus berusaha menguatkan dan mengahrapkan kebahagiaan bagi keluarganya. Menjauhi dan tidak perlu tau urusan keluarganya. Dia harus berusaha bermuhasabah dengan merendah, dan menganggap perempuan yang akhirnya menjadi jodohnya memang lebih baik dari dirinya. Di sisi lain ia harus senantiasa berhusnudzon kepada Rabb-nya bahwa akan ada kehidupan, dan masa depan, serta sosok yang lebih baik yang Dia siapkan untuknya.

·     Film ini menggambarkan kehidupan pesantren yang megah, dan modern. Dimana para santrinya tidak hanya diajarkan dan dibekali dengan ilmu tsaqofah Islam saja, tapi juga ilmu- ilmu kehidupan yang memang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.

·     Pesantren bukan sesuatu yang buruk, kotor, kumuh dan terbelakang. Film ini merubah mindset tersebut, sehingga pesantren bisa menjadi alternatif pendidikan yang Islami di zaman ini.

·     Dalam menanamkan berbagai ilmu kepada para santri harus dilandasi dengan penanaman akidah yang kokoh dan serta pemikiran Islam yang benar dan kuat. Sehingga jika ada pemikiran lain yang tidak sesuai dengan Islam, maka dipelajari hanya dalam rangka untuk diketahui kesalahannya, bukan untuk diyakini dan diadopsi. Berbeda dengan ilmu dan teknologi yang bersifat universal, yang bisa dipelajari dan diadopsi oleh siapapun.